PROLOG

548 37 1
                                    


|||

Keributan di kelas selalu saja terjadi, seorang guru yang bernama Xiao Zhan tengah menulis di papan tulis. Murid-murid di belakangnya bahkan tak memperhatikan, mereka terus saja asik dengan dunianya sendiri, sebenarnya tidak semua, ada satu murid perempuan yang hanya diam tanpa banyak bicara. Namun dia juga sama saja, tidak memperhatikan apa yang gurunya tulis-sebab punggung milik gurunya sangat lebar dan menawan.

Bahkan ketika Xiao Zhan bertanya tentang pelajaran pun gadis itu tidak bisa menjawabnya.

"Perhatikan semuanya, aku memberikan tugas dari halaman 90-150. Jangan lupa di kerjakan."

"Banyak sekali?" Satu orang murid itu selalu mengeluh, tetapi dia akan mengerjakannya.

Dan murid lainnya saling bersorak tidak suka.

"Membosankan! Memangnya aku anak kecil di berikan tugas rumah?"

"Betul sekali. Guru! Ini terlalu banyak."

Xiao Zhan menghela, jika saja kalian memperhatikan ku. Aku tidak mungkin melakukan ini, memangnya kalian ingin mendapatkan nilai dari mana? Dasar siswa gila. Batinnya menggerutu.

Lantas Xiao Zhan tersenyum kepada muridnya. "Kerjakan saja yang kalian bisa, waktu sudah selesai. Aku harap kalian tidak melupakannya." Dia pun pergi membawa buku yang sama sekali tidak di hargai oleh murid di kelasnya. "Maaf aku membuatmu sia-sia," ucapnya lirih menatap buku dalam genggamannya.

Buku fisika, cantik, terawat, milik tuan tampan; kalau saja aku seorang Dewa, aku akan mengubah murid-murid mu menjadi buku porno yang hina.

°°°°

"Bangun brengsek!" Wang Yibo menendang meja teman sekelasnya.

Merasa tidak terima dia pun bangun menatap dengan marah. "Apa urusanmu mengganggu tidurku?"

Yibo menarik kerah bajunya. "Dengar. Kau, kan yang mengadu kalau aku merokok?"

"Memangnya kenapa, sekarang kau ingin marah? Hah!" Dia menyingkirkan tangan itu sampai Yibo hampir menubruk meja di belakangnya.

"Bajingan! Kau bahkan pernah minum-minuman! Aku sama sekali tidak tertarik menceritakan dirimu kepada Guru!"

"Itu berbeda brengsek!"

Bugh! Wang Yibo meninju pemuda itu, merasa tidak terima dia pun membalasnya dan itu mengenai wajahnya.

"Wajahku, sialan!" Tinju pun di layangkan oleh Wang Yibo agar tepat mengenai sasaran, tetapi seorang Guru datang dan menengahi mereka.

Akhirnya tinju itu pun meleset mengenai wajah gurunya. Itu sangat sakit, sebab Wang Yibo mengeluarkan tenaganya.

"Guru!" Semua murid di sana khawatir lalu membawa gurunya ke ruang pengobatan.

Setelah itu Wang Yibo kembali ke kelas karena mendapatkan skors selama tiga Minggu, dia merasa kesal dan meninju mejanya. Tetapi tangannya tidak terlalu sakit sebab tas miliknya berada di sana.

Tas hitam, mahal, hanya ada dia di sekolah ini; pemuda ini keterlaluan, walaupun aku tidak berdarah tapi rasanya sangat sakit. Aku akan membalaskan dendam dan memasukkan kepalamu ke dalam sini.

°°°

Sangat melelahkan bagi seseorang untuk melakukan hal yang sama setiap harinya, menasihati, berkelahi, bayaran sedikit, tidak di marahi. Itu membuat mereka ingin mendapatkan sesuatu yang berbeda, setidaknya sedikit saja salah satunya bisa tercapai.

Dan di sore hari dengan senja keuangan dua manusia berjalan dari arah yang berbeda, salah satunya membawa bingkisan buah persik yang segar. Lalu satunya lagi membawa susu dan roti yang selalu tidak di makan.

Dewa Fu Cyik baru saja datang setelah memberikan berkat kepada pria mabuk yang ingin menambah istri, sekarang dia lelah dan ingin kembali ke langit. Namun sebelum dia benar-benar pergi, dia melihat dua lelaki yang selalu datang bersamaan. Tetapi mereka hanya meminta sesuatu yang menurutnya terlalu sepele.

"Aku sangat hafal, benar-benar hafal. Pasti akan ada dua buah persik segar yang akan di keluarkan. Juga roti dan susu yang sudah sangat lama terkena udara." Dewa Fu duduk bersila memperhatikan ke-duanya.

Lalu benar saja apa yang baru dia katakan, buah itu telah di taruh pada meja persembahan. Lalu roti dengan cokelat yang telah menempel di plastiknya pun ada di sana, tak lupa kotak susu di sampingnya.

Mereka mencondongkan tubuhnya bersama kedua tangan menyatu, dengan mata terpejam mereka meminta berkatnya.

"Cukup anak muda, dan kau orang dewasa sudah cukup. Aku tahu, tetapi ini bukan saatnya. Nanti aku berikan, tunggu saja. Iya, iya aku tahu. Sudah, aku memahami perasaan kalian." Dewa Fu Cyik bisa merasakan kebisingan di telinganya.

Dia adalah seorang Dewa seharusnya wajar mendengarkan setiap penyembah yang meminta berkatnya, tetapi Dewa Fu tidak memiliki kesabaran yang luas. Terkadang dia merasa kesal, oleh sebab itu dia menukar jiwa ke-dua manusia di depannya saat matahari hampir tenggelam.

"Atas kuasa langit aku menukar jiwa mereka untuk sementara waktu. Bertukar melakukan penyatuan, kembali saat mereka terpejam, selesai pada malam di mana gerhana bulan total tiba."

Langit pun menjadi gelap gulita melebihi malam biasanya, ke dua manusia itu pun merasa kesakitan pada dadanya. Mereka terjatuh bersamaan ketika cahaya hijau dan merah keluar dari tubuh masing-masing lalu masuk ke tubuh yang berlawanan. Saat ke-duanya membuka mata mereka saling bertatapan, terkejut dan langsung menjauhkan diri.

"Kau-" mereka saling menunjuk.

"Tubuhku," ucap seorang pemuda yang masih memegangi dadanya.

"Apakah aku sudah mati." Salah satunya mencerna.

Lalu seorang kakek tua datang untuk berdoa, dia pun melihat dua orang yang masih terduduk di tanah. Tatapan matanya melihat ke arah mereka, merasa kasihan dia pun berkata. "Dewa kemakmuran tidak mungkin salah. Jiwa kalian telah di tukar, mau tidak mau kalian harus menjalaninya saat ini."

"Kakek! Beritahu aku bagaimana caranya untuk menghilangkan semua ini?" Pemuda itu memohon dalam tubuh seorang pria.

"Gerhana bulan total," jawab si kakek lantas pergi setelah meninggalkan ramuan herbal di botol kaca transparan.

Mereka pun saling menatap dalam diam dan memikirkan segala cara untuk kembali menukar jiwanya, tetapi tak ada satu pun cara yang terpikirkan. Sampai di mana malam kian petang dan bulan baru saja menampakkan cahayanya, mereka pasrah dan mencoba menjalaninya.

"Mengapa kau bertindak gegabah, bukankah mereka terlihat kasihan?" tanya Dewa kekayaan, dia berteman baik dengan Dewa kemakmuran.

Dewa Fu hanya duduk menatap kepergian dua manusia itu lantas berkata, "Aku hanya bosan. Maafkan aku," jawabnya lalu menghilang naik ke atas langit. <>

𝓑𝔂𝓑𝓾𝓽𝓽𝓮𝓻𝓒𝓱𝓲𝔃𝔂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


𝓑𝔂
𝓑𝓾𝓽𝓽𝓮𝓻𝓒𝓱𝓲𝔃𝔂

_𝓩𝓪𝓪

Lunar Eclipse [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang