Mantan sih tapi... [END] ✔️

MST - 22 - Karma

Gak tau kenapa Jimin merasa hal yang berbeda setelah Seolju memilih pergi sama Hoseok. Perasaan begitu asing selama hampir 2 tahun berteman dengan Seolju. Kekhawatiran jauh lebih buruk daripada kekhawatiran membayangi Seolju kehujanan. Seolah pilihan Seolju ikut dengan Hoseok merupakan pilihan yang salah.

Jimin juga gak habis pikir bahwa perasaan ini benar terjadi. Dugaan untuk tidak pulang kerumah lebih dulu meski langit sedang hujan membuat Jimin menemukan jawabannya. Namun perasaannya harus merasakan lebih sakit lagi dari sebelumnya.

Jimin melihat Seolju untuk pertama kalinya hujan-hujanan atas kemauan gadis itu sendiri.

Akhirnya Seolju keluar dari sangkar-nya.

Jimin gak bisa memutuskan, perasaan apa saja yang ia rasakan, kecuali emosi.

Cuma hanya satu orang membuat Seolju seperti ini.

Satu orang yang membuat Seolju gak peduli tentang sepatunya lagi dimana sudah pasti kelewat basah sekarang.

Satu orang yang membuat Seolju nangis tanpa bersama orang yang Jimin tahu terakhir kali.

Jung Hoseok, itu pikir Jimin.

Kenapa?

Kenapa Jimin harus merasakan sakit itu juga?

Perasaan yang bahkan lebih sakit daripada Chan memintanya untuk tidak mencintai nya lagi.

Jimin gak tau.

Pada akhirnya, motor ia parkirkan di tepi jalan. Mengejar Seolju di depannya yang belum menyadari keberadaannya. Seolju sibuk menangis.

Bukan,

Bukan karena mereka mempunyai nasib yang sama malah Jimin gak tau apa yang terjadi dengan Seolju. Jimin hanya menebak ini pasti perbuatan Hoseok.

Jimin sudah menduga aja, kemana Seolju pergi bersama Hoseok itu udah salah.

Jimin menarik Seolju kedalam pelukannya. Membiarkan diri mereka basah karena hujan. Selain Jimin tetap diam, sementara tangisan Seolju semakin mengeras.

Hati Jimin sakit.

"Sial. Na Seolju lu kenapa?"

Biarkan.

Gapapa Seolju nggak jawab pertanyaannya. Seenggaknya, Jimin harap ini yang terakhir.

Jimin ingin jadi payung untuk Seolju dari rasa sakit, siapapun yang menyakitinya.

🦁🦁🦁

"Mau sampe kapan sedih terus?" Tanya Jimin sambil nyodorin gelas berisi teh hangat, "Nih cepetan minum ntar lu masuk angin, nanti meriang kan gua yang repot ntar"