CHAPTER FORTY

21 9 0
                                    

Su Li membawa langkahnya ke dapur. Kerongkongannya sangat kering. Semalam ia terlalu banyak makan keripik saat menonton. Setelah meneguk segelas air dingin, akhirnya ia merasa lega. Maniknya tertumbuk pada sesuatu di atas meja makan. Sebuah tudung saji terlihat menutupi sesuatu.

[Aku ke kantor. Ada pekerjaan yang harus kami selesaikan. Jangan lupakan sarapanmu. Aku akan pulang sebelum makan siang.]

"Apakah tidak ada akhir pekan bagi divisi Pengembangan?" gumamnya saat melihat tulisan yang berada di sticky note kuning yang Ziang Wu tempel di tudung saji. Dua potong sandwich ham dengan segelas cokelat yang sudah dingin menjadi sarapannya pagi ini. Sepertinya suaminya itu berangkat pagi-pagi sekali. Masih pukul sembilan tetapi cokelat yang awalnya panas itu sudah dingin sepenuhnya.

Dua hari cuti yang Ziang Wu atur untuknya ditambah dengan akhir pekan, dimanfaatkan dengan baik oleh Su Li. Setelah bertahun-tahun, akhirnya ia bisa merasakan bagaimana hidup tanpa harus memikirkan target pekerjaan ataupun hal lain yang selalu memenuhi kepalanya. Ia dapat menghabiskan waktu seharian dengan menghabiskan waktu untuk menghabiskan serial yang sudah lama berada di waiting list untuk ia tonton.

Hari pertama ia habiskan dengan seharian berada di salon, awalnya ia hanya ingin memotong rambut, tetapi pertemuannya dengan Wei Fang dan aksi pura-pura keduanya membuat Su Li berakhir mencoba perawatan lain.

Wanita itu tersenyum tipis saat melihat kuku-kuku jari tangannya menjadi lebih cantik dari terakhir kali. Apakah rasa puas seperti ini yang membuat para kaum hawa rela menghabiskan waktu seharian di salon kecantikan? Su Li akui, semuanya worth it.

Pada hari kedua dan ketiga, ia hanya menghabiskan waktunya di rumah. Ziang Wu sampai mengomelinya karena tidak menyentuh makan siangnya sama sekali. Lagipula siapa yang akan mengingat makan siang disaat sedang seru-serunya menonton? Selama seharian itu ia berhasil menamatkan dua serial sekaligus. Walau di akhir episode, ia tertidur dan menemukan dirinya di dalam kamar keesokan harinya.

Setelah sarapan, Su Li memeriksa ponselnya. Nona Lin benar-benar mematuhi Ziang Wu untuk tidak mengganggunya. Karena tidak mendapatkan sesuatu yang penting untuk dikerjakan, setelah membersihkan diri Su Li menuju basecamp favoritnya sejak dua hari yang lalu. Ia menutup tirai yang ada di ruang keluarga, membiarkan ruangannya temaram, sebelum ia menyalakan televisi dan memilih serial favoritnya.

"Kau itu manusia. Bisa merasakan lelah, sakit, bahkan kecewa. Menangis dan beristirahat itu bukan perbuatan dosa yang harus dihindari. Menangis itu sesuatu yang manusiawi, tak perlu malu. Kau juga perlu sesekali meninggalkan apa yang membuatmu terbeban. Kita itu memiliki limit, Sayang. Jika terlalu memaksakan diri, kau bisa hancur. Beristirahat sejenak tidak membuatmu langsung gagal. Siapa tahu itu akan menjadi sumber kekuatanmu."

Su Li tersenyum kala mengingat ucapan Ziang Wu malam itu. Suaminya itu benar. Beristirahat tidak akan membuatnya gagal, bahkan ia merasa ada semangat baru dalam dirinya. Sebagai rasa terima kasih, ia berjanji akan memanfaatkan waktu liburnya dengan sepenuh hati.

***

"Selamat pagi, Nyonya Su," sapa Nona Lin ketika Su Li sampai di kantor. Melihat senyum lebar sang Atasan mambuat Nona Lin yakin, bahwa Su Li tidak mempermasalahkan libur dadakan yang Ziang Wu atur untuknya.

"Selamat pagi, Nona Lin. Bagaimana dengan jadwalku hari ini?"

Nona Lin kemudian mengekori Su Li sambil memberitahukan beberapa agenda yang harus diselesaikan hari ini. "Selain itu Nyonya tidak ada agenda lain di luar, hanya saja banyak hal yang harus segera Nyonya selesaikan," ucap Nona Lin sambil melirik tumpukan berkas di atas meja kerja Su Li.

Su Li hanya tersenyum tipis, mimpi buruk dari liburan adalah tumpukan pekerjaan. Melihat tumpukan map hitam itu, menyadarkan Su Li bahwa hari-hari menyenangkannya telah usai.

LINGERING GRUDGE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang