Part 15

12.6K 508 3
                                    

"Rachel."

Rachel membalikan badannya lalu menatap datar Alex. "Ada apa?"

"Bagaimana kamu tau kalau Jeni mengancamku?"

"Kamu membiarkan laptopmu tetap menyala saat kamu tidur. Saat aku ingin mematikan laptopmu, aku tidak sengaja membaca email dari Jeni." jawab Rachel datar.

"Lalu yang kamu katakan tadi, apa itu ben-"

"Oh itu, anggap saja kamu tadi tidak mendengarnya. Itu aku katakan karena emosi." Rachel memotong ucapan Alex.

Alex menghela nafas lalu tersenyum masam. Ada sebersit kekecewaan dan kesedihan dalam diri Alex saat mendengar ucapan Rachel.

"Aku tidak tau kalau kamu bisa segalak tadi." ucap Alex berusaha tersenyum namum gagal.

"Kamu memang tidak tau apa pun tentang diriku, Alex." ucap Rachel dingin lalu berjalan menuju meja kerjanya.

Alex hanya bisa menahan rasa sakit yang merayap disekujur tubuh dan hatinya. Melihat sikap Rachel padanya saat ini. Alex sadar, karena ia juga lah yang membuat Rachel seperti itu.

Seandainya sejak awal ia memberitahu tentang Jeni pada Rachel, mungkin masalahnya tidak akan serumit ini.

"Anda ada rapat dengan pemegang saham jam 2 nanti." ucapan Rachel membangunkan Alex dari lamunannya.

"Baiklah." Alex melirik jam di tangannya. "Sekarang sudah hampir waktunya, ayo kita ke ruang meeting."

"Saya akan menyusul anda nanti." ucap Rachel formal sambil membereskan berkas-berkas dan laptop yang akan ia bawa.

"Baiklah." jawab Alex singkat lalu berjalan keluar ruangannya.

Alex terus melangkah tanpa menghiraukan keadaan sekitarnya. Lebih tepatnya Jeni.

"Alex."

Alex terus berjalan, ia tidak menghiraukan orang yang memanggil namanya.
Sampai akhirnya sebuah tangan menarik lengan Alex.

"Alex, kamu mau meeting kan? Aku temani ya?"

"Singkirkan tangan sialmu itu Jeni. Jangan menyentuhku." ucap Alex dingin sambil menatap lengannya.

"Aku tidak akan melepaskannya sampai kamu setuju aku menemanimu meeting."

"Ehm." suara deheman dari belakang Alex dan Jeni membuat mereka menoleh kebelakang secara bersamaan.

Rachel berdiri diambang pintu sambil menatap tajam Jeni dan Alex. Dengan angkuh Rachel berjalan menghampiri Alex dan Jeni.

"Saya rasa anda sudah melewati batasan anda, miss Jeni. Saya yang akan menemani Alex meeting." ucap Rachel dingin.

Jeni tertawa sinis. "Bisakah membedakan status pribadi saat berada di kantor?"

"Status pribadi?" Rachel tertawa sinis lalu menatap tajam Jeni.

"Anda lah yang seharusnya membedakan masalah pribadi dengan masalah kantor. Anda pikir, anda siapa? Anda hanya lah wakil sekretaris dan saya sekretaris utama disini. Anda tidak punya hak mendampingi atasan anda saat meeting, kecuali saya sedang tidak ada atau dia sendiri yang meminta anda untuk mendampinginya." ucap Rachel datar dan sedingin es di kutub utara.

Rachel berjalan mendekati Jeni masih dengan tatapan sinis menatap Jeni. "Dan, kelancangan apa yang telah anda lakukan miss Jeni?! Anda menyentuh lengan atasan anda yang berstatus SUAMI SAYA!!! SINGKIRKAN TANGAN SIALAN ANDA DARI LENGAN SUAMI SAYA!!!!" teriak Rachel seraya menarik tangan Jeni dari lengan Alex lalu menyentakannya dengan kasar.

He is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang