8. Chaos

2.5K 113 27
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Balik lo!" Langgam sedikit mendorong bahu Allera agar segera melangkahkan kakinya, kemudian Langgam mengikutinya dari belakang.  Mereka sedikit menjaga jarak agar tidak ada yang curiga keduanya berjalan beriringan.

"Ini kemana?" Tanya Allera kebingungan karena sungguh stadion GBLA cukup luas membuatnya bingung, sedangkan Langgam mengajaknya jalan pintas untuk menghindari kontak mata orang-orang.

"Belok kiri," ujar Langgam.

Beberapa saat kemudian mereka sampai di parkiran. Suasana parkiran cukup sepi karena orang-orang berada di dalam stadion.

Langgam terlihat tengah mengotak atik ponselnya kemudian suara panggilan masuk. Beberapa detik sampai akhirnya Langgam memutuskan sambungan. Sepertinya pria itu tengah menghubungi seseorang.

"Lo pulang sendiri." Ujarnya dengan mata yang masih fokus pada benda pipih itu.

"Sendiri?" Tanya Allera.

Langgam diam saja tanpa menjawab pertanyaan istrinya. Beberapa menit kemudian, sebuah mobil civic datang dari arah barat, melaju mendekati keduanya.

"Naik!" Ujar Langgam.

"Kakak gak ikut pulang?" Tanya Allera.

Langgam tak menjawab, pria itu malah fokus berbicara pada supir.

"Gue bilang naik!" Ujarnya lagi menyadari Allera belum masuk mobil.

Dengan ragu gadis itu masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang tak enak, ditambah lagi nyeri di perutnya masih belum mereda. Disisi lain, ia juga masih ingin berada di tempat ini, menonton tim sepak bola sekolahnya sampai selesai. Namun apa boleh buat? Ketuanya saja sudah melarang ia nonton dan malah menyuruhnya pulang.

"T-tapi Lera masih mau di sini." Ujarnya ragu sambil menundukan wajahnya.

"Sinting lo? Mual-mual gitu masih mau diem
di tempat kaya gini?" Tanya Langgam tak habis pikir. Penyebab Allera mual-mual pasti karena situasi yang cukup keos, ditambah lagi asap smoke bomb dan asap rokok bertebaran dimana-mana. Bisa-bisanya gadis itu masih tetap ingin menonton bola!

Allera mengangguk ragu. Katakanlah ia keras kepala, karena pada dasarnya seumur-umur ia tidak pernah memiliki kesempatan seperti saat ini. Diizinkan oleh Langgam saja ia sudah sangat bersyukur! Maka dari itu Allera tidak ingin menyia nyiakan kesempatan.

Langgam mengusap wajahnya kasar sambil menatap Allera tajam. Emosinya mulai naik berkali-kali perintahnya dibantah oleh Allera. Gadis itu sangat keras kepala membuatnya kesal saja.

LANGGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang