Adel pikir Zee hanya main-main dengan perkataannya siang tadi, ia tak mengira Zee akan datang ke kamarnya sekarang sambil menagih macam-macam cerita.
"Buruan ah, Del. Jadi gimana bisa lo deket banget sama Chika sekarang?"
Adel mendengus pelan, "deket banget apanya sih? Gue deket ya karena kepanitiaan aja, Ji."
"Ngarang banget, lo gak sedeket itu sama anggota panitia yang lain."
Adel menggaruk kepalanya, benar juga ucapan Zee, pikirnya.
"Malah diem, kocak lo ah."
"Gue lagi mikir, bener juga kata lo, gue gak sedeket itu sama anggota panitia yang lain."
"Ya iyalah, kok lo baru sadar?"
"Gak tau, gue mikirnya deket sama Chika ya karena kepanitiaan aja."
"Gak jelas, bocah sinting. Cakep doang, tapi Lemot banget otaknya najong."
Adel hendak menjawab lagi, namun suara notifikasi dari ponselnya membuatnya lebih memilih untuk mengabaikan Zee sejenak.
"Bentar, gue ambil hp dulu."
"Iya, buruan." Jawab Zee.
Adel kembali duduk di samping Zee sambil terus menatap layar ponselnya. "Siapa? Ashel?" Tanya Zee.
Adel menggelengkan kepalanya sambil tak melepaskan pandangannya dari ponselnya, "bukan. Kak Olla sama Kak Chika minta gue buat ikut mantau group chat dulu, katanya mau ada pengumuman." Jawab Adel.
"Lo belom baikan ya sama Ashel?" Tanya Zee yang membuat Adel reflek menoleh, Adel menggaruk pelan pipinya yang tak gatal, "gak tau, Ji... Ashel aja kayanya gak nyariin gue." Jawab pelan.
"Dih, yaudah si gak usah nangis, gue kan nanya doang." Zee sedikit merasa bersalah menanyakan hal itu setelah melihat respon temannya yang terlihat sedikit sedih.
"Ngaco, gue gak selemah itu, ya. Tapi bener kan, Ji? Ashel gak nyariin gue kan?"
Zee mengangguk pelan walaupun agak ragu, "sebenernya gue gak tau juga sih, tapi kalo lagi sama gue dia gak nanyain lo. Tapi bisa jadi dia nanya lo ke yang lain kan?"
Adel sejenak lupa kalau ia harus ikut memantau pengumuman di group chat anggota panitia, ia justru lanjut mengobrol dengan Zee. "Ck, mana mungkin. Kalo mau nanyain gue ya harusnya dia nanya ke lo lah, dia kan tau kalo lo temen gue yang paling deket."
"Ya siapa tau dia nanya ke Kathrin kan? Kathrin kan ikut kepanitiaan juga sama lo, ya kan?"
"Engga, Ji. Gue udah pernah nanya, tapi ya Ashel gak ada nanya apa-apa tentang gue ke Kathrin."
"Kalo emang gitu sih berarti dia emang gak nyariin lo, Del."
Adel menghembus napasnya, "tapi kenapa ya, Ji? Kenapa dia gak nyariin gue? I mean, kalo dia seenggaknya ngerasa kita nih temen kan harusnya dia nanya kabar gue, tapi ini tuh dia bener-bener ilang, gue sedih banget sumpah, Ji."
Zee menepuk pundak Adel pelan, ia sedikit merasa bersalah sudah bertanya soal Ashel pada Adel. Tak tak tahu kalau Ashel ternyata tak mencari Adel.
"Udah lah, Del... Kan masih ada Kak Chika, ya kan?"
"Yeuu... Bocah anj-" Belum sempat Adel menuntaskan emosinya, ponselnya sudah bergetar dengan menunjukkan nama Chika di layarnya.
"Buset, ditelpon Chika beng beng noh." Ucap Zee sambil menunjuk pada ponsel Adel.
Adel mengambil ponselnya dan segera mengangkat pangiilan dari Chika, "kenapa?" Ucapnya setelah mengangkat panggilan Chika.
"Pake nanya, lo gak liat group kan? Udah disuruh stay di group juga, bandel banget bocah." Ucap Chika di seberang sana.
"Oh iya, maaf maaf. Gue digangguin Zee nih, dia ngajak gue ngobrol mulu." Zee yang merasa disalahkan menarik ujung rambut Adel pelan, membuat Adel sedikit meringis.
"Emang ada apa sih? Ada pengumuman apa emang?"
"Kepanitiaan dibubarin, acaranya batal, duit iurannya dibawa kabur guru magang."
Adel sontak memasang wajah sekaget-kagetnya, "Kok bisa!? Terus ini gimana?" Zee yang melihat ekspresi Adel langsung menepuk-nepuk Adel seolah bertanya apa yang sedang terjadi, jujur saja Zee penasaran setengah mati.
"Ya gak gimana-gimana, sisanya urusan pihak sekolah, kita pokoknya ya bubar aja, orang acaranya batal."
"Del, kenapa, Del?" Adel berdecak pelan mendengar pertanyaan Zee, "ck, diem dulu kek lo." Ucapnya pelan. Zee memberikan tatapan setajam mungkin pada Adel yang tak menghiraukannya.
"Jadi kita skip banyak mapel tuh buat apaan anjir? Udah angkat barang berat tiap hari taunya malah batal, anjir bete banget gue." Ucap Adel.
Chika diseberang sana juga hanya bisa ikut mengeluh, "iya, kan? Gue juga kesel banget."
"Batal? Apanya yang batal, Del?" Tanya Zee lagi.
"Ah ilah... Diem atau pukul pala lo?" Zee berdecak pelan mendengar jawaban Adel yang tak ramah, "dasar galak, pelit." Ucapnya pelan walaupun ia tahu Adel mendengar ucapannya.
"I bet, kak Olla yang paling marah di group, ya kan?" Tanya Adel.
Adel dapat mendengar Chika terkekeh pelan di sana, "tau banget emang, lo. Dia doang yang marahnya pake voice note, yang lain marahnya pake capslock doang."
"Ahahahhaha kan apa gue bilang, Kak Olla gak mungkin bakal biasa aja setelah capek-capek ngerjain ini itu."
Zee melirik sinis pada Adel, "sok iye banget idih. Udah nyuekin gue malah ketawa-ketawa di call. Keren kali lo." Ujarnya, Adel mendengar itu tapi Adel tak peduli.
Sudah lebih dari 10 menit Adel mendiamkannya, dan sepertinya tak ada niatan untuk menyudahi obrolannya dengan Chika, "ni orang tengil juga, temennya nyamperin ke rumah malah dicuekin." Keluhnya entah yang ke berapa kali.
"Walaupun gue marah karena apa yang kita kerjain di kepanitiaan sia-sia, tapi gue gak nyesel sih, kalo bukan karena kepanitiaan ini kita mungkin gak sedekt ini, ya kan, Del?"
Chika tak mendengar Adel mengiyakan pertanyaannya, tapi Zee dapat melihat Adel mengangguk dan tersenyum manis di depannya.
"Dih, bocah sarap."
_
🌹______________
Maaf minggu lalu aku gak update, ada beberapa halangan dan baru nulis dikit juga waktu itu, maaf ya.Ketemu lagi minggu depan di akhir pekan nanti👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally
FanfictionTentang dua orang remaja yang menyukai orang yang sama namun berakhir menyukai satu sama lain. "I accidentally likes You." Disclaimer. •Non-baku. •Harsh words. •GxG content. •100% fiksi. •Sama sekali tidak berhubungan dengan kehidupan nyata. MOHON U...