Walau panas begitu terik di siang hari ini, tapi senyum manis milik Chika tak luntur sedikitpun, ia tak mengeluh akan panas yang menerpanya.
"Chik, lo yang bener aja, panas banget ini." Ujar Olla yang mulai lelah berdiri di bawah sinar matahari.
"Ck, diem dulu kek, gak liat apa gue lagi nonton ayang gue?"
"Ayang pala lo peyang, panas anjir, liat noh kulit putihnya indah mulai ngeblur,"
"Ah bacot, udah sana deh kalo mau pada balik duluan, gue di sini aja sendiri,"
"Dari tadi kek lo, ah elah. Ayo Ndah kita cabut," Indah segera mengekori Olla yang lebih dulu melangkahkan kaki meninggalkan lapangan itu. Sedangkan Chika tetap pada posisinya memperhatikan Ashel yang sedang sibuk latihan.
_
Dari kejauhan Adel bisa melihat keberadaan Chika yang sedari tadi asik berdiri di tepi lapangan.
"Pantesan anjir gue ditimpuk, naksir Ashel juga ternyata." Gumamnya.
"Tapi Kak Chika agak stress, ya? Masa nontonnya pas di tempat panas gitu," Kata Zee.
Adel mengangguk setuju, "cantik-cantik otaknya secuil."
"Dih, kaya lo gak tolol aja,"
Adel menepak lengan Zee pelan, "seenggaknya otak gue masih berfungsi. Nih liat minimal gue beliin Ashel minum, lah dia? Cengengesan doang di pinggir lapangan kaya orang gila."
Zee tertawa pelan, benar yang dikatakan Adel. Kakak kelasnya itu terlihat begitu bodoh sekarang, walaupun tak mengurangi sedikitpun kecantikannya, sih...
Adel melangkahkan kakinya setelah berpamitan pada Zee untuk menghampiri Ashel.
Ashel tampak melambaikan tangannya ke atas sambil tersenyum manis, membuat Chika penasaran kepada siapa Ashel melambaikan tangannya.
Saat menoleh ia langsung melihat seorang gadis berperawakan tinggi berjalan ke arah Ashel, dan sebuah minuman isotonik favorit Ashel.
"Anjir, gue lupa beli minum buat Ashel," Gerutu Chika dalam hati.
Adel menyerahkan minuman yang tadi dibelinya pada Ashel, "nih buat kamu, diminum, ya?"
Ashel menerimanya, lalu memamerkan deretan giginya yang rapih itu pada Adel, "makasih, ya, Del," Adel mengangguk.
"Kamu masih lama gak? Kita jadi pulang bareng, kan?" Tanya Adel.
"Aku udah beres kok, yuk pulang," Jawabnya.
"Oh ya udah, sini tas kamu aku bawain."
"Gak usah, baju ganti aku ada di tas, kamu tunggu di parkiran aja sana."
Tak ingin menyangkal, Adel segera melangkahkan kakinya menuju motornya di parkiran. Sembari berjalan matanya melirik ke arah Chika seolah mengejeknya yang lagi-lagi kalah start.
Chika yang melihat itu tentu merasa kesal, "anjir, gue udah kepanasan gini tetep aja kalah," Pikirnya.
"Bucin boleh, tapi bego mah jangan lah," Teriak Adel dan segera berlari meninggalkan Chika yang wajahnya sudah merah menahan amarahnya.
"Bocah monyet!"
_
Chika pada akhirnya hanya bisa menyusul Olla dan Indah yang sudah lebih dulu sampai di café, tentu wajah kesalnya tetap ditampakkan, tak sedikitpun berniat mengubahnya.
"Kenapa tuh muka, lo? Abis ribut, lo?" Tanya Olla penasaran.
Chika tak berniat menjawab, justru merebut minuman Olla dan meneguknya sesuka hati.
"Lah? Minus etika nih bocah,"
Indah hanya mengelus pelan pundak Olla, "udah biarin, keburu meledak nanti dia kalo gak minum."
"Si Adel-Adel itu emang kurang ajar, ya? Masa dia berani ngajak Ashel pupang bareng, gila gak, sih?" Ujar Chika. Olla dan Indah hanya menatap bingung pada Chika.
"Emang salahnya dimana?" Tanya Indah yang diangguki Olla.
"Ya salah lah, harusnya kan itu peran gue,"
"Dih lo nya aja cupu, boro-boro ngajak balik, baru ngobrol dikit aja gemeter badan lo." Celetuk Olla.
"Ya itu namanya gue emang naksir berat, gue tuh tulus parah ini,"
"Iya, sinonimnya itu ya cupu,"
Beruntung di sana tak ada aksi jambak-menjambak antara Chika dan Olla, berterimakasihlah pada Indah sebagai penengah mereka.
_
Sedangkan di sisi lain Adel baru saja sampai di depan gerbang kediaman milik Ashel.
"Mampir dulu, yuk?" Tawar Ashel.
Kalau boleh jujur Adel sih mau banget, tapi Adel malu. Apalagi ia merasa penampilannya sekarang kurang rapih.
"Lain kali deh, Shel. Aku lagi kucel banget nih," Jawab Adel.
"Dih biarin aja kali, lagian apanya sih yang kucel? Cakep tau."
Adel memegang dada sebelah kirinya dengan dramatis, "aduh jantung gue!"
Ashel memukul pelan lengan Adel, "ish, baru juga dipuji dikit,"
Adel hanya terkekeh pelan, "ya udah, aku pamit, ya?" Ashel mengangguk.
"Hati-hati ya, Del." Ujarnya.
Adel segera mengendarai kendaraan beroda dua itu meninggalkan kediaman Ashel.
Sekarang ini Adel berencana untuk menyusul Zee yang sudah lebih dulu sampai di café, hari ini mereka sudah berjanji untuk mengerjakan tugas bersama.
Tak butuh waktu begitu lama, kini Adel sudah menginjakkan kakinya di sana, dan dapat dengen jelas melihat Zee di ujung ruangan. Tapi aneh, kenapa Zee malah bersama tiga kakak kelasnya itu? Dan kalian tak perlu menebak, kalian pasti tahu kalau itu Chika, Olla, dan Indah.
Zee dengan mudah menyadari keberadaan temannya di sana, ia segera melambaikan tangannya ke arah Adel, "Del, sini, Del!"
Adel tak punya pilihan lain, ia terpaksa menghampiri meja di ujung ruangan itu.
Ia langsung mendudukkan dirinya di samping Zee, "kenapa ramean gini anjir?" Bisiknya.
"Gak sengaja ketemu, terus Kak Olla ngajak gabung,"
"Terus lo mau?" Zee mengangguk membenarkan.
Ingin rasanya Adel menghajar Zee saat ini juga, tapi ia masih punya rasa malu, tak mungkin ia membuat keributan di tempat ramai seperti ini.
"Nih, Del, tadi lo udah dipesenin minum sama Zee," Ujar Olla sambil menyodorkan minuman di hadapannya.
"Oh iya thank you,"
Sesekali Adel melirik Chika yang sedari tadi begitu sunyi, wajahnya terlihat merah. Mungkin karena tadi berdiri di bawah terik matahari, ditambah lagi gagal menyapa Ashel tadi, pikirnya.
"Apa lo liat-liat?" Tanya Chika yang sadar Adel sedari tadi terus memandanginya.
Adel hanya menggeleng pelan, "gak sengaja ngelirik doang," Jawabnya.
"Jelas-jelas lo tadi ngeliatin gue,"
"Dih, pengen amat gue liatin," Gumamnya, tentu Chika dapat mendengar itu.
Dan Indah tak mau ada kejadian tak mengenakkan terjadi, segera ia merangkul Chika, "Chik, lo tau kan kita di tempat umum? Rame Chik, malu kalo lo ribut di sini," Bisiknya.
Olla dan Zee tak mau ikut andil, mereka justru menanti keributan itu terjadi. Adel sendiri masa bodo, tapi ia akan meladeni jika Chika benar-benar akan memulai keributan di sini.
Tapi tentu itu tak akan terjadi, ada Indah si pecinta damai di sana.
_
🌹__________________
Guys dah mam yum?
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally
FanfictionTentang dua orang remaja yang menyukai orang yang sama namun berakhir menyukai satu sama lain. "I accidentally likes You." Disclaimer. •Non-baku. •Harsh words. •GxG content. •100% fiksi. •Sama sekali tidak berhubungan dengan kehidupan nyata. MOHON U...