AZURA menghembuskan napas, gadis itu menatap plafon kamarnya dengan pikiran yang berkecamuk. Malam ini, dia memutuskan untuk menginap di rumah sang kakek selama 1 hari karena berhubung besok adalah hari minggu.
Manik hitamnya perlahan teralih pada sebuah foto yang berada di atas nakas, sebuah foto keluarga Zilger yang di ambil saat ibunya masih remaja.
“Maaf, Kek. Maafin Zura yang gak pernah jujur soal kehidupan Zura yang sebenarnya. Zura gak pernah bahagia. Apa yang Kakek pikirkan selama ini salah. Zura gak pernah hidup bahagia, Kek”
Azura menatap foto sang kakek dengan sendu. Rasa bersalah benar-benar menggoroti ulu hatinya. Ia sangat merasa bersalah karena telah membohongi kakeknya. Selama belasan tahun lamanya, dia membohongi Damian akan kehidupannya yang bahagia.
Sampai saat ini, tidak ada seorang pun yang mengetahui semua seluk-beluk kehidupannya. Bahkan Jayden, laki-laki itu hanya mengetahui sebagian dari kehidupannya.
Azura begitu pandai dalam bersilat lidah, hingga mampu membohongi Damian selama belasan tahun lamanya. Dia begitu pandai hingga mampu membohongi semua orang bahkan dengan kakeknya sendiri.
Sampai saat ini, Damian pasti berpikir bahwa dia bahagia. Tapi nyatanya, dia tidak pernah merasakan kebahagiaan.
Selama ini, Azura berbohong akan kehidupannya yang bahagia. Setiap kakeknya menanyakan kabarnya, maka dia akan menjawab baik-baik saja.
Setiap Damian menanyakan apakah dia bahagia, maka jawabannya pasti sangat bahagia. Bahkan tidak jarang, dia berkata bahwa sedari kecil dia sudah perlakukan seperti seorang putri raja oleh ayahnya.
Itulah mengapa, Damian beserta keluarganya yang lain tidak tahu tentang kehidupannya yang jauh dari kata bahagia. Mereka hanya mengetahui, bahwa ia hidup bahagia.
Alasan kuat kenapa dia tidak tinggal bersama Damian yang jelas-jelas menyayanginya karena dia tidak ingin Damian di liputi rasa bersalah lantaran tidak bisa menepati janji pada ibunya.
Saat ia masih berumur 15 tahun, saat kejadian yang nyaris merenggut masa depannya itu terjadi, Azura pernah memutuskan untuk tinggal bersama dengan kakeknya.
*
Siang itu, di depan kediaman Zilger, di balik pagar yang menjulang tinggi sebagai pembatas, Azura, gadis itu menatap rumah sang kakek dengan pandangan sendu. Gadis yang baru menginjak umur 15 tahun itu perlahan mematri langkahnya, membuka gerbang dengan perasaan gugup.
Setiap langkah yang dia ambil di halaman rumah sang kakek, selalu berhasil membuat perasaannya semakin kalut tak menentu. Azura menghela napas sekali lagi, berharap keputusan yang akan dia ambil untuk memberitahukan semuanya pada sang kakek adalah jalan yang terbaik.
Bibirnya yang pucat pasi tanpa sadar membentuk kurva saat melihat siluet seseorang.
“Paman Aris” panggil Azura bahagia, gadis itu dengan segera berlari, masuk ke dalam dekapan laki-laki dengan pakaian hitam itu.
“Azura, Paman sangat bahagia kamu datang” ujar Aris yang terlihat bahagia dengan kedatangan Azura. Laki-laki itu menangkup wajah Azura dengan sayang, tapi Azura dengan cepat meraih tangan laki-laki itu dan menggenggamnya. Perasaan gugup tiba-tiba menyergapnya dengan cepat, berharap besar semoga Aris tidak menyadari lebam di wajahnya. Meskipun dia sudah menutup lebam itu dengan foundation, tapi tetap saja dia takut lebam itu akan terlihat.
“Paman, Zura juga sangat bahagia bertemu dengan paman”
“Tapi paman lebih bahagia, tapi apa kamu datang ke sini untuk kembali belajar beladiri lagi?” tanya Aris antusias, namun senyum di bibir nya langsung lenyap di gantikan wajah masam saat melihat gelengan kepala Azura.
“Azura ingin bertemu dengan kakek”
“Paman kira kamu ingin beladiri”
Azura menggeleng pelan, tangannya yang kecil menggengam tangan Aris dengan lembut “Tapi kalau Zura mau belajar lagi, Zura datang kesini”
“Janji?”
Azura dengan segera menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Aris “Janji, Zura janji!”
Aris, laki-laki yang menjabat sebagai kepala bodyguard di kediaman Zilger, dan juga sebagai pengawal pribadi Damian. Pria yang pernah menculik Azura saat berusia 5 tahun itu, kini telah menjadi orang yang sudah mengajarinya banyak hal, terutama beladiri yang baru dia gandrungi sebulan lalu.
Jadi tidak di herankan lagi, kalau Azura tampak akrab dengan pria yang sudah menginjak umur 40-an itu.
“Yaudah, Zura masuk dulu, babay, Paman” Azura dengan segera berlari masuk ke dalam rumah, meninggalkan Aris yang menatap kepergiannya dengan senyum tipis. Azura, gadis itu benar-benar sudah berjasa besar dalam hidupnya.
Aris masih ingat dengan jelas, hari di mana ia amat membutuhkan uang untuk biaya operasi istrinya. Ia begitu urung-uringan dalam mencari pinjaman, sampai akhirnya, seorang pria paruh baya datang padanya dan menawarkan sebuah pekerjaan dengan gaji besar.
“Culik anak ini, dan... bunuh dia. Tapi sebelum itu anda harus menyiksanya lebih dahulu”
Itu adalah kalimat yang tidak pernah Aris bayangkan, bahkan itu adalah kalimat yang tidak pernah dia dengar semasa hidupnya. Senyum yang tadinya mengembang, perlahan pudar. Foto yang di sodorkan oleh laki-laki itu benar-benar membuat Aris tidak kuasa menahan keterkejutannya.
Foto tersebut menampilkan seorang gadis kecil. Aris yakin, anak itu pasti seumuran dengan anak laki-lakinya. Gelengan keras Aris berikan, menandakan dia menolak pekerjaan gila itu. Meskipun dulu dia adalah seorang preman, tapi melakukan kejahatan dengan membunuh seorang anak kecil tidak akan pernah ia lakukan. Tidak akan!.
“Jika anda menolak, maka istrimu tidak akan selamat”
Itu adalah kalimat yang terlontar dari bibir si penyuruh, yang tentunya mampu membuat Aris merasa kalut.
Hati kecilnya menolak keras, tapi keadaan yang dapat menghilangkan nyawa istri benar-benar mampu memaksa Aris dengan telak untuk menerima pekerjaan itu.
Dan mulai hari itu, Aris selalu membuntuti Azura. Kemana pun gadis itu pergi, Aris selalu mengintainya dari jarak jauh. Hingga sampai akhirnya, dia melihat pria yang menawarkan pekerjaan padanya menyiksa anak tersebut di sebuah gudang yang tidak terpakai.
Saat itu, kebimbangan datang padanya. Tapi mengetahui keadaan sang istri yang semakin kritis, membuat Aris langsung saja menculik Azura setelah pria dengan setelan kantor itu pergi meninggalkannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perubahan Sang Antagonis
Teen FictionAzura, gadis itu tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua, mengharapkan kasih sayang dari ayahnya yang membenci kelahirannya. Ada kebencian seorang kakak yang di torehkan dalam hidupnya. Azura menderita, mengharapkan kasih sayang dari orang sek...