Part 19

12.6K 436 4
                                    

Saat ini Rachel sedang berada di sebuah butik terkenal. Pemilik butik itu tak lain adalah Rachel sendiri.
Rachel sedang sibuk membuat design gaun dan jas pengantin untuk pernikahan guru sekaligus sahabatnya, Parker Alova.

Selama ini, Parker yang selalu membantu dan mengajari Rachel hingga akhirnya ia berhasil mewujudkan impiannya menjadi designer ternama.
Parker selalu ada untuknya saat ia merasa sedih dan sangat merindukan Alex.

Rachel memang berhasil mewujudkan impiannya. Impian yang lahir karena Alex. Impian yang dengan susah payah ia wujudkan demi Alex.
Tapi bukan berarti selama empat tahun ini Rachel bersenang-senang.
Ia juga sama tersiksanya seperti Alex. Ia selalu menangis setiap kali ia merindukan Alex. Ia selalu menangis setiap mengingat penyebab dirinya pergi dari Alex.

Setiap saat, setiap detik Rachel selalu memikirkan Alex. Tak pernah sekali pun ia melupakan Alex. Pria yang sangat ia cintai.
Ia selalu berharap Alex datang menemuinya. Memintanya untuk kembali pada Alex.
Bukan Rachel egois karena pergi selama bertahun-tahun meninggalkan Alex tanpa kabar.
Bukan Rachel tidak ingin memaafkan Alex dan kembali pada Alex seperti dulu.

Rachel sangat ingin memaafkan Alex. Rachel sangat ingin kembali pada Alex. Bahkan Rachel sudah memaafkan Alex jauh sebelum Alex meminta maaf padanya.
Kalau kalian bertanya, lalu kenapa Rachel masih saja terus sembunyi dari Alex? Padahal Rachel sangat mencintai Alex.
Jawabannya adalah karena Rachel ingin Alex menemukan dimana ia bersembunyi dan Alex sendiri yang membawanya pulang.

Mengingat semua yang pernah Alex lakukan pada Rachel, mulai dari Alex yang selalu membentaknya tanpa sebab atau hanya karena masalah kecil. Alex yang selalu bersikap bossy pada Rachel, yang tidak mau perintahnya dibantah bahkan oleh istrinya sendiri.
Alex yang membohongi Rachel tentang perasaannya pada Jeni.
Alex yang tidak pernah punya kepastian akan perasaannya sendiri. Siapa yang sebenarnya ia cintai, Rachel atau Jeni. Alex tidak pernah bisa memastikan itu.
Dan yang paling menyedihkan dan menyakitkan adalah Alex yang mengira Jeni sebagai Rachel dan membiarkan Rachel melihatnya bermesraan dengan Jeni di atas ranjang dengan mata kepalanya sendiri.
Mengingat semua hal itu, tentu saja Rachel mengurungkan niatnya kembali pada Alex.
Rachel ingin Alex menyadari semua perbuatannya dan ia sendiri yang meminta Rachel untuk kembali kesisinya.

"Aku merindukanmu, Alex. Apa kamu masih belum menyadari semua perbuatanmu padaku dulu? Apa sangat sulit untuk menemukanku?" gumam Rachel pelan.

Rachel meletakan pensil yang ia pakai untuk menggambar design. Ia menantap jari manisnya, cincin itu masih melingkar indah dijari manisnya.
Cincin itu tidak pernah lepas dari jari manis Rachel. Menandakan bahwa ia masih sangat mencintai pria yang telah melingkarkan cincin itu dijari manisnya.

"Hei..."

Suara itu mengejutkan Rachel yang sedang asyik memandangi cincin pernikahannya dengan Alex.
Rachel membalikan badannya dan menatap lurus laki-laki yang telah membuatnya terkejut.

"Kamu mengejutkanku, Radit."

Radit nyegir kuda yang memperlihatkan barisan rapi gigi putih miliknya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Apa yang kamu gumamkan tadi, Raa?" tanya Radit basa-basi.

"Tidak perlu aku jawabkan? Aku yakin kamu pasti mendengarnya."

"Hmm.., yah. Hanya sekedar basa-basi saja." Radit kembali menunjukan cengir kudanya.

"Ada apa kamu kesini?"

"Apa kamu sedang sibuk? Aku ingin mengobrol denganmu sebentar sebelum besok aku kembali ke Indonesia."

Rachel menatap design-nya yang hampir selesai. Hanya perlu beberapa perbaikan lagi, maka design itu akan segera menjadi sempurna.

"Tidak, aku tidak terlalu sibuk. Kita bisa mengobrol di kedai kopi langgananku."

He is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang