11:11

868 29 0
                                    

Setelah ia mengemasi semua barangnya dan meninggalkan rumah itu, kini Jinan menjalankan mobilnya tak tentu arah.

Tanpa ia sadari, kini ia sampai di depan rumah Rosita. Dengan wajah pucatnya itu, ia menekan bel pintu rumah tersebut beberapa kali, karena sudah larut orang rumah pun sedikit telat respon.

Ceklek

Pintu itu terbuka lebar memperlihatkan wajah Rosita dan Rama yang kini setengah mengantuk.

Brukk

Saat mereka akan membuka suara dan bertanya pada Jinan, namun Jinan lebih dulu jatuh pingsan di depan kedua pasutri itu yang membuat Rosita shock dan segera mendekati Jinan.

"Jinan! Sayang... Hei sayang bangun" ujarnya sambil menepuk nepuk pipi Jinan yang dingin

Ah iya, Jinan lupa meminum obat rutinnya sore tadi, karena ia mengantrai lama di rumah sakit dan sesampainya ia di rumah ia juga belum sempat meminum obatnya. Alhasil beginilah jadinya ia sekarang.

Dengan segera Rama menggendong tubub Jinan dan membaringkannya di kamar Jinan yang memang sudah mereka siapkan dari saat Jinan sering menginap di rumah mereka itu.

"Yah tolong hubungi Dokter Lia Yah" ujar panik Rosita sambil memberikan ponselnya pada sang suami

Selang beberapa menit, kini Dokter Lia pun sudah sampai dan segera memeriksa keadaan Jinan.

"Doktet Rosita tenang saja, Jinan pingsan karena mungkin ia lupa meminum obatnya. Saya sudah memberikan nya obat suntik, jadi biarkan dia istirahat dulu, besok dia akan siuman kembali" jelas Dokter Lia

"Baik terima kasih Dok. Maaf merepotkan malam malam begini" ujar Rosita

"Santai aja Bu. Saya juga tadi dalam perjalanan pulang dan kebetulan rumah Ibu ini dekat, jadi saya langsung kesini" ujar Dokter Lia

"Terima kasih banyak Dokter Lia" ujar Rama sekali lagi saat menghantarkan Dokter Lia hingga pintu depan.

Dan Rosita pun memutuskan untuk menjaga Jinan, sedangkan sang suami kembali ke kanarnya untuk melanjutkan istirahat nya.

*
Jinan dengan tubuh yang kian mengurus dan wajah pucatnya itu kini berada di kantin sekolah dengan beberapa makanan yang Widya, Salsa, Lista dan Diva pesan.

Tatapan gadis itu selalu saja sendu dan kosong semenjak ia tersadar dari pingsan nya 3 hari yang lalu, Jinan enggan, bahkan tidak pernah mau bercerita pada teman temannya.

Ia hanya bercerita kepada Widya dan Bara. Ia menceritakan dan menumpahkan semua rasa sesak, sedih, sakit, kecewa, benci dan rasa yang teraduk campur hanya pada dua sahabatnya itu.

Namun Bara masih tidak mengetahui bahwa Jinan sakit dan sering pulang pergi rumah sakit, karena Jinan meminta agar merahasiakan hal tersebut dari Bara dan teman teman sekolah nya.

Saat Ia tengah melamun tiba tiba ia marasa ada yang mengalir dari hidungnya dan saat tangan kurus lentiknya itu menyentuh hidungnya, ia melihat darah itu kembali muncul dari hidungnya itu.

Lista yang melihat hal itu pun langsung mengambilkan tisu untuk Jinan yang memang duduk tepat di depannya. Dan sekali lagi Widya khawatir dengan keadaan sepupu sekaligus sahabatnya itu.

"Jin kamu udah minum obat kan?" tanya Widya untuk kesekian kalinya pagi itu

Yang hanya di angguki oleh Jinan, tanda ia meng-"iya"-kan pertanyaan temannya itu. Namun nyatanya ia sudah stop mengonsumsi segala jenis obat itu sejak 2 hari lalu.

"Izin pulang ya? Biar aku yang antar" ujar Bara yang baru saja kembali dari mengambil pesanannya di kantin itu

"I'm okay Bara" ujar Jinan meyakinkan Bara bahwa dirinya baik baik saja

"But I feel you not really fine today" bantah Bara dengan pernyataan Jinan tadi

"Ga apa apa Bara" ujar Jinan penuh penekanan sambil sesekali kengelapkan tisu yang ia bawa ke hidungnya.

Mereka pun kembali melanjutkan acara mekan mereka dan sesekali di selangi dengan cerita cerita random dari teman temannya dan tentunya mereka tak akan lepas dari 'Gibah' yaitu membicarakan keburukan atau kejelekan dari beberapa orang, yang mereka pandang tidak baik dan jelek.

Sedangkan Jinan, ia hanya sesekali bertanya siapa yang temannya bicarakan, atau topik yang sedang mereka bicarakan, setelahnya Jinan akan dengan setia hanya mendengatkan saja apa yang teman temannya bicarakan.

Kini sudah seminggu genap Jinan tinggal di rumah Tantenya, Rosita. Dan tak jarang Rosita juga berusaha berbicara dan menjelaskan dengan kepala dingin pada kakak nya, Chris. Bahwa penyakit Jinan ini tidak bisa di abaikan sama sekali.

Namun apa yang Rosita terima? Lagi dan lagi Rosita hanya mendapatkan kata kata kasar dan geram dari Chris yang membuat hatinya semakin terluka dan terkadang ia berpikir 'apakah dia kakak yang ku kenal?'

Sedangkan di rumah besar yang di kenal dengan kekompakan dan keharmonisan keluarganya itu, yang jika memasuki kawasan rumah itu akan terasa semakin dingin.

Kini terlihat seorang pemuda melangkahkan kakinya memasuki rumah itu yang terasa sangat sepi dan semakin terasa dingin, tak ada lagi makan bersama, kumpul bersama, nonton bersama, canda tawa bersama dan semua itu seakan pergi bersamaan dengan perginya Jinan. Pikir Jevino yang melihat ke sekeliling rumah setelah memasuki rumah itu.

Ia melihat Mamanya kini tengah duduk di teras samping rumah dengan termenung sambil memandangi tanaman bunga favorite nya itu.

"Mah" panggil Jevino

"Iya?"

"Kenapa ga duduk di dalam aja mah, di luar dingin. Bentar lagi bakalan turun hujan, nanti Mama sakit lagi" ujar Jevino yang melihat ke arah langit yang mulai menggelap

"Kak, mama jahat ya nyuruh Jinan donorin ginjal atau darahnya buat Jihan?" tanya sang Mama

"Ya ga lah ma. Dia aja yang jahat, udah nyakitin tapi ga mau tanggung jawab sama sekali" ujar Jevino naik pitam

Terlihat dari kejauhan seorang maid muda bernama Juni berjalan mendekati mereka dengan membawa sebuah map / amplop berlogo rumah sakit tempat Jinan melakukan tes tempo lalu.

"Permisi Nyah, Den. Ini saya di kasih Bik Sumbi 2 hari lalu, sebelum beliau resign" ujar maid itu yang langsung di terima oleh Jevino

Yang mana di depan amplop itu berisi sebuah memo kecil yang bertuliskan
"Semoga Tuan, Nyonya dan Aden Je tidak menyesalinya ya" dan di bawahnya berisi nama "Bik Sumbi"

"Apaan sih? Ga tau sopan santun tu nenek tua!" geram Jevino

"Ada apa kak?" tanya Mamanya, Vanya.

"Ga ini Bik Sumbi, nulis ga sopan di memo buat kita" jelasnya sambil memendam amarah.

Akankah ia membukanya atau malah membuang amplop itu?
Bagaimana reaksi mereka nanti ya?






To be continued

Thank you so much all of you guys for read my new story and I hope you are guys like it

So don't forget to vote and follow me
Thank you

Cheers mate😉

About Time [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang