Salju turun dengan lembut menyentuh mantel bludru bewarna cokelat, dia berdiri pada persimpangan jalan. Satu tangannya memegang payung berwarna hitam, satu tangannya lagi menjinjing buket bunga Krisan putih. Dia hanya berdiri diam, menatap seberang jalan yang di penuhi oleh papan nama orang-orang yang telah pergi. Sebab payungnya goyah dan hampir terjatuh, salju terus-terusan menumpuk pada mantelnya, seharusnya tidak terasa sakit. Namun entah mengapa dia meneteskan air mata.
"Kau masih di sini, jangan buat dia menunggu," ucap seorang wanita yang baru saja tiba. Dia pun mengambil buket bunga dalam genggaman pria. Lantas menyelipkan jemarinya pada jemari tangan yang hampir beku itu. "Ayo, kau pasti merindukannya."
"Ayah!" panggil gadis kecil pada pria di seberang jalan.
"Lihat putrimu, dia sangat bahagia bertemu dengannya." Lantas pria itu pun berjalan perlahan sembari menguatkan genggamannya pada wanita yang selama ini selalu menemani hari-harinya.
"Wang Yibo, kau hampir telat. Ibu sudah membuatkan bekal untukmu, jangan lupa di makan.
"Tidak! Tunggu!" Xiao Zhan bangun dari tidurnya sampai berteriak.
Yiqyu yang mendengar hal itu berbalik kembali masuk ke dalam kamar putranya. "Kau bermimpi buruk?"
"Ibu, siapa yang meninggal? Mengapa rasanya sesak sekali, aku tidak tahu siapa yang berada di sana. Seseorang memakai mantel berwarna cokelat, dia membawa bunga Krisan untuk berkabung."
"Minum dulu, tenang. Tidak ada yang pergi, kau masih di sini, semuanya di sini."
Setelah mimpi itu membuat hari-harinya muram, Xiao Zhan tak menemui Wang Yibo di jembatan. Dia berjalan ke kuil lebih cepat dari biasanya, bahkan di sekolah pun dia hanya diam tanpa banyak bicara. Lalu kembali ke rumah layaknya anak yang baik. Mengambil les bahasa dan mengasah keterampilan lainnya. Berbeda dengan Wang Yibo, sepulang mengajar dia tetap menunggu Zhan datang, walaupun berakhir tanpa sempurna. Bahkan ketika ia berhenti tidak jauh dari rumahnya, ia sama sekali tidak melihat Zhan keluar dari sana. Ponselnya sengaja tidak di aktifkan, pesan-pesan bahkan tidak terkirim. Panggilan telepon rumah terputus, Xiao Zhan benar-benar menjauhkan diri.
Wang Yibo pun berinisiatif untuk datang ke rumahnya menyamar sebagai guru lesnya, namun ketika bel berbunyi tak ada satu pun yang membukakan pintu. Merasa penasaran Wang Yibo akhirnya memasukkan sandi rumahnya, untungnya sandi itu masih berfungsi. Dia pun masuk ke dalam sana, suasananya terasa sunyi, namun banyak sekali perubahan. Vas bunga yang berada di atas meja terlihat masih segar, warna tirai yang semula berwarna hitam kini sudah di ganti berwarna putih keemasan.
Dia berjalan ke kamarnya, terlihat sangat rapi. Buku catatan yang terisi, lemari baju yang warnanya sejajar. Serta tas-tas yang tergantung dengan bahagia.
"Dia menjalani kehidupan yang baik, apa yang aku lakukan. Aku merasa iri." Ketika Yibo hendak membuka laci rahasianya, dia mendengar seseorang tertawa. Lantas pintu rumah pun terbuka, karena terkejut dia pun keluar dari kamar hendak berlari ke dapur untuk melewati pintu belakang.
Namun sayangnya Yiqyu terkejut dan meneriakinya dengan pencuri.
"Pencuri! Ada pencuri!" Dia melempar kantung belanjaan yang berisi buah semangka. Dan itu mengenai bahu Wang Yibo.
"Ibu, di mana pencurinya?!" Xiao Zhan pun masuk ke dalam rumah, menemukan seseorang yang seharusnya tidak berada di sini. "Kau..."
"Ibu, dia bukan pencuri. Dia guru lesku, aku menyuruhnya untuk masuk ke dalam rumah karena tidak nyaman jika berdiri di luar."
"Apaa?" Yiqyu menutup mulutnya, langsung membungkuk sopan. "Maafkan aku, maafkan aku."
Wang Yibo memiringkan kepala, menatap isyarat Xiao Zhan. "Ah ya, tidak apa-apa. Aku tadi haus, mungkin aku mengagetkan mu, oh anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunar Eclipse [Slow Update]
Fantasy{BL} Mereka terlalu mengeluh, sampai Dewa saja rasanya pening melihat ke-duanya terus menerus berdoa dengan permintaan yang sama, oleh sebab itu Dewa menukar jiwa mereka agar mendapatkan keuntungan dari pihak masing-masing. Xiao Zhan seorang guru...