bagian 04

50.4K 5.1K 550
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamualaikum semuanya, jangan lupa vote dan komen sebelum dibaca. Tandai kalau masih ada typo

Komen sesuai nama jodoh kalian 🤭

Happy reading 🤍

****

"Ya Allah Gus, gitu banget sama saya, bukannya kita calon besan ya?" ucap Gus Adam.

"Dih! Saya nggak mau!" ucap Gus Ilham.

"Abah!" panggil Arsyi.

"Main sama umi aja ya, nak." Ucap Gus Ilham mengusap kepala Arsyi setelah selesai merapikan jilbab putrinya.

"Ote Abah!"

Arsyi pun beranjak pergi dari sana dan menuju kearah umi dan Ning Hana.

"Jodohin anak kita yuk," ucap Gus Adam membuat Gus Ilham dan Ustadz Abraham menoleh.

"Sudah berapa kali sih saya bilang, kalau saya tidak mau menjodoh-jodohkan anak-anak saya! Kamu kira perjodohan itu enak,"

"Memang nggak enak Gus?" Tanya ustadz Abraham.

"Enggak,"

"Kenapa?" Tanya Gus Adam.

"Ya karena memang nggak enak,"

"Tapi Gus Ilham sama Ning Aisyah kan, dijodohkan juga," ucap ustadz Abraham.

"Iya, saya memang dijodohkan, dan saya tau bagaimana rasanya dijodohkan. Dipaksa menikah dengan orang yang kita tidak cintai, Maka dari itu saya tidak mau anak saya merasakan apa yang saya rasakan,"

"Tapi Gus, anda dan Ning Aisyah pada akhirnya saling cinta, memiliki anak dan sampai sekarang masih awet bahkan sudah sampai bucin parah!" Ucap Gus Adam berargumen.

Gus Ilham menghela nafas panjang "Karena saya dan Aisyah memang ditakdirkan untuk bersama. Lagian kenapa pembahasan kalian lari ke pernikahan saya?"

Gus Adam dan Ustadz Abraham saling menatap, mereka berdua pun menyegir lebar menatap Gus Ilham.

"Ya sudah deh, saya doakan biar anak-anak kita saling berjodoh aja," ucap Gus Adam.

"Hm."

"Nggak di aamiin Gus?" Tanya ustadz Abraham.

"Saya mikir-mikir dulu calon besannya modelan Gus Adam," ujar Gus Ilham membuat ustadz Abraham tertawa sambil memukul lengan Gus Adam.

"Ya Allah, Gus. Jahat bener sama saya,"

Lalu kemudian Aisyah datang dari Arah dapur membawa nampan berisi secangkir teh untuk para pria.

"Afwan, bapak-bapak menganggu sebentar," ucap Aisyah bersimpuh dilantai untuk meletakkan minuman untuk para bapak-bapak ini.

"Waduh Ning, sepertinya kurang afdol kalo bilangnya bapak-bapak, kan, ustadz Abraham masih singgel," celetuk Gus Adam.

Aisyah sedikit tertawa ringan "Ya nggak apa-apa Gus, ustadz Abraham kan, guru Aisyah, orang tua kita disekolah. Jadi ustadz Abraham sudah bisa dikatakan bapak-bapak."

"Kesimpulannya, ustadz Abraham sudah tua jadi sudah bisa dipanggil bapak-bapak." Sahut Gus Ilham tertawa.

Sedangkan sang empu, ustadz Abraham hanya bisa menghela nafas panjang.

"Umur kita hampir sama loh, Gus," ujar ustadz Abraham.

"Tapi kita sudah laku!" Ucap Gus Adam.

Aisyah tertawa pelan, ia kemudian menyodorkan secangkir teh kearah suaminya. Kesempatan emas itu Gus Ilham pakai berbuat modus dengan cara memegang tangan istrinya.

Aisyah Aqilah || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang