5:5

771 31 0
                                    

Matahari sudah akan menampakkan dirinya dan Jinan kini sudah selesai dengan semua persiapannya untuk sekolah, dan sesekali ia pun memijat pelipis matanya karena sakit kepala yang sedari kemarin sore ia rasakan tak juga menghilang, padahal ia sudah meminum obat sakit kepala.

Kini Jinan sudah berada di ruang makan dan disana juga sudah ada Jihan dan kedua kakak laki-laki nya, mereka tinggal menunggu sang Papa untuk memulai sarapan mereka.

Semua menu sarapan pagi ini pun sudah semuanya tersaji hangat di atas meja dan mereka pun mulai memakannya.

Bik Sumbi pun meletakkan menu terakhir di atas meja tepat di depan Jinan dan Jinan pun membalasnya dengan senyuman dan ucapan terima kasih.

"Bik bukannya saya tidak minta di masakkan telur ya bik? Semuanya sudah ada di meja makan, kenapa Bibik malah bawa telur orak arik lagi?" tanya Vanya heran karena semua menu hari ini sudah tersaji di atas meja makan

"Mohon maaf Nyah, saya masak telur orak-arik untuk Non Jinan, karena Non Jinan alergi Seafood. Makannya dari tadi Non Jinan cuma makan sayur kangkung sama soup aja Nyah" jelas Bik Sumbi sopan sambil tersenyum yang seakan senyuman itu adalah ejekan bagi Vanya dan yang lainnya atas ke tidak tahuan mereka

Dan setelah mendengarkan penjelasan itu mereka merasa seakan ditampar oleh penjelasan Bik Sumbi yang lebih mengetahui tentang Jinan, bahkan mereka sebagai keluarga kandungnya saja tidak tahu hal tersebut sama sekali.

Terutama Vanya, Mamanya. Ia hanya kenatap Jinan dengan tatapan yang tak bisa di artikan, ia berpikir mungkin karena hal itu Jinan selalu menolak kotak makan siang yang ia siapkan untuk Jinan, karena Vanya biasanya menyiapkan menu yang sama seperti apa yang Jihan sukai, yaitu udang goreng tepung atau olahan udang lainnya.

Sedangkan Jinan yang di tatappun masih melanjutkam acara makannya, namun ia hanya makan 4 sendok makan saja, karena sakit kepala berat yang ia rasakan, ia jadi  tak berselera makan sama sekali.

"Jinan udah kenyang. Makasih Bik" ujar Jinan

"Jinan berangkat duluan ya Han, Kak" lanjutnya sambil mengambil tas sekolahnya

"Jinan berangkat Mah, Pa" ujarnya lagi saat akan meninggalkan ruang makan itu walaupun tak ada sahutan dari orang orang yang ia sebutkan itu, kecuali Bik Sumbi.

Dan Jinan pun kembali melanjutkan aktivitas sekolahnya sebagaimana mestinya.

*

"Tunggu sebentar ya Pak, Jinan cuma mau periksa sebentar" ujar Jinan saat sudah sampai di parkiran rumah sakit

"Iya Non. Ibuk juga sudah ngasih tahu ke Bapak, kalau non hari ini mau periksa karena non sering banget sakit kepala" ujar Pak Danu yang memang sudah tahu mengenai kondisi Jinan dari istrinya sendiri, yaitu Bik Sumbi.

"Yaudah, maaf Jinan ngerepotin ya Pak" ujar Jinan sambil turun dari mobil

"Ya ga apa apa atuh non, kan bapak juga kerja sama keluarga nya non Jinan" ujar Pak Danu sambil tertawa dan Jinan pun ikut tertawa sebelum ia memasuki rumah sakit itu.

Kini Jinan pun sudah ada di ruangan milik Bunda Rosita, dan setelah melakukan sarangkaian pemeriksaan Bunda Rosita menyarankan agar Jinan melakukan tes lab karena Bunda Rosita ingin memastikan kesehatan Jinan.

"Bun bukannya Jinan cuma sakit kepala aja ya? Kenapa harus isi tes lab?" tanya Jinan setelah keluar dari ruangan tes lab yang ia lakukan tadi dan di temani oleh Bunda Rosita juga

"Ya berdasarkan apa yang kamu keluhkan selama kurang lebih 6 bulan terakhir ini, lebih baik kita lakukan tes lab agar kita tahu mengenai kondisi kesehatan kamu lebih jauh sayang" ujar Bunda yang berharap apa yang ia pikirkan tidak akan terjadi

"Ohh begitu ya Bun. Jinan gak ngerti soalnya hehe" ujarnya terkekeh sambil menggaruk kealanya yang tak gatal

"Nanti hasil tes lab akan keluar sekitar 4-5 hari ya. Nanti biar Bunda yang kabarin kamu" ujar Rosita sambil mengelus surai Jinan

"Iya Bun, makasih banyak"

"Dan ingat, jangan lupa minum obat yang di kasih Dokter Evan tadi 'untuk pencegahan'" ujar Rosita dengan kalimat terakhir ia ucapkan dalam benaknya.

Karena menurut pemeriksaan singkat dari Dokter Evan, ini adalah tanda dari sebuah penyakit dan karena hasilnya belum bisa di pastikan, Dokter Evan pun menyarankan untuk Jinan meminum Obat itu secara rutin.

"Yaudah kalo begitu Jinan pulang ya Bun" ujar Jinan

"Iya, kamu hati hati di jalan ya sayang" ujar Rosita

Jinan pun segera pulang karena jam sudah menunjukkan 8:25, ini sudah melebihi dari jam yang di pastikan oleh papa nya untuk keluar rumah.

Jinan melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah dan baru saja 5 langkah ia berjalan sebuah tamparan keras mendarat di pipinya lagi, lalu di susul dengan pukulan tongkat sapu ijuk yang ada di tangan Papa nya

Plakk plakk plak

"Kenapa kamu baru pulang hah? Kamu ga tau tadi Jihan pingsan di sekolah!? Bukankah saya menyekolahkan kamu di sekolah yang sama dengan Jihan agar kamu bisa menjaga nya!? Kalau bukan karena anak gak tau diri kayak kamu, Putri saya Jihan ga akan ada pada situasi ini. Paham kamu!?" bantak Papa nya sambil terus memukuli Jinan yang sudah tersungkur ke lantai yang dingin itu

"Dasar anak gak tau diri!"

"Anak sialan!"

"Mati saja sana, dari pada membuat keluarga saya malu menampung anak sialan kayak kamu ini!!"

Dan masih banyak lagi umpatan, bentakan, dan ujaran kebencian dari mulut pedas Papa nya itu yang sudah tak Jinan hiraukan, karena rasa sakit yang ia rasakan mengalahkan semuanya.

"Bawa anak sialan ini dan kunci dia di gudang" ujar Chris pada 2 pelayan laki laki yang ada di rumah itu.

Padahal kenyataanya Jihan sudah bilang pada Chris alasan kenapa ia bisa pingsan, itu karena ia lupa meminum obat rutinnya dan di tambah lagi ia tadi ada latihan balet,  sehingga ia kelelahan dan kondisi nya jadi drop saat akan pulang ke rumah.

Namun apa boleh buat, saat kebencian melebihi dari rasa peduli dan kasih sayang, begitulah yang akan terjadi. Chris selalu saja melihat segala hal buruk yang terjadi pada Jihan adalah kesalahan dari Jinan, maka dari itu Jihan dan Jinan selalu berusaha untuk tidak saling mendekatkan diri, karena itu akan membuat Papa nya marah besar dan Papa nya lah yang membuat sebuah benteng tinggi menjulang di antara Jihan dan Jinan.






To be continued

Thank you guys ♥♥

About Time [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang