Warning : Ayo menjadi pembaca yang hebat dan bijak!
|❤|
Setiap orang menginginkan cinta yang indah di dalam hidupnya.
Itu adalah hukum mutlak yang tidak bisa diganggu gugat.
Bahkan seseorang yang pernah hancur karena cinta masih tetap menginginka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Assalammualaikum guys!
Hay, siap untuk membaca bab ini?
Aku ngak tau apa kalian ngerasain feel-nya atau ngak.
Aku sih belum bisa bilang atau infokan tentang bab ini karena aku sendiri belum nulis apapun dari isi bab ini.
Jadinya aku ngak bisa spoiler, heheh.
Kalian baca aja sendiri deh! Kalian cari tau dan cermati sendiri. Karena sepertinya aku bakal nulis hal-hal yang akan mengganggu Laila banget disini.
Sebelum baca jangan lupa untuk memposisikan diri menjadi oembaca yang hebat dan bijak!
Selamat membaca 📖
🍁>o<🍁
Untuk sesaat, rasanya seperti waktu yang lama.
🍁>o<🍁
Pagi ini matahari begitu perkasa. Kicauan burung mengaung dengan syahdu. Udara terasa bersih akibat terpaan hujan semalam.
Laila menapaki kawasan sekolah. Sepi masih melingkupi tempat ini. Laila rasa ia harus selalu datang pagi seperti ini supaya bisa merasakan kedamaian yang menyegarkan.
Suasana seperti ini cocok untuk menenangkan hatinya.
Semalam, mama pulang diantar seorang pria yang akhir-akhir ini sering berkunjung. Laila ingin tau siapa dia. Asal-usulnya, dan segala tetek-bengek lainnya. Namun, itu tidaklah mungkin.
Hubungan mereka sudah terlihat begitu dekat. Sementara hubungan Laila dan mama sudah tidak perlu dipertanyakan.
Laila sudah cukup mengerti. Hubungan seperti itu, jika Allah menghendaki, mungkin akan berakhir di sebuah ikatan sah.
Lambat laun, itu mungkin.
Namun, apa Laila siap untuk itu?
Jawabannya, jelas tidak ada.
Laila tidak tau bagaimana perasaannya dalam menanggapi hal itu. Ia mungkin tidak ingin, tapi apa hatinya serius menginginkan itu?
Mama terlihat bahagia. Ketika mereka berbicara, mama bahagia. Laila tidak tau apa dia akan biasa saja jika melihat kebahagiaan itu hilang.
Ransel di pundak sudah berpindah ke kursi. Laila mendudukkan tubuhnya. Menelungkupkan kepala diantara lipatan tangan di atas meja.
