Part 10

11.9K 442 0
                                    

Sebelumnya aku minta maaf, karena part ini mengecewakan banget. Bahkan lebih pendek dari part 8.
Aku harap kalian masih tetap mau membaca ceritaku.
Aku janji setelah ini, 2 hari lagi aku akan update part yang lebih panjang dan lebih baik lagi. Soalnya aku lagi sibuk banget.
Sekali lagi aku minta maaf untuk part ini.

__________________________________

"Kamu belum tidur?" tanyaku.

Alex tidak menjawab pertanyaanku, dia hanya diam dan menatap lurus ke depan. Memperhatikan gemerlap cahaya di luar sana.
Aku pun tidak bertanya lagi, aku merebahkan diriku di ranjang berukuran king size. Baru terasa sekarang pegal-pegal dan lelah akibat perjalanan tadi.

"Hael?" panggil Alex.

"Ya?"

"Apa kamu benar-benar tidak mengingatku?"

Pertanyaan Alex membuat hatiku mencelos. Ternyata benar kata Raquel, kalau Alex mulai curiga.

"A.. apa maksudmu? Memang.. memang apa yang harus aku ingat darimu?" tanyaku tergagap.

"Tentang masa kecil kita."

"Masa kecil kita? Bukankah sudahku bilang, aku tidak ingat pernah berteman denganmu saat kecil."

"Kalau kamu memang tidak mengingatku, kenapa kamu mengingat Raquel?"

"Aku.. aku juga tidak mengingat Raquel."

"Lalu kenapa kamu tadi memanggilnya 'Rara' dan saat Quel bilang waktu kecil kamu ingin menjadi designer karena aku, kenapa kamu malu?!" bentak Alex.

"Aku.. aku hanya mengira-ngira saja. Lagi pula, untuk apa aku mengingat itu semua? Itu hanya kenangan masa kecil, tidak ada hal yang berarti dalam masa kecil itu Alex." jawabku sedikit emosi.

"Mungkin memang tidak berarti bagimu karena kamu tidak mengingatnya. Tapi itu sangat berarti bagiku, karena-" ucap Alex lirih.

"Karena apa?"

"Lupakan saja." Alex menghela nafas.

Alex kembali diam, hanya sesekali terdengar helaan nafasnya.

"Amore." panggilnya.

"Ada apa?"

"Kemarilah." Alex menepuk tempat di sebelahnya.

Aku menaikkan sebelah alisku, menatap tempat itu. Dengan ragu-ragu aku menuju kearahnya, dan duduk tepat di samping Alex.

"Setelah ulang tahun Raquel, kita akan menginap di hotel." ucapnya tanpa menoleh melihatku.

"Hotel? Kenapa kita tidak di sini saja?" tanyaku heran.

"Kita perlu waktu lebih banyak untuk berdua. Kamu dan aku perlu lebih saling mengenal lagi, agar kita bisa membangun kehidupan yang baik dalam pernikahan kita."

"Lebih saling mengenal?"

"Iya, aku perlu lebih memahami sifatmu, apa yang kamu suka dan yang kamu tidak suka, apa keinginanmu. Dan semua itu membutuhkan waktu yang lama, kita harus lebih sering menghabiskan waktu bersama. Tapi kalau kamu ingin cara cepat, aku bersedia memberikannya." Alex tersenyum penuh arti.

Aku mengerutkan keningku, mencoba mencerna maksud perkataan Alex.
Aku tertegun ketika mengerti maksud perkataan Alex.

"Tidak, aku tidak mau cara cepat." ucapku buru-buru.

Alex tertawa mendengar ucapanku.
Dengan lembut Alex mengusap kepalaku, menarikku hingga bersandar padanya.
"Kamu harus mempersiapkan diri untuk itu, Amore." ucapnya lembut lalu mencium puncak kepalaku.

He is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang