NAMATAPENA 5

9 0 0
                                    

Kamar Laila

Aku merasakan kemurungan yang kuat dari diri gio yang kulihat sekarang, aku tidak tau seberapa bencinya dengan dirinya atas kesalahannya hari ini

"Dek ? Kok murung lagi?" Tanya Laila

"Gak mbak, adek cuman mikir siapa pembunuhnya, dan adek bakal intelijenin sesuatu yang bikin adek frustasi" ucapnya gio dengan raut murungnya

"Siapa?"

"Ayah"

Sontak aku yang mendengarnya terkejut akan perkataan gio

"Kenapa harus ayah?"

"Mbak lail, jujur saja aku belum puas dan percaya akan perkataan eila"

"Terus rencana?"

"Masih blom ada"

"Hadeh, mbak doain aja dah biar lancar, trus Inget jangan kepancing emosi kalok Ngeliet wujud ayah" sambil mengelus kepala gio

"Weh, gio udah gede kalik, beda sama Jihan" sambil melepaskan tangan Laila yang berada di kepala nya

Aku mengetahui gio sejujurnya ingin di perilakukan seperti anak kecil, Hanya saja dia pura pura tidak suka.

"Mending siap siap tidor gih sono, mbak di atas, kowe di bawah"

"Lah, di mana mana yang tua yang ngalah"

"Heh, mbak udah 2 bulan lebih gak di sini, trus di berantakin, trus berani gitu merintah ?"

"Yaudah sih" ucap gio sambil mengambil selimut

Pada akhirnya itu lah percakapan kita sebagaimana mbak dan adik, Tumben saja satu anak ini takut lagi untuk tidur di kamarnya, padahal sudah ada roh rayin yang sudah ada di tubuhnya, huh

03.40

"Eummm, hujan ye" suara gio

Aku terbangun dari tidurku lagi dan lagi, dan melihat mbak Laila yang masih tertidur, huh, ini sekian kalinya aku terbangun di jam segini (sambil menyelimuti laila)

Shiet, aku sejenak melihat wajah mbak ku sendiri, dan bibirnya yang merah, ya tidak tidak, kami sedarah, yakali, akhirnya aku memutuskan untuk naik ke lantai 2

Selama perjalan dari kamar tidur mbak ku, aku melihat suasana ruang tamu yang sepi, biasanya ada fais,aby,rey  yang menempatinya, selanjutnya aku mengecek kondisi jihan, ya dia tidur pulas dengan ibu di sampingnya, aku menaiki satu persatu tangga dan menuju kolong tempat bola biliard, untuk mengambil pack rokok, ya, jika aku banyak pikiran, aku akan menggunakan barang ini, hanga perlu nikotin, ada kata kata yang aku lihat di medsos sekiranya bunyi nya seperti ini "Orang yang merokok karena nikotin, mereka akan mati karena TAR"

Ya, aku tidak peduli akan itu, kematian sudah ke lewati berapa kali, aku takut akan kematian, tapi aku lebih takut jika ayahku kembali mengusik keluarga ini, maka dari itu aku harus menghabisinya sebelum kematian ku tiba, urusan cinta seperti nya itu sudah cukup dari keluarga ku *menyalakan rokok dengan korek*

Asap rokok membung bung tinggi dengan aroma apple yang menyegarkan

Selang berapa hirupan, Sebuah tangan meraih rokok yang ku pegang dan di ambilnya

"Sudah mbak duga, pasti di sini dengan barang ini" *sambil menghisap rokok sisa dari ku*

"Mbak lail?" Ucapku dengan heran

Sehabis aku berkata itu, mbak lail menghajar-ku dengan beberapa pukulan kepada tubuh ku, yeah, ini sepantasnya yang ku dapat

"Gio, seharusnya kau tau bukan ? Merokok itu berbahaya, kenapa kau masih saja menggunakan, hanya untuk menenangkan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALFARIZI (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang