AZAIN yang melihat Azura berbuat demikian langsung berdecih sinis, “Lo gak usah sampe segitunya jaga jarak sama Bang Zafran”
Azura hanya diam, tidak menanggapi perkataan dari Azain. Dia dengan santainya memainkan benda pipihnya tanpa memperdulikan sekitar.
“Azura, kakak mu sedang bicara”
Pergerakan tangan Azura terhenti. Dia melirik sekilas pada Satya lalu kembali memainkan benda pipihnya “Masalahnya saya tidak paham dengan bahasa binatang”
“Azura, sopan berkata seperti itu?!” tanya Satya dengan suara yang naik seoktaf, laki-laki itu terlihat marah dengan perkataan Azura.
Azura meletakkan handphone-nya dengan kasar, menatap sang ayah dengan datar “Menurut saya sopan bagi anak yang tidak tahu sopan santun seperti saya. Lagi pula, bagaimana mungkin saya bisa tahu sopan santun, kalau Ayah saja tidak sudi untuk mengajarkan hal itu”
“AZURA!!”
“Lo gak usah ngebentak gue!!” tatapan mata Azura langsung menyorot Azaid, laki-laki itu baru saja menaikkan oktaf suara padanya. Dan Azura benci hal itu sekarang!.
“Azura, jaga tutur katamu!!”
Azura sontak terkekeh kecil ketika mendengar penuturan Satya untuk menjaga tutur katanya. “Ngapain ngejaga tutur kata sama mereka, gak ada gunanya. Mereka aja bisa ngomong kasar kalau sama Zura. Masa Zura gak bisa!”
“Saya tidak pernah mengajarkan kamu seperti itu Azura!”
“Memangnya apa yang pernah Ayah ajarin buat Zura? Gak ada! Dari dulu sampai sekarang, Ayah gak pernah ngajarin Zura apa-apa!”
Kali itu Azura menyahut keras. Dia muak mendengar segala hal tentang Satya yang berlagak memiliki peran besar dalam hidupnya selama ini. “Bahkan Ayah gak pernah ngajarin Zura jalan. Dan sekarang Ayah ngomong seakan-akan Ayah pernah ngajarin Zura sesuatu?”
“Ayah sadar gak, sih!”
“Azura! Omongan kamu di jaga. Setidaknya hargai Ayah. Meskipun dia gak pernah ngajarin kamu apa-apa, setidaknya dia udah nanggung biaya hidup kamu selama ini”
Itu adalah kata paling menyakitkan yang pernah Azura dengar dari Azafran. Rasa sakit langsung menghantam ulu hatinya saat perkataan itu menubruk pendengarannya.
Gadis itu menatap Azafran ”Jadi mau perhitungan?” Azura tidak percaya dengan apa yang dia dengar saat ini.
“Azura, Abang gak bermaksud─”
“Wah gila, sih” Azura menggeleng kepala, tidak habis pikir sama sekali. Bulir bening yang tadinya telah dia tahan sebisa mungkin, perlahan meluruh seiring dengan rasa sesak yang menyergap seluruh tubuhnya.
“Gue gak nyangka, ternyata biaya hidup gue selama ini diam-diam lo jadiin hal sebagai perhitungan” Azura tertawa, tapi sakit.
Azafran menggeleng, dia tidak bermaksud seperti itu. “Azura, kamu salah─”
“Kirim nomor rekening lo, gue transfer uang yang pernah gue pake di keluarga ini. Dan gue harap lo bisa itung dengan benar. Dari kecil gue di besarin dengan gaji Bi Ranti, Ayah tanggung kehidupan gue saat Bi Ranti udah gak ada. Jadi sekarang hitung, dan gue bakal transfer”
“CUKUP AZURA!!” bentakan itu datang terlalu cepat, membuat Azura lagi-lagi merasa buruk. Gadis itu benar-benar tidak bisa menyembunyikan perasaan sakit lebih lama lagi. Azura tertawa, tapi air mata gadis itu tak hentinya mengalir.
Ia salah lagi.
“Sudah berani kurang ajar kamu, hah? Asal kamu tau, bagi saya kamu itu hanya sekedar-”
KAMU SEDANG MEMBACA
Perubahan Sang Antagonis
Fiksi RemajaAzura, gadis itu tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua, mengharapkan kasih sayang dari ayahnya yang membenci kelahirannya. Ada kebencian seorang kakak yang di torehkan dalam hidupnya. Azura menderita, mengharapkan kasih sayang dari orang sek...