9:9

725 27 0
                                    

Di pantai dengan pandangan senja yang begitu menawan namun terlihat ramai oleh pengunjung, mungkin karena ini adalah weekend.

Seorang gadis remaja terduduk di sebuah batuan besar sambil memandang jauh deburan ombak laut itu.

Wajah gadis itu di penuhi dengan memar, bahkan bibirnya memiliki luka yang masih terlihat basah.

"Senja bisakah kau bertahan lebih lama? Tolong temani aku" ujar nya lirih

"Senja dan Pagi" gumamnya dan saat itu juga lagu senja dan pagi dari Alffy Rev (ft. Farhad) berputar dari ponselnya yang terhubung oleh headset nya.

Saat itu juga air matanya terjatuh, ia teriasak dengan sangat sedih, ia juga berpikir apakah Bara bisa ia sebut sebagai Pagi nya? Apakah Pagi itu akan datang untuknya? Bisakah ia berhenti berharap?

Ya dia adalah Jinan yang tadi saat ia baru saja sampai di rumah ia terkena pukulan lagi dan lagi dari Chris, itu hanya karena ia pulang terlambat dan membuat Jihan khawatir karena ia membawa mobil sendiri sudah sejak 1 minggu yang lalu dan ini adalah pertama kalinya ia pulang terlambat tanpa alasan.

Padahal sebenarnya ia tadi baru saja selesai kemoterapi dan melakukan sejumblah pemeriksaan terkait dengan penyakit leukemia yang ia derita.

Dan saat tadi ia katakan alasan sejujurnya kenapa ia pulang terlambat, Chris dan Vanya hanya memakinya, memarahinya dan mengatakan "Sandiwara apa lagi ini hah!?" ucapan Vanya yang kembali menoreh luka dalam pada lubuk hati Jinan.

"Tuhan bolehkah aku menyerah?" ujarnya sambil menatap langit

"Tolong ambil Jinan kembali Tuhan, alangkah baiknya kalau Jinan berada di sisimu" lanjutnya sambil perlahan turun dari bebatuan besar itu hingga kaki jenjangnya menyentuh tanah.

Aghhhh.....

Aghhh....

Teriak panjang Jinan yang membuat ia menjadi pusat perhatian, namun Jinan tidak memperdulikannya.

Ia berjalan dengan tatapan penuh dengan air mata yang tak bisa berhenti terjatuh sedari tadi. Ia mengabaikan semua teriakan orang yang memanggilnya.

Jinan terus berjalan menuju obak obak yang berdebur itu, hingga saat badannya sudah terendam oleh deburan air pantai yang mencapai lutut kakinya itu ia tersentak oleh tarikan kasar seseorang yang menariknya menuju ke pesisir pantai.

"Lepaskan aku!!" teriaknya memberontak berusaha melepaskan diri dari pelukan orang tersebut yang tetasa tak asing bagi Jinan

"Lepaskann....!" teriaknya lagi sambil ia kembali menangis dan menjatuhkan tubuhnya di atas pasir pantai yang putih tersebut.

"Kamu gila ya?! Ada apa sebenarnya? Tina sadar kamu... Sadar Tina!!" teriak orang itu sambil mengguncang guncang tubuh Jinan saat pelukannya sedikit ia renggangkan

"Bara" lirih Jinan saat ia melihat wajah orang yang menariknya tadi, yang tak lain adalah Aldebaran Cedric atau Bara, laki-laki yang berhasil memikat hatinya itu

"Iya Tina ini aku" ucap nya saat Jinan memanggil nya lirih

Bara kembali memeluk tubuh Jinan yang masih bergetar hebat karena isak tangisnya yang begitu pilu, yang membuat Bara ikut bersedih dan merasa sesak pada dadanya.

"Udah ya udah. Kamu jangan nangis lagi, coba cerita ke aku. Kamu ada masalah?" ujar Bara menenangkan Jinan, ya walaupun pada ujungnya Jinan masih tak mau membuka diri dan menceritakan semua masalah nya pada Bara.

"Udah ya udah" ujarnya lagi sambil mengelus surai hitam Jinan dengan penuh kasih sayang berharap gadis pujaan hatinya itu bisa lebih tenang.

Setelah beberapa saat Jinan pun sudah berhenti menangis dan saat itu juga Bara bisa melihat kondisi wajah Jinan yang di penuhi dengan memar.

"Ada apa ini? Kenapa wajah kamu bisa begini?" tanya Bara khawatir

Dan akhirnya atas desakan dari Bara, Jinan pun menceritakan semua yang orangtua nya lakukan 2 minggu terakhir ini dan semenjak ia pulang dari rumah sakit itu. Namun ia tak memberitahukan mengenai penyakitnya itu pada Bara.

Bara yang mendengarkan cerita Jinan pun tak percaya dengan apa yang di lakukan kedua orangtua Jinan itu, sakit. Itu satu kata yang Bara rasakan saat mendengar apa yang Jinan lalui selama ini.

Bara pun kembali menarik tubuh kurus Jinan kedalam pelukan nya, berharap bisa menyalurkan kehangatan dan semangat bagi yang tercinta. Tak lupa ia juga beberapa kali meminta maaf pada Jinan karena tak menjaganya dengan baik, namun Jinan hanya membalasnya dengan gelengan kepala

"Aku sangat bersyukur kamu ada di sisi aku, mendengarkan ceritaku dan memberikan sedikit semangat padaku"

"Terima kasih Bara" ujar Jinan yang masih di pelukam Bara itu.

"Aku berjanji akan selalu ada untuk kamu Tin" ujar Bara semakin mengeratkan pelukannya.

Kenapa Bara ga tembak Tina aja dan aja dia pacaran?

Itu karena bagaimanapun kedekatan mereka berdua, jika Bara mengajak Jinan pacaran, 1 yang akan selalu keluar dari mulut Jinan untuk saat ini.

Yaitu, penolakan. Bara tahu itu dan Bara berusaha selalu mendampingi Jinan dan berusaha membuat Jinan nyaman dulu bersamanya, barulah nanti jika waktunya tepat Bara akan mengajukan hal tersebut pada Jinan, Pasti.

Dan setelah lama mereka ada di pesisir pantai itu, kini keduanya memutuskan untuk pulang. Tadinya Bara manawarkan tumpangan pada Jinan, tapi Jinan menolak dan berkata bahwa ia membawa mobil sendiri.

Kini Jinan berada tepat di depan rumah yang tentunya bukan rumahnya, melaikan rumah Rosita. Tadi ia sudah sempat meminta izin pada Rosita untuk menginap, yang kemang akhir akhir ini Jinan sering menginap di rumah sepupunya itu.

Rosita pun tahu bagaimana kelakuan kakak nya pada Jinan akhir akhir ini yang sakin menjadi jadi, Rosita juga sebenarnya sangat khawatir dengan kondisi kesehatan Jinan dan sering kali ia menasehati sang kakak, yaitu Papa nya Jinan. Yang pada akhirnya Rosita hanya akan mendapatkan makian dari Chris dengan kata yang sangat kasar.

Dan salah satunya adalah kata "Kau dasar adik tak tau diri. Berhentilah mengurusi keluargaku, kau juga bukan keluarga kandungku. Kalau saja orangtua ku tidak mengadopsi mu dulu, mungkin kehidupanku tak akan ada orang merepotkan seperti kamu ini" kasar Chris yang membuat Rosita sakit hati untuk kesekian kalinya

Toh keluarga Devons dulu mengadopsi nya karena orangtua Chris yang menabrak kedua orangtua Rosita hingga ia menjadi yatim piatu dan sempat berada di panti asuhan selama 4 bulan.

"Hi sayang, sudah makan malam?" ujar Rosita saat melihat Jinan yang baru saja memasuki ruang keluarga yang langsung terhubung dengan ruang makan.

"Ada apa dengan wajahmu Jin?" tanya Widya yang tadinya tersenyum kini di gantikan oleh tatapan khawatir

Rosita dan Rama yang tadinya sedang asik dengan kegiatannya pun mengalihkan atensinya mengarah ke Jinan.

Dengan segera Rosita mengambilkan kotak obat dan segera mengobati Jinan dengan teliti sambil menanyakan apa yang sebenarnya terjadi padanya tadi.






To be continued
Thanks mate ♥

About Time [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang