3:3

838 32 0
                                    

Setelah pemeriksaan dari dokter sekolah Bara pun dengan setia menunggu Jinan sadar, padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu.

Dan Widya pun sudah meninggalkan sekolah itu karena sedari tadi sang supir selalu menghubungi nya dan memberi tahu bahwa Orangtuanya menyuruh Widya segera pulang karena sang nenek yang datang ke rumahnya.

Bara pun semakin terkejut dengan semua lebam dan luka luka yang hampir mengering di tangan Jinan, setelah sang dokter sekolah membuka jaket Jinan guna memeriksa keadaan fisik Jinan.

"Dia kelelahan dan luka luka ini membuat dia sedikit terkena infeksi, terutama yang ada di lengannya. Luka ini sebelumnya sudah membaik, namun terkena goresan baru lagi yang membuatnya infeksi" ujar Dokter itu

"Terima kasih dokter" ujar Bara

Bara mengambil tangan kecil itu dan menggenggam nya erat, mencoba menyalurkan ke kuatan untuk gadis pujaan hatinya itu.

Ia pun bertanya tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan Jinan, apakah ia ada masalah? Apakah keluarga nya tidak ada yang tahu mengenai keadaan nya ini? Dan masih banyak lagi pertanyaan pertanyaan yang muncul di benaknya itu.

*
Kini sudah 1 jam lamanya Jinan berbaring dan Bara pun dengan setia masih menemaninya, bahkan saat ini Bara sudah sedikit memejamkan matanya karena mengantuk. Hingga pergerakan Jinan berhasil membangunkan Bara.

"Apakah ada yang sakit?" tanya Bara khawatir saat Jinan memegangi kepalanya

"Aku ga papa kak" jawab lirih Jinan

"Mau minum?" tanya Bara lembut sambil menyodorkan segelas air putih pada Jinan dan langsung di minum oleh nya.

"Ini jam berapa kak?" tanya Jinan saat Bara baru saja meletakkan gelas air minum itu tadi

"Jam 5:15. Kenapa Tin?" tanya Bara

"Pak Danu. Pasti Pak Danu udah nunggu aku dari tadi Bar,  pasti pak danu panik nyariin aku. Hp aku mana? Hp aku mana Bara" ujarnya panik yang tanpa ia sadari ia memanggil Bara tanpa embel embel Kakak lagi yang membuat Bara senang, setelah sekian lama kini Jinan nya kembali memanggil dirinya seperti dulu.

Bara pun segera memberikan Hp milik Jinan pada nya, karena sebelum Widya pamit pulang tadi Widya sudah membawakan semua barang barang Jinan pada nya.

"Halo Pak Danu" ujar Jinan saat di seberang sana sudah dapat di hubungi

"Iya maaf pak, tadi Jinan ada kelas tambahan. Lupa buat ngabarin Bapak, maaf ya pak" ujar Jinan yang membuat kedua alis Bara menyerngit heran atas kebohongan Jinan

"Iya pak, ini Jinan udah mau pulang. Bapak masih di sekolah kah?"

"Yaudah, Jinan kesana sekarang" ujarnya sambil mematikan panggilan tersebut

"Tina kenapa kamu berbohong?" tanya Bara

"Kak aku minta tolong jangan kasih tau kejadian hari ini pada siapapun ya kak, termasuk Keluarga aku, aku mohon kak" ujar Jinan

"Tapi kenapa Tin? Kamu nyata nyatanya sakit kek gini masak iya ga ngasih kabar ke orangtua kamu? Kamu ada masalah? Cerita aja ke aku" ujar Bara sambil menggenggam tangan Jinan

"Jangan kamu pendam sendiri Tina. Apa yang terjadi sama kamu sebenarnya? Kenapa kamu sampai memar memar kayak gini? Apa Orangtua kamu masih berlaku kasar sama kamu? Apa karena aku nolak perjodohan aku sama Jihan?" ujar Bara yang semakin membuat Jinan tidak bisa lagi membendung air matanya

"Jadi bener, semua ini karena aku nolak perjodohan itu?" tanya Bara lagi yang sangat tepat sasaran, yang membuat tangisan Jinan semakin menjadi jadi dengan isakan pilunya

Bara pun segera menarik tubuh kecil yang kian hari semakin kurus itu ke dalam pelukannya. Dan Jinan pun menumpahkan semua tangisannya pada pelukan Bara.

FLASHBACK ON
                1 Bulan yang lalu

Di sebuah restaurant mewah di pusat kota di sebuah private room sudah terdapat 2 keluarga yang berkumpul bersama.

Diantaranya terdapat Chris, Vanya, Jevano, Jevino, Jihan dan Jinan dari keluarga Devons.

Kemudian ada Barbara Agus Wijaya, yaitu Papi dari Bara, lalu ada Alyanna Cedrickson (Mami Bara), kemudian ada Aldebaran Cedric (Bara) dan ada Alyara Agnes Wijaya (Adik Bara)

Kenapa nama Bara tidak mengikuti nama sang Papi?, itu karena sudah menjadi kesepakatan kedua pihak keluarga, baik dari pihak Mami maupun Papi nya.

Keluarga Wijaya adalah klien dari perusahaan keluarga devons dan mereka sudah menjalin relasi bisnis sudah dari sejak zaman kakek mereka membangun bisnis ini. Jadi tak heran kenapa sedari kecil Jihan, Jinan, Bara dan Alya menjadi sangat dekat, bahkan orang lain terkadang mengira mereka memiliki hubungan darah.

"Baiklah, tujuan kita kali ini mengadakan pertemuan Dinner bersama untuk membahas suatu hal yang tak kalah penting, bukan begitu Tuan Wijaya?" ujar Chris

"Benar sekali Tuan Devons" ujar Barbara atau lebih di kenal sebagai Agus Wijaya itu

"Baiklah, saya langsung mulai saja pembahasannya, sambil kita menikmati jamuan malam ini" ujar Chris, sambil mengalihkan pandangannya ke arah Bara yang tengah asik mengobrol dengan Jinan yang duduk di depannya itu

"Nak Bara, bagaimana menurut mu jika kau  menikah dengan Jihan? Atau minimal pertunangan saja lah dulu, agar sekolah kalian tidak terganggu" lanjut Chris yang membuat Jihan, Jinan dan Bara terkeget bukan main, sebab Jihan pun tau kalau Bara lebih dekan dengan Jinan, adiknya.

"Benar itu Bara, dengan kau nanti menikahi Nak Jihan, kau akan membantu perkembangan bisnis dan perusahaan Papi, dengan begitu kau tidak akan kesusahan dalam mewarisi perusahaan itu nantinya" ujar Agus, Papi nya.

"Perjodohan? Papi, are you kidding me? Zaman apa ini sekarang pi? Ayolah, ini bukan zaman kuno lagi, untuk apa perjodohan seperti ini? Aku berhak menentukan masa depan ku sendiri Pi, toh juga aku akan meneruskan bisnis dari keluarga Mami, seperti apa yang dulu kalian sepekati. Jadi secara otomatis perusahaan papi akan di pegang oleh Alya nantinya, atau adik yang ada di kandungan mami saat ini" jelas Bara panjang lebar

"Atau dengan kata lain, Aku menolak perjodohan ini! Atau jika kalian memaksa, boleh saja tapi bukan dengan Jihan, melainkan dengan putri anda yang lain, yaitu Christina Jinandha Devons. Aku akan menerimanya dengan lapang dada" lanjut Bara dengan tegas dan penuh penekanan di akhir kalimat nya

"KAU!! beraninya kau menolak putriku!?" marah Chris

"Bukankah Tina juga putri anda Tuan?" tanya Bara penuh penekanan

"Apakah begini cara Tuan Wijaya mendidik putra nya?" sindir Vanya

"Hey watch your mouth Mrs. Devons! Apa yang dikatakan my son itu memang benar adanya dan itu sudah kesepakatan dari kedua keluarga kami" ujar tegas Alyanna atau Anna, Mami Bara.

Dan malam itupun berakhir begitu saja dengan kemarahan dari Chris atas penghinaan yang ia terima dari keluarga Wijaya dan hal itu membuat Chris langsung menarik semua saham dari perusahaan Wijaya dan untungnya perusahaan wijaya masih bisa berdiri kokoh berkat istrinya sendiri.

Dan kerena hal itu hubungan kedua keluarga itu menjadi retak, dan Jinan yang mengetahui perasaan Bara pada malam itupun berusaha menghindar dari Bara, walaupun ia sudah lama memendam perasaan pada Bara.

FLASHBACK OFF

To be continued

Alright guys
That's all about this chapter and I hope you like it
So don't forget to follow my account, voting and share this story to all of your friends

Thanks all and
Cheers mate ♥

About Time [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang