"Ayo.. papa.. ikutt!!" Ratih menarik manja tangan kiri ayahnya, memaksanya bergulir memasuki setapak rumah kecil. Rumah yang sangat familiar, bahkan dulu selalu hangat menyapa mereka. Pintu rumah yang terbuka seakan tersenyum, mengajak Yogas untuk masuk ke dalam, kembali menghiasi waktu saat bersama dengan keluarganya.
Yogas berjalan pelan, terseret arus langkah kedua anaknya. Bola matanya melirik kesana-kemari, mencermati balon-balon yang bergelayutan di tali yang mengelilingi bentangan panjang tembok beranda. Ruangan rumah disesaki para anak kecil yang mengenakan topi kerucut berkilau. Kini, mereka tengah mengadakan pesta. Lalu siapakah yang ulang tahun? Apakah itu Yogas?
Beberapa langkah ke depan, setelah memasuki ruangan rumah, pandangan Yogas menuju ke kue besar di atas meja.
"Tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga.. Sekarang juga!" riuh banyak anak kecil menyanyikan lagu ucapan selamat ulang tahun.
Tepat di depan meja, seorang gadis kecil meniup udara ke lilin-lilin. Api yang tertiup itu bergoyang, lalu padam setelah hembusan yang ketiga. Mulut Ratu terlalu mungil, agak sulit baginya untuk menumbangkan api di kue miliknya. Yogas melihat angka '10' di atas kue ulang tahun, pertanda bahwa Ratu telah menginjak usia sepuluh tahun.
"Ratu, katakanlah apa permintaanmu?" tanya Salima pada anaknya yang dengan usilnya mencoleki pinggiran kue besar.
Slupp!! Slupp!! Ratu menjilati krim kue yang melumeri jari-jemarinya. Setelah itu, dia mengajukan keinginan terbesarnya, "Aku ingin papa dan mama bersatu lagi..." lantang Ratu di hadapan seluruh temannya.
Kedua tangan mungil Ratu menarik Salima dan Yogas, sehingga mereka berdua merapat, saling berpapasan sangat dekat. Salima dan Yogas memalingkan lirikan ke bawah, ke lantai keramik karena canggung. Paras mereka memerah sekejap. Jantung mereka pun didebar perasaan asmara.
"Apa yang harus aku lakukan?" kata-kata itu berbisik di hati keduanya. Namun sebelum kata hati berucap lagi, Ratu menarik ibu dan ayahnya ke beranda depan. Kemudian, dengan sengajanya, gadis itu meninggalkan mereka berdua di bangku teras. Membiarkan mereka bicara satu sama lain.
"Kurasa kita harus kembali." ucap Yogas dengan raut malu.
"Kembali untuk apa?" celetuk Salima usil, pura-pura tidak tahu.
Yogas mengeluarkan sebuah kotak kecil dari kantung bajunya. Ia tarik pula sebuah cincin emas yang bersandar di dalam kotak itu. Paras Salima mulai goyah. Tatapannya bergetar melihat Yogas memasukkan cincin ke jari manisnya. Mulutnya hanya bungkam, tidak dapat berkata-kata karena terlalu terkejut. Diam-diam, sesekali Salima meliriki wajah Yogas. Seringkali ia membuang pandangan ketika sorot mata Yogas menepi padanya. Perasaannya mulai campur aduk. Kalimat apakah yang akan keluar dari bibir basah Salima?
Memang, nama Amira masih lekat dalam jiwa Yogas. Namun tidak ada salahnya membuka diri, membuka tirai hatinya kepada Salima. Kini Amira sudah tiada, peristiwa penculikannya saat itu nyatanya telah meregang nyawanya. Dengan kembali menikahi Salima, Yogas berharap bisa merangkul kembali hati kedua anaknya. Kembali seperti dulu, hidup bahagia meski tidak berpayungkan limpahan kekayaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pesta Dalam Penjara
Mystery / ThrillerSurga Biru, adalah organisasi yang menjual kemewahan di dalam penjara. Sehingga para koruptor dan napi berduit bisa menikmati fasilitas hotel di ruang selnya. Mereka bisa berjudi, menikmati narkoba, prostitusi, dan hal lainnya di balik jeruji besi...