bagian 26

35.5K 4.5K 2.5K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Halo semuanya apa kabar? Jangan lupa komen disetiap partnya, senang banget dek kalau kalian aktif membaca aktif komen juga.

....

"Bagi seorang anak, sosok ayah adalah pahlawan baginya dan bagi mereka seorang ibu adalah malaikatnya. Itulah makanya yang marah cukup ibunya. Ayah cukup jadi penolong aja."

"Karena anak tidak bisa membenci ibunya, tapi anak kalau sudah benci sama ayahnya, bisa seumur hidup." Ilham Syakir Vernando.

~o0o~

"Nak, utamakan adab dulu baru ilmu. Karena orang yang beradab sudah pasti berilmu, tapi orang yang berilmu belum tentu beradab."

"Kenapa bisa begitu abah?" Tanya Arsya.

"Karena kepintaran seseorang tidak akan ada harganya kalau tidak mempunyai adab. Ilmunya akan bahaya jika tidak dihiasi dan dibarengi dengan akhlak."

"Orang beradab itu bagaimana, abah?" Tanya Arsyi.

"Kalian masih ingat kata-kata ajaib dari umi?"

Kedua anak itu mengangguk. "Terima kasih, maaf dan minta tolong."

"Fungsinya meminta tolong, untuk apa?"

Arsyi mengangkat satu tangannya. "Aci, tau!"

"Coba Arsyi."

"Kalau kita mau minta bantuan olang lain, halus bilang minta tolong."

"Kalau Fungsinya kata maaf, apa coba Arsya?"

"Kalau kita merasa salah, harus minta maaf."

"Dan terakhir terimakasih' membuat kita lebih menghargai hal-hal kecil dan memahami bahwa semua hal baik di dunia ini memiliki makna yang besar."

"Jadi Arsya sama Arsyi jangan pernah lupa kata ajaib itu ya. Sesungguhnya Allah itu tidak pernah tidur, dia selalu melihat serta mendengar apapun yang kita lakukan. Maka dari itu, penting lah bagi kita untuk senantiasa memohon ridho-nya."

"Siap, abah!"

"Terima kasih, abah. Sudah ajari Aca," ucap Arsya mencium punggung tangan Gus Ilham.

"Aci juga, Makasih abah, sudah kaci Aci Ilmu."

Gus Ilham tersenyum bangga. "Sama-sama sayang, ingat selalu ya, nasehat dari abah dan umi."

"Mas?" Aisyah datang menghampiri suami dan anak-anaknya.

"Syah? Kenapa turun, kamu udah enakan? Nggak mual lagi?" Cecar Gus Ilham. Ia menepuk tempat kosong disamping nya, menyuruh Aisyah duduk.

"Lumayan, Aisyah agak lemas aja." Aisyah menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya. "Arsyi kok cantik?"

Arsyi menoleh pada uminya. Ia tersenyum merona. "Iya dong, Aci kan, memang cantik."

"Mas, Aisyah juga mau cantik, kayak Arsyi...kamu udah beliin aku skincare kan?"

Gus Ilham mengangguk. "Tinggal tunggu kurir datang."

"Yeay!"

Gus Ilham tertawa. "Senang banget ya?" Aisyah mengangguk. "Iya Senang banget!"

"Oh yah, nanti kita ke dokter periksa kamu kenapa?"

Aisyah mendongak menatap suaminya. "Kayaknya Aisyah isi deh, mas."

Aisyah Aqilah || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang