CHAPTER THIRTEEN

14 6 0
                                    

“Paman Liu!”

Pria paruh baya itu berhenti. Maniknya membulat saat ia melihat Su Li mendekat. Kemudian ia berbalik arah berusaha untuk menghindar. Namun belum sempat ia menghindar jauh, langkahnya terhenti tepat saat Su Li berhasil menahan jaketnya.

“Apa yang kau inginkan!?” hardik Liu Yan dan menarik kasar jaket yang ia kenakan. “Aku tidak ada hubungan apapun dengan kematian ibumu.” Manik itu menatap Su Li nanar. Mendengar penuturan Liu Yan, membuat Su Li terkejut. Pasalnya ia belum ada mengatakan apapun. “Kematian wanita itu tidak ada hubungannya denganku. Aku hanya melakukannya sesuai perintah.” Tatapan nanar itu berubah menjadi ketakutan. Wajah yang penuh keriput itu kemudian dipenuhi dengan kabut penyesalan. “Aku tidak membunuhnya, Nona Su,” ucapnya dengan suara yang bergetar. 

 Ziang Wu yang menghampiri mereka bingung dengan apa yang sedang terjadi. Belum lagi saat melihat ekspresi Su Li yang terlihat syok. Pria paruh baya yang berada di depan istrinya sedang terisak.

“Tuan Liu, boleh kami meminta waktu anda sebentar?” tanya Ziang Wu sambil menggenggam tangan Su Li yang hanya terdiam, berusaha untuk mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi. Liu Yan mengangguk samar saat Ziang Wu menatapnya lagi.

“Kau tidak apa-apa?” bisik Ziang Wu saat melihat Su Li yang masih bergeming kendati wanita itu tetap berjalan di sampingnya. “Kita bisa melanjutkannya besok,” ucapnya lagi. Ia khawatir dengan kondisi emosi Su Li yang terombang-ambing sejak tadi. Gelengan Su Li membuat Ziang Wu merangkul pundak ringkih itu.

Ziang Wu membawa ketiganya menuju sebuah kafe yang tidak jauh dari areal pemakaman. Sebuah coffee shop  yang bergaya industrial menjadi pilihannya. Bangunan yang dibuat sengaja seperti tumpukan-tumpukan kontainer raksasa itu memiliki beberapa ruangan yang disekat menggunakan partisi dan juga kaca bening. Sengaja ia memilih ruangan yang terkesan privat agar obrolan mereka bisa lebih leluasa.

“Jadi bisa anda jelaskan pada kami apa maksud dari perkataan anda dengan Su Li tadi, Tuan Liu?”

Walaupun samar, Ziang Wu dapat mendengar bentakan Liu Yan pada Su Li. Bahkan ia dapat melihat dengan jelas bagaimana pria yang sedang mempermainkan jarinya dengan gusar itu mencoba kabur jika saja tidak Su Li menahannya.

“Aku tidak membunuhnya,” ucapnya lirih tetapi masih dapat Ziang Wu dengar dengan jelas. Pria paruh baya itu sama sekali tidak menatapnya maupun Su Li. Pandangannya terpaku pada meja kayu berpelitur cokelat yang berada di antara mereka.

“Aku sudah mendengar itu berkali-kali. Bisakah kau memperjelas apa maksud dari ucapanmu!?”

Ziang Wu menahan Su Li yang hendak bangkit berdiri. Ia dapat melihat dengan jelas bagaimana Su Li yang mengepalkan kedua tangannya, bahkan wajah wanita itu merah padam memendam amarah. Dengan susah payah Ziang Wu menenangkan Su Li, menggenggam salah satu tangannya, dan mengelus lembut pundak yang terbalut blouse satin tersebut.

“Tenangkan dirimu. Beri waktu Tuan Liu untuk menjelaskan,” ucap Ziang Wu dengan lembut. Afeksi yang Ziang Wu berikan berhasil meredam sebagian amarah Su Li, walau wanita itu masih menatap Liu Yan dengan tatapan dingin.

“Saya harap anda dapat mengerti mengapa Su Li bereaksi seperti itu. sebelumnya kami tidak ada menyinggung apapun perihal pembunuhan Nyonya Su terdahulu. Jadi, Tuan Liu, kami harap anda bisa membantu kami. Ceritakan apa saja yang kau ketahui.”

Dengan tangan yang gemetar, Liu Yan mengambil gelas air putih di atas meja dan meneguknya hingga tandas. Rasa takutnya kembali mencuat keluar. Pikirannya melayang menuju keluarganya, apa yang akan terjadi jika ia sampai masuk penjara. Cukup selama dua tahun ini saja ia hidup dalam pelarian. Ia kembali teringat dengan ucapan Su Liang. “Terlalu banyak mengetahui apa yang sebenarnya tidak perlu itu bisa merugikanmu.” Dalam hati ia merutuk mengapa harus ke pemakaman itu hari ini. Jika saja ia tidak pergi, maka persembunyiannya tidak akan terbongkar.

LINGERING GRUDGE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang