CHAPTER NINETEEN

38 16 10
                                    

“Jadi bagaimana kesanmu setelah menjadi Tuan muda?”

Ziang Wu rasanya ingin menyumbat mulut besar Huo Yan dengan tetikus yang berada di genggamannya. Sejak pagi ia seperti ditempeli lintah yang tidak mau lepas walau sudah dipisahkan dengan berbagai cara. “Apakah kau banyak memiliki waktu luang? Mengapa kau tidak mengecek perhitunganmu?” ucap Ziang Wu yang masih mencoba fokus dengan layar komputer di depannya. Jemari panjangnya dengan gesit menari diatas keyboard hitamnya. Layar komputer menampilkan deret angka yang bergulir dengan cepat seirama dengan kecepatan jari pemuda itu saat menekan tombol.  Melihat Ziang Wu yang sedang serius membuat nyali Huo Yan menciut.

Program yang baru mereka kembangkan mengalami sedikit masalah perihal bug. Ziang Wu sedang mengatur beberapa kode yang bisa menjalankan debugging atau yang bisa disebut sebagai pembersihan. Sejak pagi ia sudah berkutat dengan beragam kode yang dapat menemukan atau menghapus error pada program yang sedang timnya kembangkan. Kepalanya sudah hampir pecah karena belum menemukan apa akar masalah sebenarnya. Bug itu selalu muncul setiap mereka melakukan uji coba.

“Bagaimana dengan program yang sudah kita serahkan ke divisi Quality Assurance Engineer? Apakah kita sudah mendapatkan feedback?” tanyanya ketika selesai menekan tombol enter dan membiarkan programnya berjalan.

“Saya belum mendapatkan laporannya, Ketua Tim,” ucap Shu Liam, anggota tim termuda sekaligus yang menjadi anggota tim wanita satu-satunya di divisi pemrograman.

Ziang Wu mengangguk mengerti, dibandingkan dengan divisi Pemrograman yang bertugas merancang sistem database, membuat dan memperbarui dokumentasi database, memodifikasi dan mendokumentasikan kode program untuk perbaikan kesalahan, dan tugas-tugas lainnya,  divisi Quality Assurance Engineer memiliki tanggung jawab yang  besar sebagai penentu dan menetapkan persyaratan untuk membuat atau mengembangkan produk tertentu agar memiliki kualitas yang baik.

Karena hal itu terkait dengan menjaga kredibilitas perusahaan, meningkatkan kepercayaan konsumen, meningkatkan proses kerja, dan membuat perusahaan mampu bersaing dengan kompetitor. Sehingga tahapan dan juga pertimbangan mereka membutuhkan waktu yang lama. Ia harus fokus dengan program yang ada di depannya saat ini. Kopi panas yang tadi ia beli sebelum naik, sudah berhenti mengepulkan asap tipis. Begitu juga dengan sandwich yang ia biarkan begitu saja tidak tersentuh.

“Segera sampaikan jika ada kabar dari mereka,” ucap Ziang Wu sebelum kembali fokus ke komputernya. Sudut matanya melihat lampu notifikasi ponsel yang ia letakkan di atas meja menyala tapi ia abaikan, karena biasanya ia hanya menerima pesan spam yang menawarkan beberapa diskon menjelang festival seperti saat ini. Tak berapa lama kemudian sebuah panggilan masuk yang membuatnya terkejut. Dengan segera ia bergegas menuju tangga darurat.

“Ada apa?” tanyanya setelah mengangkat panggilan tersebut. Degup jantungnya berpacu. Ini adalah kali pertama mereka saling berbicara setelah malam itu. Ziang Wu berusaha menjaga intonasi suaranya tetap stabil. Sebuah embusan napas panjang terdengar di seberang. Su Li masih diam membuat Ziang Wu menjadi semakin gelisah.

“Apa kau mengalami kesulitan?” tanyanya lagi. Selama beberapa hari mereka memang tidak pernah bertemu. Tetapi ia tahu Su Li selalu pulang dan menghabiskan makan malam yang selalu ia siapkan. Jika beruntung, ia akan menemukan sarapan di atas meja keesokan harinya. Komunikasi mereka hanya sebatas chat yang didominasi pemberitahuan keterlambatan pulang dari Istrinya tersebut. Ziang Wu merasa semakin hari mereka semakin menjauh.

“Aku akan pergi ke Guangzhou siang ini. Sekarang sudah berada di bandara. Aku akan kembali dalam tiga hari.” Suara pemberitahuan keberangkatan terdengar. “Aku hanya ingin menyampaikan hal itu.” Su Li kemudian menutup sepihak panggilannya. Ia tidak memberikan sama sekali kesempatan bagi Ziang Wu untuk merespon. Ada setitik kekecewaan kembali hadir di dada. Ziang Wu berusaha mengontrol emosinya. Pemuda  itu memilih untuk mendudukkan diri di undakan tangga. Ia tahu sudah berharap banyak. Dirinya juga tidak mengerti, sejak kapan ia mulai bergantung dengan Su Li. Sebenarnya ia tahu, bahwa tidak boleh sama sekali melibatkan perasaan dalam hubungan mereka. 

LINGERING GRUDGE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang