ALLERA melangkahkan kakinya menyusuri trotoar, kurang lebih sudah sepuluh menit lamanya ia menyusuri trotoar sambil terisak menangis. Apa Langgam tidak ingat kalau ia tidak membawa ponsel? Mau bagaimana ia memesan gocar atau sekedar menghubungi Gavra untuk menjemputnya? Allera kesal, tapi ia hanya mampu menangis sambil tetap berjalan.
Ia bahkan tidak dapat mendeskripsikan perasaannya saat ini, marah, kesal, sedih, campur aduk. Langgam benar-benar pergi meninggalkannya, dan hal itu sangat membuatnya kecewa. Ia dan calon anaknya bahkan tidak diposisikan sebagai prioritas pria itu. Allera menghela napas, lagian, apa yang mau diharapkan dari Langgam? Jelas-jelas pria itu terpaksa menikahinya karena sebuah pertanggung jawaban. Harusnya Allera sadar akan hal itu.
Jarum jam hampir menunjukan pukul enam sore. Matahari bahkan sudah tidak terlihat keberadaannya.
Allera menyeka dengan kasar aliran air mata yang lagi-lagi membasahi pipinya. Ia kembali melangkah menyusuri trotoar, berharap ada taksi, angkot atau ojeg yang lewat. Bersyukurnya Langgam masih memberinya lima lembar uang sehingga ia masih bisa menggunakan taksi untuk pulang. Meskipun hampir 15 menit lamanya ia tidak menemukan taksi yang lewat.
***
"Bagong, liat dah, itu Allera bukan sih?" Tanya Zayyan menyenggol body motor milik Hansa.
"Hah? Yang mana?" Tanya Hansa. Mereka melipir ke pinggir jalan terlebih dahulu untuk memastikan dugaan Zayyan kalau yang pria itu lihat benar-benar Allera. Istri sahabatnya.
"Itu tuh yang pake celana pendek, depan warung soto Bu Imas," Tunjuk Zayyan pada seorang gadis di sebrangnya. Meskipun jarak mereka cukup jauh, namun, insting Zayyan kalau ada cewek cakep langsung gerak cepat. Belum lagi, paha mulus Allera yang terpampang nyata membuat mata Zayyan seketika teralihkan pada sosoknya yang mencolok karena kulit putihnya sangat bening.
"Lah iya, ya? Badannya kayak Allera, ngapain dia dimari?" Tanya Hansa.
"Ayo samperin, dah. Kasian udah mau malem masa bumil masih berkeliaran." Ujar Zayyan bersiap untuk menghampiri Allera, namun segera ditahan oleh Hansa.
"Kalau dia lagi sama cowoknya gimana?" Tanya Hansa.
"Langgam maksud lo?" Tanya Zayyan.
Hansa menggeleng, "Bukan, anjing. Si Langgam mah lakik nya, maksud gue Gavra. Yang anak band itu, dia kan pacarnya Allera." ujar Hansa.
"Kalau sama Gavra, gak mungkin Allera jalan ditrotoar sendirian kayak gitu. Udah ah, ayo buruan samperin." Zayyan segera menjalankan motornya menghampiri Allera yang sudah berjalan cukup jauh dari mereka.
"Allera!!"
Keberadaan motor yang tiba-tiba melipir ke arahnya membuat jantung Allera rasanya hampir merosot. Ia pikir ada orang jahat yang mau menculiknya.
Motor Zayyan dan Hansa naik ke atas trotoar kemudian mereka berdua sama-sama membuka helm-nya.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Zayyan, kedua pria itu turun dari atas motor untuk memeriksa keadaan Allera lebih jelas. Wajah yang merah, mata yang sembab, dan ingus yang meler membuat mereka dapat memastikan kalau Allera habis menangis.
"Heh jawab, ngapain di sini? Udah mau malem loh ini," Tambah Hansa bertanya.
Tubuh Allera bergetar, ia terkejut bukan main mendapati teman-teman Langgam ada di sini. Sebelumnya, ia belum belum pernah secara face to face dengan teman suaminya ini. Membuat Allera sedikit terkejut. Belum lagi, gelar mereka sebagai cowok hits di sekolah membuat Allera segan, bahkan untuk sekedar menjawab pertanyaan mereka pun, Allera takut.
![](https://img.wattpad.com/cover/131440475-288-k758109.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGGAM
Teen Fiction"Gugurin bayi ini atau gue bunuh lo saat ini juga?!" Allera Shetaraz merupakan cewe sederhana yang penuh dengan segudang prestasi. Gadis itu memasuki kategori 'cewek paling pintar' di sekolahnya. Terbukti dari berbagai macam prestasi yang Lera raih...