2:2

1K 36 0
                                    

Jinan terlihat sangat bahagia dan bersenang senang dengan anggota keluarganya itu.

Mereka menghabiskan banyak waktunya untuk berlibur di sebuah villa terbaik yang ada di bali dan kini mereka tengah bermain di sepanjang garis pantai.

Jinan dan Jevano bermain kejar kejaran sambil sesekali memercikkan air laut pada sang kakak yang di selangi dengan tawa riang mereka.

Sedangkan papa dan mama nya mengawas dari kejauhan sambil meminum air kelapa muda yang mereka beli.

Jihan pun sama, ia bermain bersama Jevino kakaknya yang tengah membangun sebuah istana dari pasir pantai yang cantik itu.

"Kak Jihan mau cuci sekop Jihan dulu ya" izin nya pada sang kakak yang di tanggapi oleh anggukan.

Jihan pun berjalan menuju pesisir pantai dan menunggu air pantai yang datang menghampirinya.

Namun ia tak sadar jika ia berjalan terlalu jauh untuk menunggu air pantai untuk anak kecil seumurannya dan tepat saat itu juga orang tua nya tengah sibuk dengan pedagang lumpia keliling yang ada di depan mereka.

Jinan yang melihat sang kakak berada di posisi itu pun segera berlari dan hendak menarik kakak nya itu.

Namun dari posisi Jevano, Jevino, Chris dan Vanya berada ia melihat seakan Jinan mencoba untuk mendorong Jihan yang ada di depannya. Namun nyatanya tidak seperti itu.

Chris yang melihat itu langsung membuang lumpia hangat yang ada di tangannya, begitu juga dengan kedua kakak kembar nya itu, mereka segera berlari menuju Jihan dan Jinan.

Dan untungnya alam seakan pahan dengan keadaan itu, air laut yang datang tidak terlalu besar, air laut itu datang kecil dan hanya menyapa kaki kaki kecil kedua gadis itu dengan halus.

"Jihan!!" teriak Papa nya yang seketika membuat keduanya kaget dan membuat Jihan gagal mempertahankan keseimbangan tubuhnya, sehingga ia jatuh terduduk di atas pasir pantai itu dan Jinan juga terlihat membeku sambil menjulurkan tangannya yang tadinya hendak menarik Jihan dari pesisir pantai itu.

Dengan kasar Chris menarik kerah baju Jinan hingga Jinan merasa kesakitan dan tercekik di bagian lehernya. Lalu Chris langsung melempar Jinan menjauh dari Jihan.

Kemudian mama mereka datang dan langsung memeluk Jihan, begitu juga dengan papa dan kedua kakak laki-laki nya, seakan mereka tidak melihat Jinan yang terbatuk batuk kesakitan di belakang mereka.

"Tidak!!" teriak Jinan yang terbangun dari tidurnya

"Kenapa harus mimpi itu lagi" ujarnya frustrasi sambil menjambak rambutnya.

"Non Jinan mimpi buruk lagi ya?" tanya Bik sumbi pada nya yang kini tengah membersihkan kamar Nona muda nya itu.

"Iya bik, mungkin Jinan terlalu kelelahan mempersiapkan materi presentasi nanti" ujarnya sambil mengambil air minum di atas nakas, lalu bergegas ke kamar mandi untuk bersiap siap ke sekolah.

Setelah mengenakan seragamnya yang lengkap, kini ia berdiri di depan cermin kecil yang ada di meja riasnya itu.

Wajah pucatnya itu memandangi pantulan dirinya yang ada pada cermin itu, ia mengingat kejadian waktu terakhir kalinya mereka berlibur ke Bali dan mengingat sebuah kecelakaan ringan yang semakin membuat Papa, Mama dan kedua kakak nya membenci diri nya.

Kejadian itu terjadi 2 tahun setelah peristiwa yang tetjadi di Bali, semuanya pada saat itu kembali normal, setelah Jihan menjelaskan kejadian sebenarnya pada saat itu.

Tepat di usianya yang ke 10 tahun, di rumah mereka sedang di adakan sebuah pesta ulang tahun untuk mereka berdua, Jihan dan Jinan yang kegirangan saat itu berlarian dari lantai atas menuju ke lantai bawah dengan Jinan yang berada paling belakang.

Semua orang yang melihat itu sangat gemas dengan kelakuan kedua gadis manis dan cantik itu, namun baru saja menuruni 5 anak tangga, Jihan menginjak gaun nya sendiri dan alhasil ia pun terjatuh dari tangga tersebut.

Dan dengan kejadian itu kedua orangtua nya lebih tepatnya sang Papa menyalahkan Jinan akan kejadian tersebut, padahal semua orang pun melihat Jinan kala itu masih berada di lantai dua, bahkan satupun anak tangga belum ia sentuh sama sekali. Dengan hal tersebut dan dengan seiring berjalannya waktu papa nya mampu membuat seluruh anggota keluarga tersebut menuduh dan memastikan bahwa Jinan lah yang bersalah atas Jihan kala itu dan Jinan lah yang membuat Jihan mengalami patah tulang dan kelainan pada ginjalnya.

**

Jinan yang kembali membayangkan kejadian itu langsung saja menggelengkan kepalanya setelah di sadarkan oleh Bik Sumbi yang membawakan segelas susu padanya.

"Terima kasih bik" ujar Jinan

Kemudian ia pun segera berangkat di antarakan oleh Pak Danu, suami Bik Sumbi yang menjadi supir pribadi Jinan sejak kecil, yang mana hal tersebut membuat orang luar berpikir bahwa keluarga Devons ini sangat lah harmonis.

**

"Nih" ujar Widya sambil menyodorkan sekotak sarapan dan susu vanila kesukaan Jinan

"Aku tau kamu belum sarapan, ini makan aja, bunda yang ngasi" ujar Widya saat menatap sahabatnya yang hanya menatapnya bingung

"Thanks" ujar Jinan, lalu ia segera meletakkan novel yang tadi ia baca dan segera memakan sarapannya itu.

Dan mereka pun melanjutkan aktivitas mereka seperti biasannya dan karena jam terakhir jam kosong Jinan dan Widya pun memilih untuk pergi ke perpustakaan sekolah. Bagaimana dengan Jihan?

Gadis itu berada di kelas yang lain dari Jinan atas permintaan Papa nya, dengan alasan agar si kembar tidak ketergantungan  berdua saja dan agar bisa memiliki teman selain bersama kembarannya saja.

"Tina" sapa seorang siswa laki-laki pada Jinan

"Hai Bara" sapa Widya pada laki laki itu yang tak lain adalah Aldebaran Cedric atau kerap di sapa Bara. Seorang laki-laki tinggi dengan rambur brown, iris mata berwarna hazel, dengan postur wajah khas eropa dan kulit putihnya itu yang di dapat dari Ibunya yang orang eropa, namun menikah dengan orang indonesia.

Bara adalah seorang ketua Osis yang berada 1 tingkat di atas Jinan yang juga sudah lama menyukai Jinan, namun Jinan selalu menolak nya dengan berbagai alasan dan secara halus, dan hal itu tidak mematahkan semangat Bara sama sekali.

"Mau ke perpus lagi?" tanya Bara

"Iya, mumpung lagi jam kosong" jawab Widya

Mereka yang sedang asik bercengkerama tidak menyadari bahwa Jinan kini sedang memegangi kepalanya yang pusing.

Buugg

Hingga mereka di kejutkan oleh tubuh Jinan yang sudah terjatuh pingsan dengan darah yang mengalir dari hidung nya.

Bara pun segera mengangkat tubuh Jinan ala bridal style dan membawanya ke UKS untuk di periksa oleh dokter sekolah itu.

____________________________________

Hai gimana? Suka ga ceritanya?

Maaf ya, aku lama ga up cerita baru.
Dan cerita kali ini aku buat berbeda dari 2 cerita sebelumnya, jadi jika ada salah kata, atau bahkan ceritanya kurang nyambung tolong di maklumkan yaa

And I remained you guys
Typo pasti banyak bertebaran di mana mana, jadi bagi yang lihat, mohon di tandai yaa typo nya ada di mana aja

And then, don't forget to vote, share and following this account agar aku makin semangat buat ceritanya

Okay
Thank you guyss

Cheers mate 😉

About Time [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang