Quality Time

143 43 20
                                    

Sudah dua bulan sejak Insoo bersekolah di sekolah barunya. Tak ada yang berubah dari dirinya. Tetap saja dia menjadi bintang utama disekolahan karena keberadaan kedua kakaknya. Insoo cuek-cuek saja sekarang. Dia sudah tak memikirkan pandangan orang-orang kepadanya. Untung saja dia memiliki teman kelas yang menerimanya walaupun dia adik dari si kembar yang terkenal.

Insoo berjalan ke kantin bersama temannya dan mereka mengobrol dengan santai. Selama perjalanan ke kantin, dia mendengar sayup-sayup teriakan histeris para siswi di lapangan. Insoo yang masih berada di lorong kelas langsung melongok ke arah jendela dimana lapangan basket berada di bawahnya. Sorak-sorai semakin ramai saat orang-orang yang saling mengejar bola itu melakukan aksinya.

Insoo sekarang tau kenapa semua perhatian siswi-siswi ke lapangan basket ketimbang kantin. Di lapangan kedua kakaknya sedang bermain basket. Tentu saja itu lebih menarik daripada mengisi perut mereka. Asupan mata dan hati mereka sudah cukup terpenuhi dan itu tak sebanding dengan asupan perut mereka.

"Gila ya mereka. Bisa-bisanya duduk panas-panasan disana cuma lihat orang main basket"

Insoo menoleh kearah Moonbyul -temannya. Ia terkekeh mendengar perkataan Moonbyul.

"Ayo ke kantin" ajak Insoo tak mempedulikan lagi teriakan para gadis untuk kedua kakaknya itu.

Insoo dan Moonbyul kembali berjalan ke kantin. Seperti dugaan mereka, kantin cukup sepi untuk jam makan siang. Insoo dan Moonbyul mengambil kesempatan itu untuk makan siang dengan tenang dan tak berdesak-desakan. Mereka berdua menikmati makan siang mereka dengan santai.

Setelah makan siang, Insoo pamit ke lapangan basket untuk memberikan minuman dan cemilan ke kedua kakaknya. Moonbyul tak ikut karena dia terlalu malas untuk berhadapan dengan para gadis yang menyukai kedua kakak Insoo itu. Moonbyul memang terkenal boyish untuk gadis seumurannya. Dia sama sekali tak tertarik dengan kedua kakak Insoo yang banyak mengambil hati para gadis di sekolahnya.

Insoo melihat pertandingan basket dadakan itu sepertinya sudah selesai. Para siswa yang bertanding tadi sudah duduk santai bergerombol dengan saling bercanda. Tentu saja masih disaksikan para siswi yang haus akan cinta si kembar.

Insoo dengan santai mendatangi gerombolan para pria itu. Salah satu siswa melihat kedatangan Insoo dan langsung memberitahu si kembar. Jongsoo dan Jongkyung langsung menengok dan tersenyum melihat adiknya datang.

Teriakan histeris para siswi langsung menggelegar disekitar lapangan basket. Bagaimana tidak? Jongsoo yang jarang tersenyum itu sekarang tersenyum manis hanya karena kedatangan Insoo. Sebuah senyuman langka yang tentunya tak disia-siakan para fansnya.

Insoo yang mendengar teriakan itu langsung menutup kedua telinganya. Gila saja teriakan mereka. Begitu keras dan memekakkan telinga. Insoo sempat menghentikan langkahnya dan menatap ngeri kearah gerombolan siswi yang berteriak tadi. Dia kemudian berjalan kembali menghampiri kakak-kakaknya.

"Nih buat oppadeul. Aku baru tau kelas 3 bisa sesantai ini"

Insoo menyerahkan bungkusan plastik yang berisi minuman dan roti. Jongsoo menerimanya dan melihat apa saja yang dibawakan adiknya.

"Kapan lagi bisa main basket seperti sekarang. Pasti kedepannya akan susah" ucap Jongkyung.

"Kamu sudah makan?" tanya Jongsoo.

"Sudah. Tadi bersama Moonbyul. Sering-sering aja oppa bermain basket jadi kantin akan sepi dan aku bisa makan siang dengan santai"

"Benarkah? Harusnya tadi aku ikut bersamamu ke kantin" sahut Jongkyung.

"Jangan! Kalau oppa ikut ke kantin yang ada kantin penuh" keluh Insoo.

Insoo sudah pernah mengalaminya saat awal-awal masuk sekolah. Itu benar-benar momen yang sangat menakutkan. Kantin penuh dengan para siswi yang hanya ingin melihat keberadaan si kembar. Insoo bahkan tak bisa bernafas dengan tenang saking padatnya kantin waktu itu. Untung saja ada guru yang melihat dan membubarkan para siswi disana. Mengatur lagi jumlah murid yang bisa berada di kantin. Dan seperti orang yang tak tau malu, kedua oknum penyebab semua itu terjadi hanya diam saja tak ada beban.

OUR (BROKEN) FAMILY (HIASTUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang