Happy reading minna
Enjoy~-
-
-
-
-
"Aku ingin jujur suatu hal. Ku harap kau tidak berfikir aku bermaksud menyinggung," ujar Naruto tersenyum tipis dan terlihat hati-hati.
Hinata seperti peka apa yang akan dibahas. Hinata pun mengangguk. "Si-silahkan Naruto."
"Sebenarnya, sebulan belakangan ini aku terpikirkan suatu hal. Di mana aku yang tidak menyadari akan perasaanmu,"
Deg.
Hinata membelakkan matanya. Sebenarnya dia sudah menduga Naruto akan membahasnya, namun mengapa begitu tidak siapnya Hinata dan malu.
"E-tto, tidak apa-apa Naruto. Terpenting kau tau," ucap Hinata gugup.
"Aku ini memang tidak peka dan bodoh. Tapi Hinata, selama ini yang ku pikirkan hanya menolong temanku dan melindungi desa. Kini desa sudah damai, dan mulailah aku terbuka akan perasaanmu."
Hinata mendengarkan tanpa menyela.
"Kau gadis baik Hinata. Maaf bila tidak menyadari itu dan aku pun sangat beruntung."
Hinata menepuk pipi Naruto pelan membuat empunya tersentak. "Naruto, aku saat itu hanya untuk menyuarakan hatiku. Aku kagum akan dirimu, kau cahaya dalam jalan ninjaku. Tidak harus kau merasa tidak enak seperti ini. Layaknya penggemarmu sekarang. Bedanya aku mengagumi sejak dulu."
Naruto semakin yakin akan perasaannya terhadap gadis rembulan itu. "Aku juga mengagumimu Hinata. Bisakah? Aku ingin memastikan perasaanku?"
Hinata menggeleng. "Perasaan ku pada Naruto ini tulus. Kau tetaplah dirimu yang ku kagumi. Kita ini sahabat dan tidak perlu kau memiliki perasaan padaku karena aku punya perasaan padamu. Lagipula, kini aku mengerti bahwa kau adalah sekedar idolaku."
Dia sebenarnya tahu akan Naruto yang tidak enak padanya. Dia pun mengatakan itu karena ini waktu yang tepat untuk menjelaskan pada Naruto. Lebih tepatnya Hinata tidak ingin cintanya dibalas hanya karena Naruto merasa terbebani akan hal itu.
Hinata rasa, kata idola memang sudah seharusnya disematkan untuk Naruto. Entah sejak kapan pemikiran itu berubah. Secara jelas, Hinata tidak ingin situasi canggung ketika para temannya berkumpul kembali. Melihat Naruto bisa mencapai tujuannya itu saja yang membuat Hinata senang.
Naruto mulai mengerti. Memang sebenarnya dia tidak pernah terpikirkan akan apa itu cinta? Dia terlalu mencintai ayah dan ibunya, gurunya, sahabatnya, serta desanya. Naruto juga berusaha keras untuk belajar menjadi hokage yang hebat.
Dia akui mengagumi Hinata, tapi jawaban Hinata menyadarkan Naruto bahwa gadis itu memang tulus tanpa harus Naruto membalasnya.
Satu sisi Naruto mulai merasa melihat Hinata bukanlah sebagai teman saja, namun sebagai seorang gadis. Tetapi, pernyataan Hinata yang membuat Naruto berpikir ulang bahwa keputusan ia terlalu terburu-buru. Naruto ingin membiarkan perasaannya mengalir dan membawa takdirnya sendiri. Begitupun untuk Hinata, Naruto tidak ingin memaksa keputusan Hinata yang menganggapnya sebagai idolanya.
Naruto tersenyum lebar. "Hehehe, aku mengerti. Aku memang beruntung punya penggemar sepertimu."
Hinata tersenyum. Kemudian, Naruto berpamitan pada Hinata untuk pulang.
'Bukankah ini yang aku harapkan karena merasa tidak enak? Tapi kenapa aku kecewa dengan keputusannya?'
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Trip With Hers
FanficSetahun setelah perang shinobi 4 berakhir, desa konoha kini damai dengan kehidupan mereka yang mulai normal, kelima negara pun sudah bersatu. Meski begitu, kebencian di dunia masihlah ada..... Sasuke pun sudah mengakui kesalahannya selama ini, deng...