-10

59 10 2
                                    

Happy reading!
.
.
____________________________________________

Satu bulan berlalu, sekarang bulan Desember. Sebagian kelompok dikelas Aisha pun sudah ada yang di acc dengan wali kelas, namun ada juga yang belum.

Kelompok Aisha udah tenang lantaran laporan mereka sudah di acc sama Bu Ning. Tinggal presentasi aja nanti pas kelas dua belas sebagai ujian praktek.

Dalam waktu dekat sekolahnya akan mengadakan camping hanya untuk kelas sebelas semua jurusan.  Tujuan camping ini agar siswa-siswinya dapat rileks dan juga sebagai kenangan karena di kelas dua belas nanti pasti sibuk belajar untuk ujian.

Belum tahu pasti kapan acara itu diadakan, karena para guru juga sedang mencari waktu yang tepat. Tahun depan, tepatnya bulan Januari sudah ada jadwal sendiri yakni Ulangan Kenaikan Kelas. Maka dari itu para guru sedang rapat hari ini untuk membahas camping.

Semua kelas pun Jamkos,  termasuk kelas sebelas Akuntansi-2.

Jia sebagai ketua kelas sudah mewanti-wanti temannya agar tak bermain bola dalam kelas, takut kejadian bulan lalu keulang lagi.

Aisha masuk dengan riang sambil menenteng empat bungkus roti selai. Yura dibelakangnya memasang wajah masam. Dia habis di palak sama teman sebangkunya.

"SAYANG, AKU DIPOROTIN SAMA BOKEM!" Yura mengadu ke Dana yang lagi main kartu bareng Angga, Raka, dan Aksa di bangku belakang.

Yura menunjuk Aisha saat Dana menatapnya. Yang ditunjuk pun hanya menjulurkan lidahnya ke dua sejoli yang baru jadian beberapa hari lalu.

Jia kira setelah Yura dan Dana pacaran, mereka berdua bakal kalem malu-malu gitu..  Tapi malah makin menjadi gila. Mereka berdua masih sama kayak dulu yang berisik namun sekarang ditambah dengan keuwuan yang membuat seisi kelas ingin muntah.

"Berapa sayangku??" tanya Dana.

"Dua belas ribu." Yura duduk disebelah pacarnya. Raka mendengus karena dia diusir sama cewek itu.

"Monyet monyet!" ingin rasanya Raka menjambak rambut panjang Yura yang barusan terkena wajahnya.

"Bubar ah, gak asik ada cewek gila." lanjut Raka yang langsung kabur sebelum kena amukan Yura.

Di barisan yang sama, Aisha duduk di bangkunya sambil memakan rotinya dengan raut senang. Fera lagi buat gelang didepannya.

"Fer, roti." tawar gadis itu sambil meletakkan satu bungkus roti rasa blueberry didepan Fera.

"Iya, makasih."

Fera membuat gelang dengan motif yang lucu, ia menarik tangan kiri Aisha lalu mengukurnya dengan benang wol.

"Kalau udah jadi, lu harus pake pokoknya!"

Aisha hanya mengangguk, barang gratis masa ditolak? Semenjak dirinya potong rambut, Fera ini jadi lebih perhatian ke dirinya. Aisha berasa jadi anaknya Fera.

Fera pernah ngasih Jepitan lucu, terus bando telinga kelinci, bando telinga kucing, bandul kunci kepala kucing, boneka beruang kecil, dan sekarang dia mau dikasih gelang.

"Fer, lu sama Juan gimana?" tanya Aisha dengan hati-hati, takut menyinggung cewek itu tapi dia kepo juga.

"kita temenan, Sha." ucapnya lalu tersenyum.

Aisha mengangguk sambil ber-oh ria. Kepalanya menoleh ingin melihat Yura namun salah fokus dengan Aksa yang sedang tidur dengan wajah yang dipangku tangan menghadap kearahnya.

Gadis itu tersenyum tipis, tangan kanan menumpu kepalanya yang kini juga mengahadap ke Aksa. Sampai sekarang Aisha masih suka menggoda Aksa, namun reaksi cowok itu agak berbeda dari yang sebelumnya yang hanya menganggapnya seperti angin lalu.

SASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang