CHAPTER FORTY TWO

12 7 0
                                    

Su Li meremas foto yang menampilkan Ziang Chen dan Wu Xia yang sedang bercumbu di dalam sebuah mobil. Dari sekian banyak kemungkinan yang terjadi, ia sama sekali tidak menyangka bahwa di antara Ziang Chen dan juga Wu Xia terjalin sebuah hubungan yang begitu menjijikan. Su Li jadi mengingat beberapa kali Ziang Chen terlihat aneh dan seperti menyembunyikan sesuatu dari dirinya dan Ziang Wu.

Ia memang menyadari jika Ziang Chen memiliki kekasih, hanya saja ia tidak menyangka jika kekasih dari Ayah mertuanya itu adalah Wu Xia. Amarah dan juga kecewa membumbung memenuhi dadanya hingga terasa sesak. Tiba-tiba ia teringat sang Ayah, bagaimana perasaannya jika mengetahui bahwa dua orang terdekatnya menusuk dirinya dari belakang?

Dengan tangan yang gemetar, Su Li memberanikan diri memeriksa isi diska lepas yang dikirim bersama dengan dua lembar foto laknat tersebut. Ternyata diska lepas tersebut adalah sebuah video dan sebuah rekaman suara. Perlahan Su Li menggeser kursornya untuk membuka video yang merupakan rekaman black box mobil tersebut.

[“Bagaimana? Kau sudah mendapatkan cara untuk menyingkirkan wanita itu?” Ziang Chen yang baru saja memasuki mobil itu tampak melonggarkan ikatan dasinya. Wu Xia menyerahkan botol air mineral yang isinya kemudian diminum Ziang Chen sampai tandas.

“Kau tidak perlu khawatir, Sayang. Aku sudah merencanakannya dengan benar. Setelah satu pukulan terakhir ini, wanita itu pasti akan mati.”

Wu Xia tersenyum puas mendengar jawaban dari Ziang Chen. “Terima kasih karena sudah mau membantuku,” ucap wanita itu.

Ziang Chen menggeleng. “Kita memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menghancurkan Su Liang. Aku muak melihatnya bisa tertawa bahagia di atas penderitaan kita.”

Ziang Chen terlihat menatap lurus dengan tatapan sendu. Wu Xia membelai pipi pria paruh baya itu. “Tenang saja, bibi Lim juga selalu melakukan tugasnya dengan baik. Sebentar lagi pertarungan ini akan kita menangkan.” Wanita itu kemudian bergerak menuju pangkuan Ziang Chen. Menatap seduktif sambil membuka kancing kemeja pria itu satu persatu.

“Kita hentikan pembicaraan membosankan ini. Aku merindukanmu,” ucapnya sebelum menyatukan bibir mereka.]

Su Li menekan tombol stop, tidak sanggup untuk melanjutkan. Air matanya pecah. Ia menatap layar komputer dengan nanar. Bahkan ia tidak sanggup mendengarkan rekaman audio yang juga terdapat di dalam diska lepas tersebut. Karena ia yakin, isinya merupakan rencana-rencana jahat mereka. Kabut kebencian menyelimuti dirinya. Ziang Chen dan Bibi Lim, ia tidak menyangka bahwa kedua orang yang sangat ia kasihi dan juga percaya tega menusuknya dari belakang seperti ini.

Ponsel di atas meja bergetar, membuat Su Li mengalihkan pandangannya dari layar komputer. Nama Ziang Wu yang muncul sebagai pemanggil, membuat dadanya seperti diremas. Su Li tidak berani untuk menjawab panggilan itu. Ia tidak memiliki nyali untuk berhadapan dengan Ziang Wu sekarang. Su Li hanya mampu menatap ponsel itu dalam diam sampai akhirnya getaran ponsel itu berhenti.     

Wanita itu memeluk kedua kaki yang ia naikkan ke atas kursi. “Apa yang harus aku lakukan, Ziang Wu?” gumamnya.

***

“Ada apa? Istrimu tidak mengangkat panggilanmu?”

Huo Yan menatap Ziang Wu yang terlihat sedikit kecewa. “Mungkin saja istrimu sudah tidur. Sekarang di Beijing sudah pukul sepuluh malam.”

Ziang Wu sebenarnya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Huo Yan. Su Li bukan tipikal orang yang tidur tepat waktu. Setidaknya ia akan tidur di atas pukul sebelas malam. Ada sedikit rasa yang tidak nyaman mengusiknya.

“Sudahlah, Bung. Besok kita sudah pulang, jadi kau bisa bertemu dengan istrimu.”

Ziang Wu mengangguk.  Konferensi yang ia hadiri, selesai hari ini yang ditutup dengan jalan-jalan keliling kota Hamburg. Selain karena merindukannya, Ziang Wu ingin memperlihatkan keindahan dari kota Hamburg kepada Su Li. Istrinya itu bilang, jika salah satu kota impiannya adalah kota di benua Eropa tersebut.

LINGERING GRUDGE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang