9. Ngidam

2.6K 97 4
                                    

LANGGAM melangkah masuk ke dalam rumah minimalis atau bahkan terbilang kecil dan sempit itu. Ia membuka sepatunya kemudian melangkah masuk, suasana di dalam rumah hening, hanya terdengar suara jarum jam yang terus berdenting. Ia kembali melangkah memasuki kamarnya yang sudah tertutup.

Keadaan rumah sepi, kemungkinan tante Emma dan Allera sudah tidur. Wajar saja karena saat ini jarum jam sudah menunjukan pukul dua belas malam.

Langkahnya masuk ke dalam kamar, ia mengernyitkan dahinya menyadari Allera tidak ada di tempat tidur. Tak ambil pusing pria itu duduk di atas kasur kemudian menyimpan jaketnya di atas nakas.

hueeek

hueeek

Terdendar suara rintihan berasal dari kamar mandi, dapat dipastikan itu adalah Allera. Langgam berdecak, ia beranjak dari ranjang kemudian membuka knop pintu kamar mandi. Di sana Allera tengah memuntahkan isi perutnya ke dalam closet.

Langgam menyandarkan tubuhnya pada tembok kamar mandi, tangannya ia masukan ke dalam kantong celana sambil memperhatikan Allera. Pelipis gadis itu bercucuran mengeluarkan keringat, tangannya menekan perut menahan rasa sakit.

Langgam sama sekali tidak ada niat membantu Allera, ia bahkan tetap bersandar dalam posisinya sambil terus memperhatikan gadis itu.

Setelah selesai, Allera membasuh wajahnya kemudian berbalik badan, ia cukup terkejut mendapati Langgam yang tengah bersandar, ia bahkan tak menyadari kehadiran pria itu. "Udah?" Tanya Langgam yang langsung mendapat anggukan dari Allera.

"Ganti baju," titah Langgam.

"Ga—"

"Baju lo basah," Pandangan Langgam tertuju pada t-shirt yang Allera gunakan sudah basah.

"A—ah iya." Allera mendadak gugup, tangannya refleks menutup bagian dadanya, takut barangkali Langgam melihat asetnya yang tercetak di balik kaosnya.

Allera segera keluar dari kamar mandi, ia tak ingin terus berlama-lama diperhatikan seperti itu oleh Langgam. Ia gugup tentu saja, apalagi saat pandangan Langgam tak lepas dari cetakan bajunya yang basah. Pandangan pria itu terlihat, mesum?

Allera segera membuka lemari pakaian, kemudian ia mengambil kaos tidurnya. Sedangkan Langgam tetap di kamar mandi, sepertinya pria itu tengah bersih-bersih.

Allera melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul setengah satu malam. Langgam baru pulang jam segini? Padahal di grup angkatan ia melihat Salvaze bubar dari pukul 8 malam. Tapi kenapa suaminya itu baru pulang? Apa mungkin Langgam melipir dulu ke tempat yang seringkali pria itu kunjungi bersama teman-temannya?

Tak mau berpikir macam-macam, Allera segera merebahkan tubuhnya. Ia seringkali merasa mual pada tengah malam seperti saat ini, membuatnya sedikit tertekan dan kesulitan memuntahkan isi perutnya. Ditambah lagi tak ada orang yang membantunya membuat ia harus tertatih-tatih sendirian. Ada pun Langgam, pria itu sama sekali tidak membantunya.

Allera menghela napas, ia menarik selimut sebatas dada, matanya terpejam mencoba tidur kembali, semoga esok ia bisa sekolah seperti biasanya.

Belum sempat terlelap, suara pintu kamar mandi terbuka membuat Allera kembali membuka matanya, melirik Langgam yang keluar kamar mandi dengan tubuh shirtless nya. Allera gugup, dengan segera ia kembali menutup matanya. Ia tak ingin lama-lama melihat dosa.

Langgam bergerak membuka lemari pakaian, ia mengambil t-shirt warna hitam kemudian memakainya. Langgam duduk di atas ranjang sambil memainkan ponselnya. Ia mengirimkan beberapa pesan pada teman-temannya.

LANGGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang