Part 4

18.7K 621 11
                                    

Rachel's POV

"Jangan menangis sayang." Alex menghapus air mata yang mengalir dipipiku. Aku menepis tangannya dan menghapus air mataku dengan kasar.

"Kamu seharusnya mulai membiasakan diri dengan sentuhanku sayang."

Aku menatapnya dengan tatapan membunuh. "Kenapa kamu mengikutiku?!" kataku dingin.

"Aku ingin tau kamu kemana dan apa yang ingin Radit bicarakan padamu sayang."

"Atas dasar apa kamu melakukan itu?!" suaraku naik 3 oktav, aku sudah tidak bisa menahan amarahku lagi.
Orang-orang yang berlalu lalang melihat kearahku dan Alex dengan tatapan bertanya-tanya.

"Tenanglah sayang, kita selesaikan ini dirumah."

"Berhenti memanggilku dengan sebutan 'sayang'! Aku muak mendengarnya!" perkataanku membuat Alex ternganga dan sorot matanya memancarkan kekecewaan sama seperti sorot mata Radit tadi.

Aku menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. "Kamu tidak punya hak untuk mencampuri kehidupanku Alex." suaraku turun 1 oktav.

"Aku berhak karna aku adalah suamimu!" suara Alex sedikit meninggi, mukanya merah padam menahan amarah. "Aku suamimu, kamu adalah istriku. Aku punya hak untuk mencampuri urusanmu, dan satu lagi aku tidak akan berhenti memanggilmu 'sayang'." desisnya ditelingaku diikuti dengan tawa sinisnya.

"Aku bodoh telah menerima pernikahan ini." mataku berkaca-kaca.

"Sudah terlambat untuk menyesal Hael, karna kamu sekarang sudah menjadi istriku."

"Aku memang istrimu dan kamu memang suamiku. Tapi itu hanya dimata orang-orang dan dibuku nikah kita saja. Dalam hatiku, kamu bukanlah suamiku."

"Terserah kamu mau menganggapku apa. Faktanya adalah aku suamimu yang sah."

"Aku ingin sendiri sekarang." aku membalikkan badanku dan berjalan cepat menjauhinya. Tangannya menangkap tanganku, Alex memegang pundakku dan membalikkan tubuhku menghadap dirinya.

"Kamu mau kemana? Kamu tidak akan kemanapun Rachel. Kamu tidak akan bisa lari dariku." Alex mencengkram kedua pundakku. Aku meringis kesakitan, tanpa bisa aku tahan air mataku kembali menetes.

"Aku hanya ingin sendiri sekarang Alex, aku ingin menenangkan diriku! Aku benci padamu Alex! Aku sangat membencimu Alexander Fransiscus!" aku berteriak disela isakan tangisku.

"Aku rasa orangtuaku dan Oma sudah tidak menyayangiku lagi. Mereka tega menikahkanku dengan orang seperti dirimu. Mama bilang kau baik, perhatian, dan menyayangiku. Semua itu bullshit!" tangisku pecah, aku menangis meraung-raung seperti anak kecil.

Alex melepaskan cengkramannya dibahuku dan menghapus air mataku. Aku menepis tangannya dengan kasar. "Yang dikatakan mama benar. Aku menyayangimu, Hael."

"Kalian semua pembohong! Aku benci kalian! Aku benci padamu Alexander! Benciiiiiii!!!!!!!!" aku berlari secepat mungkin, aku tidak mempedulikan Alex yang mengejarku dan terus memanggil namaku.

Aku berlari tanpa tujuan, sampai akhirnya kaki ini berhenti ke sebuah taman. Aku duduk terdiam disebuah kursi, kututup mataku dan semua kejadian tadi berputar-putar dikepalaku. Aku mulai menangis lagi, aku memeluk lututku dan membenamkan wajahku. Aku menangis tanpa suara agar tidak ada seorangpun yang mengetahui aku sedang menangis.

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang mengusap-ngusap punggungku.
Aku mengangkat kepalaku dan kudapati Alex dihadapanku.

"Jangan menolakku kali ini Hael." permintaanya terdengar seperti perintah yang tidak boleh aku lawan. Dengan lembut Alex menghapus air mataku, Alex merapikan rambutku yang berantakan dan menyelipkannya kebelakang telingaku.

He is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang