Putaran rolet yang kian melambat menyentak hati Yogas. Warna biru, perlahan pointer menunjuk bagian itu. Yogas menatap dengan perasaan berdebar, berharap putaran rolet berhenti di titik tersebut.
Kuncoro berucap ketika pointer sudah menunjuk sebuah warna, "Selamat, kau menjadi muncikari! Banyak anak buahku yang mengidamkan posisi itu."
Bibir Kuncoro mencuat ke depan lagi. Ia mulai membuka identitas diri dan menjelaskan peraturan sebagai pemimpinnya Yogas, "Kau tahu konsekuensi bila mengkhianatiku?... Terkekang selamanya di penjara. Tidak hanya itu, kau juga akan tersiksa di dalamnya."
"Prasetyo.." bebernya kembali, "Dia adalah temanku. Kami sahabat dekat sejak kami menjadi orang pemerintahan."
Mucikari, Yogas bertugas menjadi mucikari. Benarkah? Jantungnya berdentam, dia gugup bila harus bertemu Anya lagi. Sejak bertemu dengan wanita itu, seringkali bayangan benaknya melangit, memikirkan hal yang tidak-tidak. Jiwanya goyah, sudah tergoda dengan paras imut Anya. Yogas gigit ujung bibirnya, menahan hasrat liar yang terus berkeliaran di hati.
"Apa kau ingin memutarnya lagi? Aku akan memberimu satu kesempatan bila kau tidak nyaman dengan posisi itu." tawar Kuncoro yang melihat Yogas serba kikuk.
Yogas memutar rolet kembali. Namun, ternyata pointer malah menunjuk warna merah, yakni pengantar narkoba. Karena ini kesempatan terakhir, ia tidak bisa mengelak. Kesempatan telah habis, sehingga ia harus menerima hasil pertaruhan tersebut.
Percakapan dengan Kuncoro berakhir, Yogas digiring dua sipir ke pintu mungil di ujung blok napi koruptor di lantai 3. Ketika mulut pintu ruangan disibak, seorang pria menyembul dari dalam sana. Dia mengantar Yogas untuk sampai di jajaran kamar anak buahnya Kuncoro. Secara tersembunyi dengan bantuan Prasetyo, Kuncoro memiliki beberapa tangan kanan yang diselundupkan di Gedung B.
Mereka berdua melintasi lorong panjang. Pria yang beriringan langkah dengan Yogas itu, hanya diam membisu. Seperti mayat hidup, ia terus berjalan dan tidak berucap sepatah katapun. Meski sudah Yogas ajak bicara, tetapi pria itu tetap bungkam. Dia hanya menunjuk ke pintu paling ujung ketika perjalanan berakhir.
Jejak mereka berhenti di jajaran kamar anak buahnya Kuncoro. Ruangan ini lumayan besar, terdiri dari sepuluh kamar yang saling bertatapan. Yogas lanjutkan langkahnya ke pintu belahan kiri, pintu yang ditunjuk pria itu. Pria dengan anting di kuping kiri itu, mungkinkah dia tuna rungu? Sebab ia tidak menunjukan reaksi apapun saat Yogas memancingnya bercakap.
Yogas beringsar masuk ke kamar barunya. Dia menghela nafas lega, kini tempat ia bersandar terlihat lebih nyaman. Ini tidak seperti dikekang di penjara, tetapi seakan tinggal di kamar sendiri. Ranjangnya besar dan tampak lembut. Lemari-lemari pun berdiri kokoh mencengkeram lantai keramik mengilap. Kini kehidupan Yogas seolah sudah berbeda. Belum pernah seumur hidupnya dia menikmati kamar seperti ini. Dia gembira.
Walau tembok luar terlihat kusam, namun di dalamnya terkunci secarik rahasia. Rahasia bahwa banyak ruang tersembunyi di lapas yang telah disulap menjadi menawan. Dari luar tampak angker, tetapi dari dalam ibarat kamar di hotel.
***
Kedua daun mata Yogas terbuka lebar. Sorotannya lesat mengarah ke langit-langit ruangan. Dia lekas bangkit dari ranjang, menyibak selimut yang menghangatkan sekujur tubuhnya. Dengan sigapnya ia melirik ke dinding. Mukanya gelisah, melihat jarum jam berpelukan dengan angka sembilan. "Astaga, aku kesiangan. Aku harus segera menyapu..." mendadak ia hentikan perkataannya, setelah menyadari sebuah kebodohan besar.
Dia tepak kedua pipinya. Dungu, sangat dungu. Yogas terlalu nyenyak tidur di ranjang empuk, membuatnya terlupa bahwa ia sudah tidak lagi terkungkung di bilik jeruji. Kenyamanan kamar ini telah membutakan ingatannya. Ia lupa dengan segalanya. Betapa tidak, ia merasa kehidupannya berubah. Dari yang tidur beralaskan tikar lusuh berbau menyengat, menjadi tidur di ranjang latex berpermukaan lembut dan hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesta Dalam Penjara
Misterio / SuspensoSurga Biru, adalah organisasi yang menjual kemewahan di dalam penjara. Sehingga para koruptor dan napi berduit bisa menikmati fasilitas hotel di ruang selnya. Mereka bisa berjudi, menikmati narkoba, prostitusi, dan hal lainnya di balik jeruji besi...