Pandangan Ratih terus berlarian, menelesik ke depan, mengiringi jejak kaki hendak melangkah kemana. Bentangan jalan disesaki manusia, sulit baginya untuk leluasa melangkah. Akan sangat berbahaya jika ia tersandung, sedangkan seseorang di belakangnya terus memburu dirinya. Mendadak Ratih tergelincir, terpelanting ke bahu jalan ketika kalah beradu pundak dengan orang lain. Sekejap, tatapannya melesat ke atas, lekas beradu pandang dengan pria yang mengejarnya.
"Aku Haikal. Apa kau masih ingat aku?" tutur pria itu menyadarkan Ratih.
Mulut Ratih melangah, sambil ia mengingat-ingat nama itu. "Ya, aku baru ingat. Kau teman ayahku." sentaknya sedikit tercengang.
Haikal menarik tangan Ratih, sehingga gadis itu bisa berdiri tegak. Ratih mulai angkat bicara, membeberkan mengenai keberadaan dan kebobrokan Surga Biru di penjara. Mereka pun terlibat dalam percakapan singkat di pesisir jalan.
"Apa? Ayahmu akan dieksekusi mati secara diam-diam?" Haikal terperangah mendengar kesaksian Ratih.
"Ya, kita harus menggagalkannya. Dokumen Surga Biru harus kita sebarkan ke publik. Itu satu-satunya cara agar ayahku dan orang-orang yang dituduh bersalah dapat diselamatkan!" ujar Ratih merencanakan siasat jitu. Dia juga bahkan menyimpan salinan dokumen Surga Biru di tempat fotokopian.
Haikal mengangguk beberapakali, kemudian ia menambahkan, "Kita harus berpencar setelah mengambil dokumen itu. Kau harus menyebarkannya ke media massa. Para jurnalis pasti akan tertarik dengan berita hangat ini!"
"Lalu bagaimana denganmu, paman?" sela Ratih.
"Aku akan menyebarkannya ke rumah-rumah hukum." tegas Haikal dengan percaya diri.
Kini, mereka berdua saling berbagi tugas. Apakah mereka dapat menghentikan eksekusi mati yang akan dialami oleh Falih dan Yogas? Namun pada kenyataannya, mereka dihimpit waktu yang sangat singkat, hanya tiga hari saja.
***
"Kapan eksekusi mereka akan diadakan? Apakah kita benar-benar tidak jadi melarikan diri keluar negeri?" tanya Prasetyo sembari bersandar nyaman di sofa hangat. Seringkali jemarinya menggerayangi camilan manis di permukaan meja. Dan lesat, menyantap mereka ketika sampai di lubang mulutnya.
"Besok hari eksekusinya. Yogas dieksekusi jam 11 pagi, sedangkan Falih dua jam lebih awal." jelas Permana dengan seringai lebar, "Kita akan pergi setelah memastikan mereka kalah dari kita!"
Kringg!! Kringg!! Sebuah ponsel menyeru-menyeru pemiliknya. Dia bergetar pelan, layarnya menyala, seseorang dengan nomor tidak dikenal rupanya sedang menelepon. Permana lesat meraih ponselnya yang terbaring di lipatan sofa empuk. Ternyata yang tengah menghubunginya adalah sipir, anak buahnya Prasetyo. Dari balik speaker, dia berbicara dengan nada gelisah.
"Ratih kabur? Bagaimana bisa?" kalimat cemoohan terlontar dari mulut Permana. Ia geram, karena para sipir tidak bekerja dengan baik.
Prasetyo dan Permana, lekas mengambil tiket pesawat di laci suatu lemari. Tak lupa mereka juga mempersiapkan surat-surat lainnya untuk tindak pelarian. Bila nasib buruk mendera, mereka akan langsung meluncur ke bandara untuk kabur keluar negeri.
Cepat-cepat Permana dan Prasetyo bergerak ke mobil. Mereka berusaha menemukan Ratih sebelum ia berbicara kepada pers. Berupaya pula membungkam mulutnya, supaya kerahasiaan 'pesta dalam penjara' akan tetap terjaga. Di waktu sempit inilah rahasia hidup mereka dipertaruhkan. Akankah kebobrokan di bilik penjara dapat terungkap ke semua lapisan masyarakat?
Sudah empat jam menyusuri tempat yang kemungkinan disambangi Ratih, tetapi Permana dan Prasetyo tidak menemukan gadis cerdas itu. Dimanakah dia berada? Padahal mereka telah mengacak-acak seisi kota. Dengan kesalnya Permana memukul dashboard mobilnya, lalu ia menyetel siaran radio untuk meredam gejolak amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesta Dalam Penjara
Mystery / ThrillerSurga Biru, adalah organisasi yang menjual kemewahan di dalam penjara. Sehingga para koruptor dan napi berduit bisa menikmati fasilitas hotel di ruang selnya. Mereka bisa berjudi, menikmati narkoba, prostitusi, dan hal lainnya di balik jeruji besi...