BAB 11

113 9 3
                                    

Air hangat mengalir dari atas kepala sampai jemari kakinya, usapan tangannya membuat busa pada tubuhnya menggumpal lembut. Wang Yibo menurunkan tangan untuk membersihkan bagian terpenting milik Zhan, dengan hati-hati dia mengusapnya agar pria di sana tak terlalu merasakan sentuhan ini.

Dengan buru-buru pula dia menyelesaikan semuanya, padahal pria di sana tidak peduli dengan miliknya yang lumayan geli sebab dia sedang menikmati hidangan yang tadi sempat mereka beli.

"Makan perlahan, ibu tidak akan memintanya."

Zhan pun tersenyum sembari menurunkan lauk yang sedang dia pegang. "Ini enak sekali, Bu. Wang Yibo ternyata punya selera yang bagus."

Kedua alis Yiqyu menyatu. "Kau suka sekali memuji diri sendiri." Lantas tersenyum dengan tingkah putranya.

Lagi, Xiao Zhan selalu pura-pura tak sadar jika ucapannya bisa membuat Yiqyu bingung. Bertingkah layaknya anak remaja, bertingkah seperti sudah mengenal lama. Zhan berusaha begitu, namun sampai saat ini dia melakukannya seperti air yang mengalir. Jika dia membuat wanita itu bingung, Zhan akan terus mengalihkan perhatian dan mengelak dengan berbagai ucapan. Tidak terlalu sulit, hanya saja dia lelah.

Berbohong juga perlu berpikir, tidak berbohong juga tidak akan ada yang percaya bahwa dia dan putranya di kutuk oleh Dewa.

"Ibu, apa kau percaya jika manusia bisa bertukar jiwa?" tanya Zhan pada Yiqyu yang tengah mengaduk secangkir teh.

Yiqyu pun terlihat berpikir, terkadang ia mendongakkan kepalanya. "Sebagian cerita dibuat oleh pengalaman beberapa orang, 'kan? Jadi rasanya ibu harus percaya, walaupun sedikit membingungkan."

"Itu namanya ibu tidak percaya," sela Zhan berdiri untuk mencuci tangannya yang kotor.

"Mungkin kalau di jaman dulu itu bisa terjadi, tapi untuk sekarang sepertinya hal itu tidak ada. Pemikiran orang-orang sekarang itu sudah berbeda" wanita itu mencoba menjelaskan.

"Apa karena sebagian orang tidak memiliki kepercayaan?" Zhan menoleh pada ibunya yang tengah menyalakan dupa. "Jadi hanya orang yang memiliki kepercayaan yang harus di uji."

"Maksudmu, mereka yang tidak memiliki tidak akan di uji?" Yiqyu pun menyatukan kedua tangannya dan berdoa. Tidak lama, dia duduk di meja makan tepat di samping putranya.

"Begini, tidak mudah bagi seseorang untuk mempercayai sesuatu, terkadang sebagian orang bingung dengan adanya dunia ini. Apalagi bagi mereka yang mengelana sendirian, tidak memiliki orang tua. Tidak memiliki panutan yang mengajarkan caranya berpikir. Bukan berarti mereka tidak di uji, dengan tidak adanya orang tua yang mengajarkan mereka saja, itu sudah di anggap ujian. Lalu bagaimana dengan seseorang yang bertukar jiwa? Jika itu mungkin, pasti ada pelajaran yang bisa di miliki. Terkadang dunia berjalan tidak sesuai apa yang kita pikirkan, ramalan cuaca esok akan hujan, namun jika awan tidak ingin menangis, dia akan menahannya sampai tak terbendung lagi. Jadi apakah jawaban ibu ini membuat mu mengerti?"

"Aku mengerti, ibu menjelaskannya dengan cara yang baik. Tapi, kalau mereka yang bertukar jiwa tidak akan pernah percaya lagi. Apa mereka akan tetap seperti itu?"

"Teruslah percaya, tidak ada salahnya. Jalani saja sampai waktu memberikan jawaban. Tapi kalau di pikir-pikir, buku apa yang sedang kau baca?"

Zhan pun menggaruk tengkuknya. "Ah, buku fantasi yang baru saja aku pinjam dari perpustakaan."

"Ya ampun, kau pasti terlalu serius membacanya. Jadi bagaimana, apakah tokoh dalam novel itu sudah bertukar kembali?"

"Belum," jawabnya dengan raut lesu. "Tapi akan ku pastikan cerita mereka berakhir bahagia."

Lunar Eclipse [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang