Lapangan basket di pinggir jalan itu terlihat basah, ada genangan air di tiap lubang kecil yang terbuka. Mungkin karena semalam hujan, air itu belum sempat merembes dan membutuhkan waktu. Pagi ini tepat pukul enam Wang Yibo dibangunkan oleh ibunya, tunggu, ibu Zhan maksudnya. Di meja makan semua keluarga sudah berkumpul untuk menyantap sarapan yang telah nyonya Xiao buat, ada roti dengan selai cokelat dan blueberry. Lantas susu hangat pada gelas kaca transparan, sedangkan gelas Tuan Xiao berbeda, karena warna air itu terlihat hitam pekat. Wang Yibo bisa menebak hanya dengan melihatnya.
"Ayah minum kopi pagi-pagi sekali, apa tidak sakit perut?" tanya Wang Yibo spontan.
Pria paruh baya itu pun terkekeh, "Ini sudah di kurangi, hanya seminggu tiga kali saja. Kemarin kan belum minum."
Wang Yibo membulatkan bibirnya, "Ohh, begitu..."
"Ayahmu sulit meninggalkan minuman hitam itu, kalau tidak dibuatkan hari-harinya akan suram katanya." Nyonya Xiao turut serta.
Kedua putranya pun tertawa. "Yang penting tidak boleh memakai gula terlalu banyak, itu tidak baik, ayah."
"Iya, iya, ayah tahu. Sekarang kau mulai seperti ibumu. Minggu lalu bahkan kau mengajakku minum kopi di kedai dekat tempat kerjamu, apa itu tidak akan berlaku lagi?" Mendengar itu Wang Yibo batuk-batuk, dia tersedak.
Adik lelakinya langsung memberikan minum. "Terima kasih," ucap Yibo lantas kembali menatap ayah Zhan. "Ayah tak perlu khawatir, itu masih berlaku jika ayah mengurangi satu hari lagi."
Sang ibu pun kembali ke meja makan setelah selesai pada roti panggang nya. Ia menepuk pundak Zhan dan berkata, "Kau benar-benar ada di pihak ibu sekarang."
Mereka pun tertawa, namun tidak dengan Yinxi.
"Aku sudah selesai, ibu." Gadis itu bangun dan mengambil tas ranselnya.
"Kau sudah mau berangkat?" Sang ibu pun ikut berdiri menghampiri putrinya. "Yuxuan belum selesai, tidak mau menunggu dulu?" Ia pun mencium keningnya.
Yinxi menggelengkan kepala. "Tidak ibu, aku jalan saja. Naik motor bersama Yuxuan tidak enak."
"Mengapa tidak enak?" Yibo penasaran.
Gadis itu langsung menatapnya sinis, lalu merubah raut wajahnya ketika menatap sang ibu. "Itu menyebalkan ibu, banyak sekali gadis-gadis yang terkadang berlari di belakangku. Aku merasa tidak nyaman."
Sang ayah tertawa, "Jadi karena itu? Ya ampun, putraku yang satu ini memang mirip sekali denganku."
Yuxuan hanya terkekeh, sang ibu menghela sebab tak mau mengingatkan masa mudanya yang hampir sama dengan putrinya kini.
"Ya sudah, hati-hati di jalan."
"Tunggu, biar aku antar." Wang Yibo meneguk habis susunya, lantas dia berdiri dan mengambil berkas pelajaran. Berkas itu milik Zhan, semalam pria itu meninggalkan pesan peringatan untuk membawa barang-barangnya.
"Eehh... kunci mobilmu mana?" Nyonya Xiao menoleh kesana-kemari. Lantas melihat kunci itu pada tempat penyimpanan di atas meja. "Ini, jangan terlalu kencang membawanya."
Wang Yibo terdiam sejenak, lalu mengatakan. "Baik, ibu. Ayah aku pergi," pamitnya... sang ayah pun mengangguk.
Setelah melambaikan tangan, Yinxi dan Wang Yibo sudah berada di dalam mobil. Gadis itu menoleh kepada kakaknya karena dia terlihat agak bingung.
"Yinxi, pertama... alamat sekolah mu aku lupa. Bisa kau beritahu?"
Gadis itu mengangguk dan memberitahu alamatnya...
"Kedua, kau percaya padaku, 'kan?" Wang Yibo sembari memasukkan kunci mobilnya.
"Antara iya dan tidak, jangan bilang kau lupa menyetir?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunar Eclipse [Slow Update]
Fantasy{BL} Mereka terlalu mengeluh, sampai Dewa saja rasanya pening melihat ke-duanya terus menerus berdoa dengan permintaan yang sama, oleh sebab itu Dewa menukar jiwa mereka agar mendapatkan keuntungan dari pihak masing-masing. Xiao Zhan seorang guru...