-01

137 17 5
                                    

Happy reading!
.
.
____________________________________________

Pukul 06.00 pagi, Aisha sudah berada di sekolah dan sekarang dia menyesal untuk berangkat sepagi ini. Kalau bukan karena abangnya, dia masih nyantai di rumah dan akan berangkat 15 menit sebelum bell berbunyi.

Aisha berangkat sepagi ini karena yang bisa mengantar dia ke sekolah cuma abangnya, sedangkan bundanya hanya bisa naik mobil dan mobilnya lagi di bengkel, ditambah gak bisa naik motor jadinya gak bisa anterin dia. Abangnya pagi ini harus balik ke Jogja karena ada kelas dadakan.

Ethan hari ini gak masuk karena ijin ada acara keluarga Mamanya di Bandung. Alhasil gadis itu tak ada gojek pribadi dan harus ikut Kakaknya berangkat pagi buta.

Aisha bisa naik motor kok, cuma motornya ada satu. Itupun punya abangnya.

Kembali lagi ke kegiatannya sekarang, Aisha memasuki kelasnya yang sepi. Gadis itu berjalan ke bangku barisan belakang. Baru saja dia meletakkan tasnya di meja, matanya menangkap sesuatu yang familiar baginya.

"Lah, dia udah berangkat?"

Kepalanya kini celingukan. Namun tak ada seorang pun disini selain dirinya. Aisha kembali berjalan keluar kelas, kini dia melangkah ke ruangan paling pojok di lantai dua ini.

Aisha membuka pintu perpustakaan dengan pelan, dia mengintip ke dalam terlebih dahulu sebelum melepaskan sepatunya. Matanya menangkap objek yang dia cari membuat senyumannya terbit.

Aisha melepaskan sepatunya dan meletakkannya ke rak sepatu. Lalu masuk ke dalam perpustakaan.

"Assalamualaikum," tak lupa dia mengucapkan salam ketika memasuki ruangan itu, Aisha langsung bertatapan dengan penjaga perpus.

"Wa'alaikumsalam. Loh, tumben kamu kesini sepagi ini?"

Aisha cemeberut, "Ihh emang kenapa sih, Bu?"

Bu Linda tertawa, "Aneh aja gitu, biasanya kamu sukanya ke kantin walau jam pelajaran masih berlangsung."

"Ihh kenapa Ibu buka kartu sih! Kan aku jadi maloe." Aisha cekikikan, tangan kanannya meraih bolpen dan mengisi daftar hadir.

"Sudah menjadi rahasia umum bagi para guru, Sha."

Aisha mendongak, "Wah, berarti aku famous dong?"

Bu Linda kembali tertawa, lalu menepuk lengan Aisha pelan. "Dasar!"

Aisha tersenyum, dia melangkahkan kakinya menuju ke rak buku khusus novel. Namun matanya fokus ke seseorang yang sepertinya tertidur di antara rak khusus fiksi dan rak khusus non-fiksi.

"Baput," panggilnya ketika sudah di samping pemuda itu. Aisha membungkuk ingin memastikan Aksa tertidur atau tidak.

"Astagfirullah!"

Aisha langsung kembali menegakkan badannya. Sedangkan Aksa dengan reflek memundurkan kepalanya yang kini malah terbentur rak.

"Eh aduh bunyinya renyah banget, sakit gak?" celetuk gadis itu yang kini berjongkok di samping Aksa.

Aksa yang sedang mengelus kepalanya kini menatap Aisha. "Ngapain lu?"

Bukannya menjawab, Aisha malah mengelus kepala bagian belakang Aksa. Namun pemuda itu tak mengelaknya. Lama mereka beradu pandang, membuat hati Aisha menjadi tak karuan. Dia berusaha mati-matian untuk menahan sikap gilanya.

"Udah, gak sakit."

Aksa menjauhkan kepalanya dari tangan Aisha, lalu berdiri dan meninggalkan gadis itu sendirian.

"Makasih," ucap Aksa sebelum makin jauh jaraknya dengan Aisha yang kini terdiam mematung.

Tahan Sha tahan, ini perpustakaan gak boleh berisik. Kalau mau teriak nanti aja di kebon belakang sekolah, Sha.

SASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang