Setelah perbincangan panjang malam itu, Ziang Wu mengira bahwa hubungan mereka akan membaik. Namun ternyata ia salah. Tidak ada perubahan yang berarti baginya dan Su Li. Wanita itu masih saja menarik batas di antara mereka. Bahkan batas itu terasa lebih nyata. Ternyata Su Li memang serius untuk tidak menggubris sama sekali pernyataan cintanya malam itu. Mereka masih jarang berbicara dengan benar. Selain karena kesibukan masing-masing, Ziang Wu merasa bahwa Su Li menghindarinya.
“Kau bertengkar dengan istrimu?”
Ziang Wu mengabaikan Huo Yan. Ia masih mencoba fokus dengan kwetiau goreng yang ia pilih sebagai makan siangnya. Sesekali ia melirik ponsel yang ia letakkan di sebelah piring. Benda elektronik itu tetap bergeming. Pesan yang ia kirimkan sebelum jam makan siang tadi tidak mendapat balasan. Bahkan ikon centang itu tidak berubah menjadi dua. Apakah ia sesibuk itu? pikirnya.
Pemuda itu kemudian mengambil ponselnya, menggulir bagian kontak dan menimbang-nimbang sejenak sebelum jari panjang itu menari di atas keypad.
[Ziang Wu 13.15: Nona Lin, apakah Su Li sudah makan siang?]
[Lin Shu 13.16: Sudah, Tuan.]
Ziang Wu melepaskan ponselnya, setidaknya Su Li tidak mengabaikan makan siangnya. Huo Yan tersenyum tipis melihat Ziang Wu yang uring-uringan. “Ternyata puncak himalaya bisa mencair juga,” selorohnya yang mendapatkan hadiah tatapan tajam dari Ziang Wu.
“Aku serius. Awalnya aku berpikir bahwa dirimu itu tidak normal karena selalu menolak setiap gadis yang mendekatimu. Tidak disangka standarmu sangat tinggi,” lanjut Huo Yan. Pertama kali mengenal sosok pemuda di hadapannya saat ini, Huo Yan mendapatkan kesan bahwa lelaki ini tidak tersentuh. Tidak hanya satu dua orang yang mendekatinya tetapi pemuda itu bergeming.
Ia yakin jika Ziang Wu tidak menikah dengan Su Li, meja mereka saat ini pasti dipenuhi oleh fans dari pemuda berkacamata itu. Wajar saja jika gadis-gadis yang mengejarnya selama ini ia tolak, istrinya sangatlah spektakuler. Siapa yang bisa mengalahkan Su Li? Tidak hanya tertolong karena latar belakang sang Ayah, tetapi kepribadian, kecerdasan, kemampuan bahkan penampilannya tidak tertandingi. Pemuda Ziang itu tidak hanya pintar mengolah kode program tetapi juga sangat pintar memilih pendamping hidup.
“Jika pesanmu tidak dibalas, temui saja.”
Celetukkan Huo Yan membuat Ziang Wu menatapnya meminta penjelasan. “Kau dari tadi melirik ponselmu yang sama sekali tidak berbunyi. Itu sudah jelas mengindikasikan bahwa kau sedang menunggu pesan dari seseorang.”
Ziang Wu mengembuskan napas panjang. “Apakah semua wanita akan mengabaikan semua hal kalau sedang kesal?”
Huo Yan melambaikan telunjuknya tidak setuju. “Tidak semua hal. Tetapi hanya kepada sumber kekesalannya.” Pemuda itu semakin tertarik, Ziang Wu sepertinya benar-benar membutuhkan sarannya. Ia kemudian meminta Ziang Wu untuk lebih mendekat padanya. Dengan enggan Ziang Wu mendekatkan diri. “Apakah kau diabaikan oleh Nona Su?” tanya Huo Yan dengan berbisik.
Merasa bahwa tidak seharusnya ia mendengarkan omong kosong dari rekan setimnya tersebut, Ziang Wu bermaksud beranjak. Namun pergerakannya terhenti karena Huo Yan dengan sigap menahan lengannya.
“Dengarkan aku,” ucap pemuda itu. Ziang Wu kemudian mengalah dan kembali duduk. “Hadiah. Kau bisa memberikan hadiah sebagai permintaan maaf. Wanita sangat menyukai hadiah, kau harus paham itu. Bahkan pujian kecil pun dapat mempengaruhi mood mereka seharian.”
Ziang Wu hanya menatap Huo Yan dengan pandangan yang tak terartikan.
“Terlepas kita melakukan kesalahan atau tidak, lelaki itu harus berani meminta maaf, Bro. Jadi, kau bisa menyiapkan makan malam yang romantis sebagai permintaan maaf. Berikan dia sekeranjang besar bunga mawar. Wanita tidak akan menolaknya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
LINGERING GRUDGE (END)
Gizem / Gerilim[MISTERY-ADULT ROMANCE] Su Li menerima sebuah paket misterius yang ternyata berisi informasi jika ibunya meninggal karena dibunuh. Su Li memutuskan resign dan kembali ke Tiongkok untuk mengungkap misteri itu. Sesampainya di sana, Su Li malah dipaksa...