AZURA menghembuskan napasnya, mencoba untuk mengatur segala sesuatu yang berhasil meledak hari ini. Gadis itu menghapus air matanya dengan kasar ketika bulir bening itu keluar tanpa di minta. Azura dengan perlahan membuka pintu rumahnya, merasakan sensasi dingin dari ganggang besi berwarna gold itu dengan pejaman mata.
“Bagus, jam segini baru pulang. Abis keluyuran kemana lo?” suara berat yang terdengar di indra pendengaran Azura, seketika membuat langkah kaki gadis itu terhenti. Netra hitamnya mengedar, menatap ke arah ruang tamu yang terdapat tiga kakaknya di sana.
“Abis dari mana?” pertanyaan itu terlontar dari Azaid, membuat rasa takut semakin menyerang Azura.
“Gak ke mana-mana, Kak”
“Gak keluyuran kemana-mana tapi pulang nya malam, pasti lo masih keluyuran, kan? Mentang-mentang mobil lo di sita, seenaknya aja pulang malam” tuduh Azain menatap sinis pada sang adik.
Azura menggeleng, mencoba untuk menepis tuduhan sang kakak “Zura gak keluyuran, Kak, Zura pulang malam karna tadi Zura─”
“Elah, alasan aja lo” potong Azain membuat keinginan Azura yang ingin mengatakan kejadian tadi, seketika tertelan dalam hati.
Azain, laki-laki itu adalah orang yang paling membenci Azura. Kehadiran Azura menurutnya hanyalah sebuah kesialan bagi keluarga mereka, karena kelahiran Azura membuatnya kehilangan seorang ibu. Baginya, Azura hanya pembawa sial, ia membenci Azura, sangat!.
“AZURA!!” suara bentakan itu terdengar menggelar di penjuru rumah, mengantarkan rasa takut yang semakin menguasai diri Azura saat melihat sang pemilik suara.
Dia, Satya Andreaz. Ayahnya.
“K-kenapa, Ayah?”
Azura bahkan belum sempat untuk menatap mata sang ayah, ketika laki-laki paruh baya itu melemparkan tumpukan kertas ke wajahnya. Gadis itu spontan memejamkan mata, merasakan rasa sakit yang menyerang wajah dan bekas tamparan ayahnya kemarin.
“Apa ini?” pertanyaan Satya seolah semakin menciutkan nyali Azura, dia lemah saat berhadapan dengan ayahnya. Gadis itu menunduk, mengambil salah satu lembar kertas, dan saat dia menatap jelas nilai yang tertera di kertas tersebut, sebuah tamparan sudah di layangkan pada pipi kanannya.
“KAMU MENCOBA MEMBOHONGI SAYA, HAH!”
“KURANG AJAR KAMU, SAYA KIRA SELAMA INI KAMU MENDAPATKAN NILAI DARI HASIL SENDIRI, TAPI APA INI, AZURA!?!!”
“Ayah, ada apa?” Azafran, kakak sulung Azura langsung menahan pergerakan sang ayah yang hendak memukuli Azura.
“Anak sialan ini, ternyata dia selalu mendapatkan nilai merah di setiap ulangan”
Dahi Azafran mengerut, sedikit bingung dengan pernyataan ayahnya “Bukannya Azura selalu dapat nilai bagus?”
Satya menoleh, menatap mata anak sulungnya dengan amarah yang belum mereda sama sekali “Dia tidak pernah mendapatkan nilai bagus. Ayah baru saja di beritahukan oleh kepala sekolah, kalau nilai Azura setiap ulangan selalu anjlok!!”
“Terus nilai yang Azura─”
“Dia bohong, anak pembawa sial ini sudah berbohong!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Perubahan Sang Antagonis
Teen FictionAzura, gadis itu tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua, mengharapkan kasih sayang dari ayahnya yang membenci kelahirannya. Ada kebencian seorang kakak yang di torehkan dalam hidupnya. Azura menderita, mengharapkan kasih sayang dari orang sek...