CHAPTER ELEVEN

32 15 9
                                    

“Aku ingin menjadi pemimpin perusahaan.”

Su Liang menatap Su Li tidak percaya. “Kau tidak sedang mabuk kan?” Ia kemudian memastikan bahwa yang diminum oleh Su Li adalah kopi bukanlah minuman beralkohol.

“Bukankah Ayah memaksaku untuk menjadi pewaris? Sekarang aku menawarkan diri tetapi malah seperti itu respon Ayah.” Su Li menyeruput es americano-nya dengan kesal. Jika sedang merajuk anak gadisnya itu akan cemberut seperti ikan mas, membuat Su Liang tersenyum gemas.

“Ayah, aku sedang berbicara serius.”

Ucapan Su Li membuat Su Liang menenggelamkan senyumnya. Benar kata sang Putri, ia harus serius saat ini. Pasti ada sesuatu yang membuat Su Li berubah pikiran.

“Kau sudah menemukan pengganti kekasihmu itu?”

Su Li memutar bola matanya kesal. Sang Ayah masih saja mengira dirinya memiliki hubungan spesial dengan Miss Moore. Ia sedikit menyesal mengapa tidak pernah mengiyakan tawaran beberapa temannya ketika di bangku sekolah. Saat di Ubex pun banyak yang mencoba mendekati hanya saja Su Li terlalu fokus untuk mengejar karir. Terbiasa melakukan segala sesuatu sendiri membuatnya tidak terlalu membutuhkan yang orang lain bilang pasangan.

“Ayah, aku sudah mengatakan ini berkali-kali. Miss Moore itu hanya sekretarisku. Kami tidak memiliki hubungan apapun selain hubungan antara atasan dan bawahannya.”

Jika tidak sedang membutuhkan bantuan sang Ayah, bisa dipastikan Su Li akan meledak saat ini. Tuan Su yang hafal dengan temperamen sang Putri diam-diam kagum melihat bagaimana Su Li dapat mengatur emosinya. Bisa dipastikan apa yang ia katakan barusan adalah sesuatu yang benar ia inginkan.

“Mengapa kau tiba-tiba menyetujui untuk menjadi pemimpin perusahaan?”

“Aku butuh kekuasan,” jawab Su Li lugas.

“Kekuasaan? Untuk apa?”

Su Li menelan ludahnya susah payah. Ia tahu Ayahnya pasti akan menanyakan hal itu dan ia sudah menyiapkan jawaban. Hanya saja, melihat bagaimana sorot tajam itu menatapnya lekat membuat semua baris kalimat yang sudah ia rangkai susah payah hancur seketika. Apakah ini yang terkadang Timnya rasakan ketika ia sedang memeriksa pekerjaan mereka? Maafkan aku, aku tidak akan memandangi kalian dengan pandangan intimidasi seperti itu lagi batinnya.

“Su Li, Ayah bertanya padamu. Untuk apa kau membutuhkan kekuasaan? Apa yang kau bisa tawarkan untuk Ayah?”

Su Li menegakkan punggungnya, meletakkan kedua tangannya di atas meja. Berpikir cepat jawaban seperti apa yang akan disukai oleh sang Ayah. Hanya saja ia tidak mengira akan mendapatkan pertanyaan kedua. Pak tua ini benar-benar seorang pebisnis sejati gumamnya dalam hati.

Su Li menarik napas panjang dan mengembusnya pelan. “Setelah beberapa lama di perusahaan, aku menyadari bahwa perusahaan membutuhkan pemimpin muda sepertiku. Ayah juga sudah tahu bagaimana kemampuanku. Maka akan aku pastikan bahwa perusahaan akan aman bersamaku.”

Su Liang tersenyum. Putrinya sudah dewasa. Selain sudah percaya dengan kemampuan yang ia miliki, Su Li juga bisa dengan percaya diri mengatakan bahwa dirinya kompeten. Tetapi rasanya negosiasi seperti ini tidak seru, Su Liang ingin melakukan penawaran juga dengan gadis muda di hadapannya saat ini.

“Kau benar. Kemampuanmu sudah tidak Ayah ragukan. Semua pekerjaanmu selama ini tanpa cela. Hanya saja, Ayah juga memiliki sebuah permintaan.”

Mendengar hal itu, sontak Su Li berdoa dengan sungguh-sungguh di dalam hati. Meminta Tuhan tidak membuat sang Ayah mengucapkan permintaan seperti yang ia pikirkan saat ini.

“Kau bisa mendapatkan kekuasaan seperti yang kau inginkan. Jadilah pewaris, maka Ayah akan dengan sukarela menyerahkan semuanya padamu. Hanya saja, Ayah sudah menyatakan di surat wasiat, seorang pewaris Liang Tech haruslah sudah menikah.”

LINGERING GRUDGE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang