Brukk
Terdengar ada seseorang terjatuh pingsan di tengah tengah barisan para peserta upacara bendera.
Jinan pun mengalihkan pandangannya dan mendapati orang yang pingsan itu adalah Jihan, kakaknya. Namun karena upacara bendera masih panjang, Jinan pun tetap stay di pisisinya. Toh Jihan juga sudah di gotong oleh guru dan beberapa anak osisi ke UKS, pikir nya.
Tak lama setelah itu seorang laki-laki remaja tinggi dan lumayan tampan menyusul Jihan ke UKS, anak laki-laki itu biasa di panggil Eric, dia adalah pacar Jihan. Laki-laki itu sempat memandang tak suka ke arah Jinan karena memang Jevano, kakak sulung nya sering menceritakan asal usul kenapa Jihan pacarnya itu bisa sakit seperti saat ini dan secara tidak langsung Jevano juga menebar kebencian pada diri Eric untuk Jinan.
Jinan yang di berikan pandangan seperti itu pun hanya diam, karena ia sudah biasa di padangi seperti itu bahkan oleh teman teman Jihan yang sering main ke rumahnya dan sering bercengkerama dengan orangtua nya itu.
Hari ini adalah jadwal check-up Jinan ke rumah sakit setiap minggunya. Karena sudah pulang sekolah, Jinan pun segera menuju ke rumah sakit untuk jadwal pemeriksaan nya.
Semenjak ia sudah memiliki SIM dan bisa mengendarai mobil, Jinan lebih memilih untuk selalu berpergian sendiri, sedangkan Pak Danu yang sudah berusia lanjut tersebut hanya terkadang menghantarkan atau menemaninya jika memang Jinan malas mengendarai mobil.
Sesampainya di rumah sakit ia harus mengantrai sesuai nomor antraiannya, karena saat ini jadwal pemeriksaan dari Dokter Lia lumayan panjang.
Setelah menyelesaikan pemeriksaan nya, Jinan pun menebus obatnya dan sesegera mungkin untuk pulang ke rumah, karena ini sudah jam 9 malam. Yang mana ia bisa tebak, pasti Papa nya menunggu dirinya pulang di ruang tamu.
Dan benar saja apa yang ia tebak, kini kedua orangtua nya tengah melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Jinan tajam yang baru saja memasuki rumah.
"Sudah berani jadi anak pembangkang ya kamu! Pulang malam! Membuat keluarga saya malu saja! Apa kata orang nanti melihat anak gadis tak tahu diri seperti kamu ini selalu pulang malam! Mau taruh dimana wajah keluarga saya nanti hah!" marah Chris dengan kata kata pedasnya yang membuat Jinan menunduk menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Jinan baru aja pulang dari check-up Pah!" ujar Jinan
"Alahh alesan aja, bilang aja kamu baru aja selesai main sama teman teman ga jelas kamu itu" ujar Vanya
"Ga gitu Mah, Jinan ema--" ucapannya terputus
Plak
"Udah makin berani ya kamu" marah Chris
"Pah, Mah, salah Jinan apa sih sebenarnya sampe kalian benci banget kak gini sama Jinan. Apa karena kejadian Jihan jatuh dari tangga? Bukannya Jinan udah pernah bilang ke Papa Mama, itu bukan kesalahan Jinan. Berapa kali harus Jinan bilang ke kalian, Jinan capek Mah, Jinan capek Pah. Kenapa ga bunuh aja Jinan sekalian biar ga ada lagi yang ngusik kebahagiaan keluarga kalian ini. Bunuh Jinan pah... Bunuhhh" teriak Jinan tak bisa lagi membendung tangisannya
"Mama, Papa lihat apa yang aku temuin di kamar Jinan" ujar Jihan dari lantai dua sambil menunjukkan amplop berlogo rumah sakit milik Jinan itu
Jinan dengan segera menyusul Jihan dan mencoba merebut amplop itu.
"Siniin Han" ujar Jinan
"Ga. Biarin papa mama tau. Kenapa kamu sembunyiin ini dari kita semua?" ujar Jihan
"Itu akan sia sia Han. Aku udah kasih tau Mama Papa tapi mereka ga percaya dan ga akan pernah percaya. Jadi sekarang siniin amplop itu" ujar Jinan
"Ga" tolaknya yang kini berlari menuju ke bawah dengan tujuan menunjukkan amplop itu pada kedua orangtua
Brukk
"JIHANN / JINANN" teriak kedua orangtua dan kedua kakak kembar mereka yang baru saja memasuki pintu rumah
Dengan segera kedua orangtua nya itu menggotong tubuh gadis yang sudah berlumuran darah itu ke mobilnya dan segera menuju ke rumah sakit
Sesampainya mereka di rumah sakit, gadis itu segera di larikan ke UGD dan menerima penanganan lebih lanjut.
"Aku ga nyangka punya adik iblis kaya kamu ini!!" ujar marah Jevano pada Jinan yang kini berdiri mematung mendengarkan pernyataan dari kakak sulung nya itu
"Tarnyata aku salah ya selama ini mengira kau adalah adik yang baik dan kurang menerima kasih sayang. Namun nyatanya kau sudah di kuasai oleh hati busukmu itu" ujar Jevino tak kalah menusuk dari kakak nya
"Engga, bukan Jinan. Tadi Jihan--Jihan jatuh sendiri. Bukan Jinan, bahkan Jinan ga nyentuh dia secuil pun" jelas Jinan sambil menggelengkan kepalanya
"Engga... Engga, bukan Jinan" ujarnya lirih lagi sambil menggelengkan kepalanya dan jatuh terduduk di lantai rumah sakit itu
"Keluarga pasien?" panggil dokter yang mengalihkan perhatian mereka
"Saya saya... Saya ibu nya dok" ujar Vanya yang menangis sedari tadi
"Beruntung pasien segera di bawa kemari dan masih bisa di selamatkan, namun pasien kehilangan banyak darah dan terjadi kerusakan parah pada ginjalnya yang sebelumnya memang sudah sedikit rusak"
"Kami membutuhkan donor darah, karena stok darah kami tidak ada yang sama seperti tipe darah pasien. Sedangkan untuk ginjal kami masih berusaha untuk mencarikannya" ujar dokter yang selama ini memeriksa Jihan
"Jinan untuk kali ini saja Mama mohon Mama minta tolong pada kamu, tolong sumbangkan ginjal dan darah kamu untuk kakak kamu ya, kalian kan kembar, pasti milil mua akan cocok dengan Jihan" mohon Vanya pada Jinan yang kini di peluk oleh Bik Sumbi yang 1 menit lalu baru saja menyusul
"Gak! Jinan ga mau" tolak Jinan tegas
"Mama mohon Jinan" mohon Mama nya lagi
"Bukankah semua keadaan putriku Jihan keritis saat ini karena ulahmu! Kenapa kau tidak mau bertanggung jawab sedikit pun? Apa kekurangan saya memberikan semua fasilitas padamu selama ini hah!? Ga tau diri sekali kamu ini!" Bentak Chris pada Jinan
"Mulai detik ini juga kamu bukan lagi anggota keluarga Devons. Silakan angkat kaki dari rumah saya, jika saya melihat kamu lagi kedepannya, jangan harap kamu saya ampuni!" ujar Chris dengan nada yang semakin meninggi dan penuh penekanan
"Dan mulai detik ini, menit ini, aku hanya punya satu adik, yaitu Jihan" ujar tegas Jevano yang kemudian di ikuti oleh Jevino, seakan pemuda itu melupakan janjinya pada Rosita dan melupakan janjinya dengan Jinan
Jinan merasa bagaikan disambar oleh petir ribuan kali hingga hatinya terasa tercabik cabik dan hancur berkeping keping mendengarkan ucapan dari Papa dan kedua kakak nya itu.
"A--aku harap... Aku harap kalian tidak akan menyesalinya di kemudian hari" ujar Jinan yang berusaha menahan sesak di dadanya dan segera berlari meninggalkan kawasab rumah sakit itu.
To be continued
Thanks mate ♥
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time [END]
Short Story📢 Cerita ini MURNI KARANGAN dari AUTHOR‼️ ⚠️YANG MAU PLAGIAT HARAP MUNDUR⚠️ NOTE : Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya kalian follow akun aku dulu and jangan lupa juga voting setiap chapter nya nanti ya Thank you so much Lanjoottt.... (⌒o⌒) [S...