Part 16

12.2K 464 4
                                    

Sejak keluar dari apartemen dan memasuki mobil Radit, Rachel membisu seribu bahasa. Ia hanya memandang keluar jendela sambil terus menangis tanpa henti.
Rasa sakit merayap di hati Radit, melihat gadis yang ia cintai menangis begitu pilu di hadapannya.

"Sekarang kamu mau kemana, Raa?" tanya Radit memecahkan keheningan.

Rachel tidak menjawab, masih terus memandang keluar jendela.

"Raa.."

Rachel tetap diam.

"Rachel." Radit mengguncangkan bahu Rachel.

"Antar saja aku ke hotel yang jaraknya paling dekat dengan bandara." jawab Rachel lirih.

"Kamu ke Bandung duluan ya, nanti aku nyusul. Masih ada yang harus aku selesaikan di sini."

"Hmm.." Rachel hanya bergumam. Pandangan masih terfokus keluar jendela, air mata tak henti-hentinya mengalir.

Setelah satu jam menempuh perjalanan yang dipenuhi dengan keheningan. Akhirnya Radit menghentikan mobilnya disebuah hotel berbintang yang jaraknya tidak terlalu jauh dari bandara.

"Raa, kita sudah sampai."

Rachel menoleh kearah Radit lalu tersenyum tipis. "Makasih ya Rad. Maaf harus ngerepotin kamu."

"Sama-sama, Raa. Aku sama sekali tidak merasa direpotkan." Radit tersenyum lembut pada Rachel.

"Besok aku berangkat naik taxi aja."

"Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa di Bandung, Raa."

"Sekali lagi makasih dan goodbye, Radit." Rachel memaksakan seulas senyum pada Radit.

.

.

.

Radit POV

Karena kebungkamanku, sekarang gadis yang aku cintai harus menderita seperti ini. Begitu menyakitkan melihatnya menangis begitu pilu di hadapanku. Seandainya aku tidak egois dan memberitahu semua padanya, mungkin aku tidak akan melihatnya hancur seperti ini.

Flashback On

"Oke, sekarang cerita sama kakak. Apa yang membuat adik sepupu kakak yang tampan ini, akhirnya memutuskan untuk tinggal di sini."

"Ah, you know lah kak."

"I know? I don't know. Can you tell me, Radit?"

"Oke. Aku memutuskan pindah kesini karena aku mau mengejar gadis yang aku cintai. Aku ingin mendapatkannya kembali ke sisiku."

"Wah, akhirnya ada yang berhasil meluluhkan hati si pangeran es juga. Seperti apa gadis yang berhasil meluluhkan hati adikku yang tampan ini? Mengingat kamu yang selalu bersikap dingin pada semua gadis, pasti dia gadis yang sangat cantik bukan?" ujar kakak sepupuku panjang lebar.

Aku tersenyum mengingat Rachel. "Dia gadis yang baik, polos, cantik, dan pintar. Dia berbeda dengan gadis lainnya. Disaat semua mendekatiku dengan tujuan ingin menjadi kekasihku, dia malah menganggapku sebagai sahabatnya. Dia tidak pernah sekali pun menyatakan kalau dia menyukaiku. Aku terlalu bodoh karena baru menyadari perasaanku saat dia akan pergi dariku." ucapku panjang lebar dalam satu tarikan nafas.

"Sesempurna itu kah dia bagimu? Siapa namanya? Apa namanya secantik wajahnya?" goda kakak sepupuku.

"Tentu saja namanya cantik, secantik pemiliknya. Namanya Rachel." ucapku penuh kebanggaan.

Tiba-tiba ekspresi kakak sepupuku berubah, ia yang tadinya tersenyum lebar kini menunjukan ekspresi terkejut yang sangat besar.

"Rachel?" lirihnya.

He is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang