Part 22 ( Repost )

17.3K 525 65
                                    

Happy reading~

.

.

.

Rachel's POV

Oh Tuhan, ingin sekali aku memeluk pria dihadapanku ini.

Begitu besarkah cintanya padaku sampai dia menamai hotelnya dengan nama kami? Tegakah aku membalasnya agar dai merasakan sakit yang kurasakan?

Haruskah aku membatalkan niatku untuk menyakitinya.

* * *

Aku mulai menyesali keputusanku untuk membalas Alex. Membuatnya merasakan rasa sakit yang pernah aku rasakan, aku rasa bukanlah keputusan yang tepat. Selama lima tahun ini pun dia sudah sangat tersiksa karena kehilanganku. Dia sampai tidak memikirkan dirinya sendiri dan terus mencariku.

Melihat dirinya yang sekarang, menohok hatiku. Bagaimana mungkin, karena kepergianku mampu membuat seorang Alexander Fransiscus menjadi seperti mayat hidup. Masih terbayang dengan jelas dibenakku, bagaimana ekspresi Alex tadi saat Parker menjemputku di butik dan mencium keningku dengan penuh kasih sayang.

Parker memang sudah menganggapku seperti adiknya sendiri. Baginya, aku adalah hadiah yang diberikan Tuhan padanya untuk menggantikan adik perempuannya yang sudah lama menghilang.

yang aku tahu, gadis itu bernama Vely. Dia memang sangat mirip denganku, hanya saja usianya beberapa tahun dibawahku. Karena itulah, Parker sangat menyayangiku dan melindungku.

Sudah sejak lama Parker ingin sekali bertemu dengan Alex. Aku masih ingat dengan sangat jelas reaksinya empat tahun yang lalu saat aku menceritakan tentang kisahku dan Alex. Parker ingin sekali menemui Alex dan menghajarnya habis-habisan karena telah berani menyakiti perasaanku.

Walaupun awalnya Parker keberatan dengan ide konyol yang aku ajukan padanya, tapi sepertinya dia mulai menikmati perannya sebagai calon suami gadunganku dan mengerjai Alex. Melihat wajah kesal Alex adalah hobby baru untuknya saat ini.

Konsekuensi yang harus aku hadapi karena ide gilaku ini pun cukup besar. Kemungkinan Alex akan menyerah mengejarku lagi dan pergi meninggalkanku atau bahkan dia menceraikanku, adalah konsekuensi menakutkan yang harus aku hadapi.

Entah setan apa yang merasukiku hingga aku berani untuk berbuat hal senekat ini. Aku hanya percaya pada perasaanku. Aku hanya percaya kalau Alex tidak akan pernah menyerah sampai dia mendapatkanku kembali ke sisinya seperti dulu.

Dan sepertinya sudah saatnya aku mengakhiri perbuatan konyolku ini. Sudah cukup aku menyiksa Alex dengan menghilang selama lima tahun ini.

"Stop berpikir untuk mengakhiri semua ini, Raa." suara baritone Parker membuyarkan lamunanku. Sepertinya pria satu ini mempunyai kekuatan untuk membaca pikiran orang lain seperti Edward Cullen. Dia selalu tau apa yang sedang aku pikirkan.

"Kita baru saja memulai permainan ini, jangan pernah kamu berpikir untuk mengakhiri permainan ini sebelum waktunya. Atau kamu akan menyesal." tambahnya dengan maksud terselubung.

"Memangnya apa yang akan terjadi kalau aku mengakhiri permainan ini sekarang?" jawabku menantang. Sesekali menantang Parker bukanlah hal buruk, mengingat selama ini aku selalu menuruti semua perkataannya.

"Mencoba untuk menantangku, sweety? Hmm?" dia menaikkan satu alisnya yang tebal itu. "Apa yang akan aku lakukan ya pada Alexander yang bodoh itu?" Parker mengusap-usap dagunya seolah-olah dia sedang berpikir.

"Apa yang akan kamu lakukan padanya, Parker? Kamu akan menciumku dihadapannya?" aku terkekeh dengan ucapanku sendiri.

"Sepertinya bukan ide yang buruk. Mengingat dia pernah berciuman dengan wanita di hadapanmu, bahkan bercumbu dengan wanita itu di ranjang kalian."

He is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang