CHAPTER TWELVE

31 16 7
                                    

Kuncup-kuncup magnolia mulai menampakkan diri. Beberapa ranting yang semula gundul juga mulai menumbuhkan pucuk-pucuk kehijauan. Pegawai minimarket sedang menempelkan kaligrafi dan juga lukisan musim semi kala seorang gadis membuat bel kecil di atas pintu kaca itu bergemerincing.

Destinasi pertamanya adalah deretan mie instan yang tersusun rapi, setelah menimbang cukup lama pilihannya jatuh kepada luosifen, semenjak berada di London, ia sangat ingin mencicipi sajian mie beras atau bihun berbahan dasar siput tersebut. Jika dalam penyajian sebenarnya, bihun direndam dalam kaldu pedas, lalu diberi taburan rebung, buncis, lobak, kacang tanah, dan kulit tahu, tetapi ia cukup puas dengan keberadaan luosifen dalam bentuk instan. Su Li berharap rasanya tidak akan beda jauh dari cita rasa yang berada di ingatannya. Walaupun beraroma yang khas, rasanya sangatlah enak. Dulu setiap kali sang Ibunda menjemput dirinya setiap sepulang sekolah, mereka pasti akan mampir di kedai ujung gang.  Menghabiskan satu mangkuk sebelum pulang ke rumah. Mengingat hal tersebut membuat sudut matanya berair.

Selain dua bungkus luosifen, Su Li juga memasukkan dua cup mie instan pedas. Kemudian ia berpindah untuk mengambil sosis dan juga tak lupa sekaleng bir. Alunan First Love  dari Utada Hikaru menemani sesi belanjanya siang ini. You are always gonna be my love, itsuka darekatomata koiniochitemo, i’ll remember to love ..” senandungnya lirih mengikuti suara merdu penyanyi asal negeri matahari terbit tersebut.

Dua bungkus besar snack, dua batang coklat dan seember besar es krim coklat juga berhasil berpindah ke dalam keranjang kuning yang gadis itu jinjing. Sesi belanjanya berakhir bertepatan dengan menggemanya Give Me Five! yang dibawakan oleh grup idol kawakan SNH48 di minimarket tersebut.

Hari liburnya tidak pernah sesantai ini, jadi ia memanfaatkannya dengan baik. Semenjak pindah, Su Li sama sekali tidak pernah berjalan santai di lingkungan apartemennya. Sambil mengunyah sosis dan tangan kanan mengapit reusable bag warna hijau Su Li berjalan santai kembali ke apartemennya. Melewati beberapa penjual street food  membuat dirinya tergugah untuk mampir. Musim sudah berganti menjadi musim semi, artinya akan banyak yang menjual panekuk musim semi, lumpia, bahkan layang-layang.

Tampilan panekuk hangat yang mengepulkan asap tipis itu berhasil menghipnotis Su Li untuk membawa pulang beberapa. Bahkan bibi penjual memberikannya bonus dua potong lumpia sebagai perayan hari pertama musim semi. Beberapa anak-anak terlihat sedang menerbangkan layangan di taman depan kompleks apartemennya. Bagi orang Tionghoa, musim semi merupakan musim terbaik untuk menerbangkan layangan. Tidak sekedar sarana bermain, mereka juga percaya bahwa bermain layangan dapat membangun kesehatan seseorang dan menjauhkan diri dari penyakit.

Su Li memutuskan untuk berhenti di taman. Menyamankan bokongnya di salah satu kursi yang menghadap playground yang dipenuhi oleh anak-anak. Sebuah pohon plum di pojok taman menarik atensinya, beberapa dahan sudah mulai menampilkan bunga-bunga kecil berwarna merah jambu. Seorang anak menghampiri ketika sebuah bola membentur lembut kaki kirinya. Ia berjongkok dan memberikan bola tersebut.

Xièxiè piàoliang jiějiě (Terima kasih, kakak cantik).”

Ucapan bocah kecil dengan gigi ompong itu berhasil menerbitkan senyum gemas Su Li. Sejak kecil sudah pintar berkata-kata. Bocah lelaki itu kemudian kembali bergabung bersama segerombolan anak-anak yang lain. Tawa lepas yang menggema membuatnya sedikit iri.

Pikirannya kembali melanglang buana. Ia hampir frustasi, ternyata mencari suami sewaan tidaklah semudah yang ia pikirkan. Belum lagi desakan dari sang Ayah membuatnya hampir tidak ada waktu untuk beristirahat. Su Li sedikit menyesal sudah mengatakan hal konyol malam itu kepada Ayahnya. Segala macam penawaran sudah ia tawarkan tetapi penolakan dari sang Ayah mematahkan semuanya. Ia bisa menjanjikan apapun selain menikah, tetapi sayangnya Ayahnya tidak tertarik dengan semua itu. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya. Mengetikkan beberapa kalimat di sebuah forum online, berharap ada beberapa saran yang bisa membantunya mendapatkan suami sewaan.

LINGERING GRUDGE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang