Namjoon lega sekaligus senang akhirnya ia menghampiri pusara Boomi lebih dekat. Biasanya ia hanya berdiri di bawah pohon yang jaraknya lima puluh meter dari pusara Boomi. Dan sekarang ia juga membawa teman lamanya sekaligus seorang yang menjadi cinta mati nya Boomi.
Namun ketika ia menolehkan wajahnya pada teman lamanya, Namjoon tertegun. Namjoon tadinya ingin mengucapkan terima kasih atas kemauan Hoseok untuk datang ke sini karena membuat ia berani melangkah lebih dekat ke pusara. Semua rasa itu tertahan ditambah kedua tangan Hoseok mengepal kencang seperti menahan sesuatu.
Pandangan itu lagi. Setelah hampir tiga tahun lamanya, Namjoon melihat Hoseok hancur seperti itu lagi. Sehingga ia malah teringat bagaimana melempar semua kesalahan lalu memojokkan Hoseok di persidangan saat itu. Memberikan keterangan yang ia lebih-lebihkan agar dendam dan sakit hati mengenai Boomi terbalaskan.
Namjoon khawatir Hoseok kembali terpancing tentang masa lalu mereka dan masalah menjadi sukar untuk diselesaikan.
"Gue minta maaf gimana gue selama ini"
Namjoon mengalah. Ego-nya ia kesampingkan meski selalu bergemuruh tidak terima. Masalah ini terlalu rumit jika masih meninggikan siapa salah dan siapa benar.
"Gue bukan teman yang baik bahkan gak tau diri masih ngajak lu buat bersama lagi. Gue yakin, di sana Boomi benci gua karena gak bisa jadi teman baik buat lu"
Hoseok menghela nafasnya pelan, "Udah lewat Joon... Semuanya udah terjadi"
Kini Namjoon yang mengepalkan kedua tangannya, "maaf..."
"Makasih udah nunjukin pusara Boomi... Gue jadi teringat semua waktu ketemu sama dia dulu dan dia juga yang ngajak gua kenalan sama elu setelah Ian meninggal" sudut bibir Hoseok terangkat ke atas menampakkan senyum tipisnya. Pandangan yang nanar menatap batu nisan dan membaca nama Boomi berulang-ulang kali. Menumbuhkan suatu rasa baru namun asing di dalam hatinya, "Anak itu berakhir di sini..."
"Maaf, karena perkataan gua lu jadi kehilangan teman kecil lu" Namjoon terkejut mendengarnya, ia menatap Hoseok kembali dan bersiap menyanggahnya namun Hoseok lebih dulu membungkam Namjoon. Hoseok masih ingin berbicara banyak, "Lu gak sepenuhnya salah, Namjoon... Itu karena gue juga..."
Namjoon menggelengkan kepalanya berharap Hoseok tahu jika itu tidak benar.
"Tapi bagaimanapun..." Hoseok menatap Namjoon sebentar lalu kembali menatap gundukkan tanah di depannya lagi, "Gue masih belum bisa nerima maaf lu tentang tiga tahun lalu karena gue sendiri juga gue belum bisa nerima gue yang dulu"
"Hoseok...."
"Beri gue waktu ya Joon" katanya membuat Namjoon mengangguk cepat saat itu juga. Hoseok bergerak duduk, pandangannya gak lepas dari sana seakan ia memang tengah merindukan Boomi.
"Namjoon..." Sebut Hoseok kemudian menarik nafasnya berat. Namjoon ikut bergerak mengambil tempat duduk di samping Hoseok, "Elu ngenalin gue ke Bangtan bukan berarti lu bakal ninggalin gue kan?"
Namjoon terdiam.
Bukan.
Bukan begitu tujuan Namjoon mengajak Hoseok bergabung ke Bangtan bahkan mengajaknya kembali, Namjoon sama sekali tidak ada niat meninggalkan temannya. Mungkin pernah—saat persidangan mereka—tapi terus terang saja itu pertama dan terakhir Namjoon lakukan. Ia tidak ingin mengecewakan temannya lagi.
"Selamat yaaa lu diterima kuliah di UK" ucap Hoseok tiba-tiba.
Sepasang bola mata Namjoon bergerak gelisah. Mencari penjelasan kalau Namjoon tidak meninggalkan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan sih tapi... [END] ✔️
Fanfiction"Awas aja lu nyakitin Heoya " "Keak gak pernah nyakitin aja lu!" final Jungkook. Bukan, ini masih belum seberapa. Permasalahan pertemanan dan percintaan mereka. Semua lebih rumit jika mengingat tragedi 3 tahun yang lalu. Mereka gak seperti ini, dul...