18. Dalang penculikan.

49.2K 4K 59
                                    

PERASAAN cemas telah menghantui Azaid dan Azain sejak semalam. Keduanya benar-benar merasa khawatir akan keadaan Azura yang sampai sekarang belum pulang.

Azaid, laki-laki itu tak henti-hentinya menghubungi nomor Azura yang sama sekali tidak aktif. Bahkan, sudah 170 panggilan dia lakukan untuk menghubungi sang adik. Perasaannya benar-benar gundah saat ini. Apalagi setelah membaca pesan yang di kirim ayahnya, kalau laki-laki itu akan pulang malam ini.

“Azura lo dimana?” Azaid benar-benar khawatir. Ia takut jika saat ayahnya pulang nanti, Azura akan mendapatkan hukuman karena tidak pulang seharian.

“Belum bisa di telfon juga?” tanya Azain yang di respon dengan gelengan kepala dari Azaid.

“Nomornya Azura benar-benar gak aktif, pesan yang gue kirim aja centang 1” ujar Albara yang juga ikut menghubungi Azura sejak semalam. Bahkan, sudah begitu banyak pesan yang dia kirim pada WhatsApp gadis itu, tapi pesannya tetap centang 1.

“Gue angkat telfon bentar” tanpa menunggu respon dari teman-temannya, Albara langsung melangkah meninggalkan ruang tamu yang terdapat Azaid, Azain dan juga Kenzo. Hari ini, mereka akan mencari keberadaan Azura. Jayden dan Kenan tidak ikut, keduanya sedang ada kendala.

“Nomor kalian di blokir mungkin” papar Kenzo dengan santai, sembari memainkan benda pipihnya tanpa berusaha untuk membantu menghubungi Azura.

“Gak usah ngaco, Azura gak mungkin blokir nomor kita” sahutan dari Azain entah kenapa terdengar lucu bagi Kenzo, laki-laki itu tertawa mengejek.

“Kenapa gak mungkin? Azura udah berubah, lo semua pasti sadar kalau dia bukan Azura yang kita kenal. Sikap dia aja bisa secuek itu sama kalian. Dan gue yakin, ngeblokir nomor kalian itu bukan hal gak mungkin buat dia”

Perkataan Kenzo ada benarnya, Azura yang sekarang bukan lah Azura yang dulu. Sikap dan sifat gadis itu telah berubah, mereka bahkan tidak mengenal sosok Azura yang sekarang.

“Azura kenapa bisa berubah kayak gini?” tanya Azaid dengan helaan napasnya, ia benar-benar bingung dengan perubahan Azura yang begitu mampu membuatnya kepikiran di setiap saat.

“Gak usah mikir jauh-jauh, Azura kayak gini karna kalian”

“Maksud lo?” sahut Azain meminta penjelasan. Laki-laki itu menatap Kenzo dengan wajah kesal.

Kenzo terkekeh, balik menatap Azain dengan wajah mengejek. “Lo masih nanya apa maksud gue?”

Kenzo menggeleng heran, laki-laki itu menahan kedutan senyumnya yang terlihat menjengkelkan bagi Azain “Lo semua sadar, gak? Perbuatan kalian ke Azura itu udah kelewat batas. Apalagi kalian sampe nyuruh orang buat lecehin Azura!”

“TUTUP MULUT LO ANJI*G!!” Azain tidak bisa mengendalikan amarahnya, laki-laki itu sudah akan melayangkan pukulan keras jika Azaid tidak menahan pergelangan tangannya. Kedua kakak-beradik itu menatap Kenzo dengan marah.

“Kenapa? Lo marah sama apa yang gue omongin?” Kenzo tidak takut sama sekali, bahkan jika wajahnya habis di hantam oleh pukulan keras, dia tidak akan pernah menghentikan sesuatu yang sudah memberontak dalam dirinya.

Laki-laki itu berdiri, menatap Azaid dan Azain dengan tajam “Lo pikir gue gak tau soal kejadian itu? Lo jual Azura di malam ulang tahunnya”

Perubahan Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang