Part 12

11.5K 531 0
                                    

Akhirnya Alex dan Rachel sampai di Jakarta.
Selama perjalanan dari bandara menuju apartemen, Alex tertidur di taxi.
Dan untuk kesekian kalinya Rachel menghela nafas.

Rachel sebenarnya belum ingin pulang, ia masih ingin berlibur di Venice. Tapi liburannya telah hancur karena Jeni. Jadi mau tidak mau Rachel meminta pulang, ia tidak ingin suasana hatinya semakin hancur.

"Hael, kamu kenapa sih? Berisik banget daritadi."

Suara Alex membuat Rachel terjolak kaget dan langsung membalikan badannya melihat Alex. Matanya masih terpejam dan sesekali ia bergumam.

"Hael?" panggilnya masih terpejam.

"Hah?"

"Kamu mikirin apa? Daritadi berisik."

"Aku? Berisik? Aku daritadi diam."

"Kamu memang diam, tapi helaan nafasmu menganggu tidurku." ucap Alex yang masih memejamkan matanya.

"Oh, maaf." gumam Rachel.

Alex perlahan membuka matanya. "Kenapa? Kamu menyesal pulang terlalu awal? Belum terlambat kalau ingin kembali ke sana." tawar Alex.

"Tidak, aku tidak menyesal. Hanya saja-" Rachel tidak melanjutkan ucapannya.
"Hanya saja aku malas bertemu dengan Jeni dan aku malas melihatnya terus mendekatimu." lanjut Rachel dalam hati.

"Hanya saja apa?"

"Ng.. hanya saja aku agak malas sekolah."

"Hmm.. aku kira kamu menyesal karna pulang lebih awal." kali ini gantian Alex yang menghela nafas.

"Aku memang menyesal, Alex. Andai saja kamu tidak membahas Jeni dan membuat hancur liburan kita. Aku tidak akan meminta pulang secepat ini." jawab Rachel dalam hati.

Mereka telah sampai di apartemen, supir taxi membantu mengeluarkan koper Alex dan Rachel, dan membawakan koper mereka sampai ke lobby apartemen.
Setelah Alex membayar biaya taxi, supir taxi itu pun pergi.

Alex dan Rachel berjalan menaiki lift menuju kamar apartemen mereka yang berada di lantai 40.
Keheningan lah yang menemani mereka sampai ke kamar apartemen mereka.
Mereka seakan hanyut dengan pikiran masing-masing.

Rachel kembali menyesal karena mempercepat kepulangannya dan Alex. Lihat saja apa yang Alex lakukan begitu mereka masuk ke apartemen, ia langsung kembali sibuk dengan laptopnya.
Selama seminggu di Venice, Alex sama sekali tidak menyentuh laptopnya. Dan sekarang? Dia sudah kembali menjadi Alex sang CEO yang bossy dan super busy.

"Aku tidur dulu ya." ucap Rachel.

"Hmm.." Alex hanya bergumam menanggapi ucapan Rachel.

* * * * *

Setelah dirasakannya Rachel sudah terlelap, Alex mengalihkan perhatiannya dari laptop dan menghempaskan tubuhnya kasar. Sambil sesekali mengeram, Alex mengusap wajahnya dengan kasar.

"Shit! Kenapa harus serumit ini?!" umpat Alex.

Ditatapnya lagi layar laptopnya yang masih menunjukan email dari Jeni.

Jeniva Anggreni : aku akan merebutmu kembali Alex. Aku akan merebutmu dengan berbagai cara. Aku akan membuat wanita sialan itu pergi dengan sendirinya darimu. Kalau kamu tidak ingin wanita sialan itu terluka, ceraikan dia secepatnya dan menikah denganku. Kalau tidak, kamu lihat saja apa yang akan terjadi pada wanita sialanmu itu.
Aku menunggu keputusanmu Alex, I love you.

Yack, menjijikan. Itu lah yang sekarang ada dipikiran Alex. Kalau dulu Alex akan tersenyum bahagia karena mendapat kata 'I Love You' dari Jeni, kini dia merasa sangat jijik dan muak.
Ditatapnya gadis yang sedang tertidur lelap dihadapannya.

He is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang