Keluar Diam-Diam

7 1 0
                                    

Kunjungi versi webtoonnya: https://tinyurl.com/pesta-dalam-penjara


Mata para tahanan terbuka lebar-lebar. Bunyi derit gembok penjara yang beradu menyiagakan mereka. Hari sudah malam, tapi mengapa sipir malah datang? Lantas benak mereka dipenuhi beragam pertanyaan. "Apakah ada anak baru? Ada dari kami yang dipindahkan sel? Ada yang dibebaskan? Atau..." Namun di antara banyak pernyataan yang buram, pada akhirnya hanya mencuat satu pertanyaan. "Apakah ada orang yang mencariku?" pikir mereka menebak-nebak. "Tapi, ini bukan waktunya jam besuk." batin mereka menepis pemikiran mereka sendiri.

Seperti biasa ketika sipir datang, topeng wajah Supri, Nanang, dan Anto berganti menjadi segar. Berharap akan segera dibebaskan dari sel pengap ini. Benar saja, Nanang dan Supri dikeluarkan dari ruang sel. Namun mereka bukan keluar dari Lapas Kali Duren, melainkan pindah ke Gedung C karena sudah berstatus terpidana. Kemarin siang tepatnya, mereka berdua sudah mengikuti persidangan. Ketukan palu hukum berkata, bahwa mereka adalah dua penipu yang sudah menjerat puluhan korban. Sama seperti Ucok, kini mereka adalah narapidana penghuni lapas ini.

Derit kedua gembok kembali bergema. Setelah tujuh jam ditutup, pintu blok kembali dibuka. Mengapa kedua sipir itu datang lagi? Yogas lekas bangkit dari tidurnya. Pandangannya menyambar jam yang terpaku di tembok. Jarum jam memeluk bilangan delapan, rupanya kini sudah pagi.

"Yogas.. ada yang ingin bertemu denganmu..!" seru sipir sambil menyibak pintu sel bernomor 11. Anto menatap penuh curiga. Lagi-lagi, hanya Yogas yang dipanggil untuk menjumpai seseorang.

Yogas bergulir ke ruang besuk. Nafasnya berhembus lega, bibir keringnya tersenyum saat ia melihat Salima datang untuk membesuknya. Di hari ketujuh tepatnya, Salima bertandang ke rumah kurungan milik Yogas. Namun, Salima datang membawa perangai buruk.

Salima menghentak berlembar kertas ke meja. Lalu dengan berangnya, kertas itu disodorkan ke hadapan Yogas, " Aku ingin kita bercerai.. Aku malu punya suami sepertimu.." cerca Salima dengan mata berair. Kertas di genggaman tangannya itu, adalah berkas-berkas perceraian.

Yogas bangkit dari kursinya. Kertas yang diberikan Salima itu ia remas sampai menjadi bulat, lalu ia lempar ke tong sampah di ujung ruangan. "Tidak, tolong pikirkan anak-anak kita.. bagaimana jadinya kalau kita ber.."

Belum sempat menuntaskan ucapannya, Salima menyambar perkataan itu lebih tajam, "Harusnya kau pikirkan ini dari awal. Mengapa kau berkomplot dengan panjahat-penjahat itu..!"

Salima memalingkan wajahnya dari Yogas. Pergi, membawa ledakan amarah di dasar hati. Namun sebelum beranjak dari situ, Salima berkata dengan melantangkan peringatan, "Aku akan kembali lagi dengan surat lainnya... Jadi, kau hanya harus membubuhi tanda tangan saja.."

Yogas kembali menuju ruang sel dengan mengerutkan wajah layu. Sambil berjalan, mukanya hanya merunduk ke bawah. Jiwanya runtuh, ia bimbang untuk berkata apa. Tiba-tiba arah pikirannya terbesit ke Permana. Ketetapan hatinya sudah jatuh. Ia bahkan ingin mengundurkan diri dari operasi 'Party in the Jail'. Yogas masuk ke blok tahanan dengan paras muram. Kala berpijak di depan pintu berbesi, sebelum sampai di selnya, dia meminta sipir yang mengawalnya untuk dipertemukan dengan Badri.

Badri dan Yogas akhirnya bertemu. Mereka saling bercakap di sebuah ruangan kosong di lantai tertinggi, lantai ke lima di Gedung D. Mereka hanya diam, bergeming, tetapi tatapan mereka berkeliaran ke layar ponsel. Tidak berkoar dalam lisan, tapi saling berucap lewat vpn. Teknik ini dilakukan agar tidak ada sipir yang mampu mencuri dengar percakapan berharga ini. Dengan demikian, kerahasiaan misi utama tidak akan mengundang ancaman.

"Benarkah? Kau ingin bertemu Pak Permana?" sela Badri di tengah percakapan. Ia sedikit merengut ketika mengetikkan kalimat itu.

"Ya, aku ingin membicarakan sesuatu dengannya.." balas Yogas dengan ketikkan bernada tegas.

Pesta Dalam PenjaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang