12; Pulang bareng

1.9K 290 42
                                    

Sesampainya di kelas Adel segera mendudukkan dirinya di samping Zee, "mana teh pucuk gue?" Tanya Zee.

"Nih," Adel menyerahkannya tanpa menoleh. Adel masih bingung, apa tujuan kakak kelasnya itu mengirimkan pesan tersebut.

"Ji, aneh banget masa."

"Apaan? Siapa?" Tanya Zee bingung.

"Chika. Ngapain ya dia ngirim chat begini?" Tanya Adel serayw menunjukkan room chatnya dengan Chika. Zee yang membaca itu justru tersenyum turut kebingungan, "lo udah sedeket apa sama Kak Chika? Kok bisa dia ngajak lo balik bareng?"

Adel tampak berpikir sejenak, lalu menggeleng pelan, "kaga ah, gak ada deket deketnya. Chat aja cuma pamer pameran doang. Noh lo baca deh."

"Iya sih..." Gumamnya setelah membaca pesan pesan di ponsel Adel. "Tapi ya udah Del, nanti lo balik bareng Kak Chika aja, gak masalah, kan?"

"Dih, masalah lah. Gue mau balik sama Ashel."

"Orang dia gak balik. Kan hari ini dia ekskul."

"Oh iya ya... Eh, tapi tetep aja, nanti kalo Ashel cemburu pas liat gue boncengin Chika, gimana?"

"Pede gila, kaya Ashel naksir lo aja."

Kalau saja bukan karena gurunya yang tiba-tiba datang, sudah Adel jambak teman sebangkunya ini.

_

Sekarang ini sudah masuk jam pulang sekolah, Adel dan Zee masih betul di dalam kelas, toh di rumah tak ada yang menyenangkan. Sepi, Adel tak suka. Dan sesuai yang dikatakan Zee, Ashel sekarang akan kumpul untuk ekskul. Ashel sudah berpamitan lebih dulu pada Adel, takut-takut Adel menunggunya pulang, hari ini Ashel akan pulang bersama Kathrin.

"Tuh kan Del, udah lo balik sama Kak Chika aja sana." Ucap Zee setelah Ashel pergi berpamitan.

"Ah gak mau, nanti kalo Ashel salah paham gimana? Gak, ogah gue."

"Del, sadar Del, hubungan lo sama Ashel cuma gini-gini doang, gak ada kemajuan. Siapa tau Ashel tuh emang baik aja, bukan naksir sama lo. Tapi, lo nya aja yang kepedean."

"Bacot."

"Eh tapi, Ji, si Chika jangan-jangan naksir sama gue? Masa tiba-tiba ngajak balik bareng. Menurut lo gimana?" Tanya Adel.

Zee mengangguk, "bener, Del. Bener lo kepedean." Adel yang semula akan ikut mengangguk jadi menoleh pada Zee yang malah meledeknya.

"Kurang ajar, lo."

Baru saja Adel akan melayangkan tangannya untuk menjambak Zee, namun namanya lebih dulu dipanggil dari arah pintu kelas.

"Adel. Ayo! Lo denger gak sih?"

Bukannya menjawab, Adel malah menoleh pada Zee. Meminta bantuan agar menyuruh Chika pulang sendiri. "Suruh balik, Ji." Bisiknya.

"Oh ini Si Adel mau, Kak. Bentar bentar, beresin tasnya dulu katanya."

Memang apa yang bisa diharapkan dari Zee? Pikir Adel. Adel menatap sinis pada Zee yang sama sekali tak berniat membantunya. Adel berdecak malas saat meninggalkan Zee di kelas, dasar  tak setia kawan.

Mau tak mau Adel menghampiri Chika yang entah sudah berapa lama di depan kelasnya. "Ngapain sih?" Tanyanya pada Chika.

"Nyamperin lo lah. Lo lama. Jadi, gue inisiatif buat nyamperin ke kelas lo."

Adel hanya menggelengkan kepalanya pelan, Adel pikir kalau Adel tak datang kelas Chika tadi, Chika akan pergi pulang duluan.

Sesampainya di area parkir, Adel dan Chika langsung menghampiri motor Adel yang selalu ia parkiran di ujung.

"Lo kenapa parkir di sini terus? Ini singgahsana lo kah? Kenapa gak ada motor lain yang nempatin tempat ini? Pasti lo palak ya?"

Adel menyentil pelan bibir Chika, "gak usah berlebihan. Ini tempat sisa, gue hampir tiap hari dateng telat, jadi ya di sini tempat gue sering parkir, karena tempat yang lain udah diisi." Chika mengangguk paham.

Adel kemudian mengeluarkan motornya dari parkiran, dan meminta Chika untuk menunggunya di depan gerbang.

"Ah gak mau. Gue nunggu di situ aja." Jawabnya.

"Bodo, terserah."

Chika lalu tersadar dengan motor yang terparkir di sebelah motor Adel, terdapat stiker yang sepertinya matching.

"Bukannya motor ini motornya Zee? Lucu juga kalian, pake stiker couple."

"Sembarangan. Ini stiker brand bokap gue, Zee dikasih gratis sama bokap. Terus dia ngikutin gue buat ditempel di motor juga. Buat promosi brand bokap katanya."

Chika lalu mengangguk paham, "ohh... Okay, okay."

"Udah ayo naik, lo bawel ya ternyata, pantes Olla capek sama lo."

"Mulutnya dijaga, ya. Jangan sampe gue cekokin gundu tuh mulut." Jawab Chika sambil tetap menaiki motor Adel.

Selama di perjalanan Chika maupun Adel tak ada yang mau membuka pembicaraan. Adel merasa malas untuk mengobrol dengan Chika, dan Chika pun sebaliknya. Chika sesekali bernyanyi sambil memukul helm yang digunakan Adel seperti menabuh kendang. Adel hanya bisa pasrah, tak mungkin juga ia harus melawan Chika sekarang, nyawa taruhannya.

"Woi bule batak! Lo ada otak, kan? Ngapain coba lo mukulin helm gue begitu? dikata gue gak pusing kali ya. Diem, atau gue turunin lo di sini?"

"Ck, galak amat sih. Tinggal ngomong baik-baik apa susahnya."

Adel menautkan kedua alisnya, bingung. Kenapa malah begini? Kenapa jadi seperti Adel yang salah? Pikirnya. Tapi mendengar jawaban Chika yang begitu, Adel jadi sedikit merasa bersalah.

Setelah sampai di kediaman Chika, Adel melihat Chika yang sepertinya marah padanya. Apakah tadi Adel terlalu kencang membentaknya?

"Chik, sorry. Sorry udah ngebentak lo tadi," Ujar Adel.

Chika lalu mengangguk pelan, "ya udah sih. Gue emang lagi sensi aja siang ini."

"Nih helm lo, gue ke dalem dulu ya, lo hati-hati di jalan." Sambung Chika.

"Eh bentar," Adel menahan pergelangan Chika, tak begitu keras, tapi cukup untuk menahan Chika. "Lo ngajak gue balik bareng gini bukan karna lo naksir kan?"

"Najis. Mulut lo jangan sekata-kata ya, sembarangan kalo ngomong."

"Dih, orang nanya doang. Lagian kalo bukan naksir, lo ngapain ngajak balik bareng? Orang kita gak deket."

"Tau, gue tau. Tapi, Olla bilang lo tuh anak orang kaya, nah kebetulan gue lagi gak ada tebengan jadi gue nebeng lo lah. Orang kaya kalo ditebengin gak bakal minta ganti duit bensin, jadi duit jajan gue aman, makanya gue minta nebeng sama lo." Jelasnya.

"Yeu... dasar pelit."

"Bodo, yang penting duit jajan gue aman."

_
🌹

____________________
Harusnya up kemaren, tapi belom beres nulisnya🤧

Ketik "banh lanjut banh" Untuk lanjut ke chapter selanjutnya






AccidentallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang