CHAPTER TWENTY EIGHT

17 9 0
                                    

Deru pembersih udara di pojok ruangan membuat Ziang Wu terbangun dari tidurnya. Entah pukul berapa ia terlelap. Lehernya terasa kaku karena tertidur dalam posisi yang tidak pas. Langit yang masih terlihat gelap di balik tirai yang sedikit tersibak membuat Ziang Wu melihat jam tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi. Kemudian ia menyadari bahwa posisi tidur Su Li telah berubah. Istrinya ternyata tidur menghadap dirinya. Sebuah lengkung senyum terbit di bibir pemuda itu. Ziang Wu kemudian bangkit untuk memperbaiki posisi tidur Su Li dan juga selimut yang melorot. 

“Ziang Wu.”

Seruan lirih dari Su Li membuat Ziang Wu menepuk-nepuk pelan pundak Su Li. “Tidak apa-apa, aku di sini. Tidurlah lagi,” bisiknya yang membuat Su Li kembali terlelap. Setelah memastikan Su Li kembali terlelap, Ziang Wu kemudian beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci muka. 

Tak lupa ia mengecek ponselnya, ternyata Huo Yan tidak ada menghubungi. Rekan satu timnya itu memegang teguh janjinya untuk tidak mengganggu. Pesan yang ia kirimkan kepada Ayah mertuanya juga belum mendapat balasan. Ziang Wu yakin, bahwa Ayah mertuanya sedang dalam penerbangan kembali ke Tiongkok. 

Ia kemudian kembali menghampiri ranjang Su Li. Menatap tanpa merasa bosan wajah ayu yang sedikit demi sedikit kembali ronanya seperti sedia kala. Rasa kantuk kembali menyerangnya. Sepertinya setelah insomnia selama beberapa hari, akhirnya ia bisa tertidur lagi.

***

 “Setidaknya kau harus beristirahat total selama tiga hari.”

Su Li yang sedang sarapan itu hanya bisa memelototkan matanya tidak terima. “Aku sudah baik-baik saja, Ayah,” ucapnya tidak terima setelah menelan makanannya. Kemudian dengan raut yang memelas ia menatap Ziang Wu yang sedang menyuapinya. Namun suaminya itu tidak banyak membantu. Ziang Wu hanya mengedikkan bahu dan kembali menyuapkan makanan ke arah Su Li tetapi wanita itu menolak dan merebut mangkuk makanannya. 

“Aku bisa makan sendiri,” ucapnya ketus. Kemudian mengabaikan keberadaan dua orang pria di kamarnya. Su Liang dan Ziang Wu hanya tersenyum kecil melihat Su Li yang kesal. 

Setelah sarapan, Su Li mencari ponselnya. Ziang Wu maupun Su Liang masih betah berada di kamarnya sambil bermain catur. Apakah dua orang itu mendadak menjadi pengangguran? Su Li berpikir keras mencari topik pembicaraan agar dua pria itu bisa pulang atau kembali ke kantor. 

“Ayah, bukankah kau sedang berada di Shanghai kemarin? Bagaimana proyek disana?” 

“Proyeknya dilanjutkan oleh Ziang Chen. Jadi Ayah bisa fokus mengurusmu,” jawab Su Liang tanpa mengalihkan pandangannya dari papan catur. Su Li menghela napas panjang, pantas saja ia tidak melihat keberadaan Ayah mertuanya. Walaupun diam-diam Su Li berterima kasih sebab sang Ayah sudah mengurangi satu pria paruh baya lain yang menjaganya. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana jika mereka bertiga berada disini. Dua orang saja cukup membuatnya pening.

“Ziang Wu, apakah kau tidak perlu ke kantor?” Su Li berdoa di dalam hati agar Ziang Wu mengatakan ada pekerjaannya yang belum selesai. 

“Tidak. Huo Yan sudah menyelesaikan semuanya untukku.” 

Su Li tidak percaya ini. Mengapa keduanya begitu posesif ingin menjaganya? Bahkan Nona Lin tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali sejak dirinya sadar. Ia kemudian mengerang frustasi. Membuat kedua pria itu menatapnya. 

“Ada yang kau butuhkan?” tanya Ziang Wu. 

“Tidak ada,” ucap Su Li ketus kemudian menenggelamkan diri dibalik selimut.

***

“Akhirnya. Finally, I’m home.”

Senyum tipis terukir dari bibir Ziang Wu yang melihat bagaimana senangnya Su Li kembali ke rumah. Ya, ke rumah mereka. Walau tidak terlalu kentara, Ziang Wu dapat merasakan bahwa sikap Su Li sudah lebih baik padanya. Wanita itu tidak lagi berusaha mendorongnya untuk menjauh. Su Li sudah belajar menerima segala jenis perhatiannya. 

LINGERING GRUDGE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang