Sinar matahari menyilaukan matanya, pria itu pun membuka mata perlahan dan melihat ibunya yang tengah membuka tirai jendela. Dia berdiri dengan menyilangkan tangannya di dada, sedikit gelengan kepala melihat putranya yang masih enggan beranjak dari kasur."Kau tidak ada jadwal kuliah?" tanyanya.
Tersadar akan hal itu, Xiao Zhan pun bangun dan mengambil handuknya. Buru-buru masuk ke dalam kamar mandi dan berkata, "Maaf ibu! Aku terlambat!"
"Ibu sudah menyiapkan bekal untukmu! Di depan ada guru les mu, jangan buat dia menunggu lama! Kau mendengarnya?!"
"Ya, Bu! Aku dengar." Nyatanya dia tidak mendengar dengan jelas, suara percikan air benar-benar menutupi pendengarannya.
Yiqyu pun meninggalkan kamar putranya dan pergi untuk membeli barang persediaan rumah yang sudah habis. Sebelum itu dia pun bertemu dengan Wang Yibo untuk menyapanya sebentar.
"Maaf sekali kau harus menunggu putraku, jika dia sudah selesai tolong sampaikan kalau ibunya pergi ke toko."
"Tidak apa-apa, terima kasih. Aku akan menyampaikannya."
Wanita itu menundukkan kepalanya singkat, begitupun Wang Yibo melakukan hal yang sama. Dia melihat punggung wanita itu pergi keluar dari rumah, singkat cerita dia pernah berharap kalau wanita itu tidak pernah kembali ke dalam rumah ini.
Namun sekarang wanita itu yang mengurus rumah ini menjadi hidup kembali, tidak ada satu pun barang yang dia buang. Walaupun Papa menyuruhnya, wanita itu akan menyembunyikan dan menaruhnya dengan aman. Bahkan dia bisa melihat cangkir yang pernah ibunya buat dahulu, cangkir itu memiliki banyak kenangan namun tidak ada Papa di dalamnya.
Saat itu Wang Yibo kecil dan ibunya berjalan untuk membeli tanaman hias, namun di tengah perjalanan Wang Yibo tertarik dengan cangkir berbentuk kelinci. Ternyata mereka menyediakan untuk pelanggan yang ingin membuatnya sendiri, Wang Yibo menarik sudut baju ibunya dan menunjuk pada toko cangkir itu. Ibunya pun menyadarinya dan mengajak putranya untuk membuat cangkir bersama.
Ada tiga cangkir yang mereka buat, walaupun milik Yibo tidak sepenuhnya jadi, namun dia sangat menyukainya. Anak sekecil itu hanya penasaran, tetapi dengan melihat hasilnya, Wang Yibo selalu memakai cangkir yang ibunya buat. Lalu cangkir miliknya hanya akan menjadi pajangan di sudut jendela. Terkadang dia mengisinya dengan uang koin, terkadang pula kosong.
Kenangan itu sangat membekas di benaknya, tak terhitung banyaknya kisah. Kenangan akan terlihat menyedihkan jika seseorang di dalam kenangan itu menghilang. Kini melihat cangkir itu masih ada, Wang Yibo merasa sedikit terobati.
Wang Yibo berjalan masuk ke dalam kamar, Xiao Zhan masih saja belum keluar dari dalam sana. Dia pun melihat buku-buku yang berjajar di atas meja, membacanya sedikit dan melihat ponselnya yang menyala. Ia tahu kalau itu ponsel miliknya, tetapi sekarang itu adalah milik Xiao Zhan. Tidak ada yang mereka sembunyikan, bahkan mereka bisa melihat satu sama lain, bahkan pemberitahuan dari ponsel masing-masing mereka tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunar Eclipse [Slow Update]
Fantasy{BL} Mereka terlalu mengeluh, sampai Dewa saja rasanya pening melihat ke-duanya terus menerus berdoa dengan permintaan yang sama, oleh sebab itu Dewa menukar jiwa mereka agar mendapatkan keuntungan dari pihak masing-masing. Xiao Zhan seorang guru...